Biasakan vote dulu yuk sebelum baca, jangan lupa komennya juga. Enjoy reading!
***
Hari-H KTT ASEAN
Berseragam rapi serba putih, mengenakan celemek sintetis serta bersarung tangan, aku tengah mencuci piring antik. Kak Drian dan Kak Abas yang sempat terpaksa cuti karena sakit, kini kondisi mereka telah pulih seutuhnya. Keduanya sibuk mengeringkan piring yang ditiriskan usai kubilas beberapa menit lalu.
Situasi dapur saat ini amat keos. Banyak sekali tamu yang tengah menantikan breakfast menu segera tersaji di meja masing-masing. Sementara para chef tak bisa menyajikan tanpa piring-piring yang sedang kami sterilkan.
Pagi tadi aku hampir luput menceklis jumlah piring antik saat dikeluarkan dsri ruang penyimpanan. Untungnya, Kak Abas berinisiatif mengingatkan lalu dibantunya menghitung. Kemudian Kak Drian membantu mengantarkan piring ke seluruh area dapur. Ada sebanyak 200 piring antik digunakan untuk sajian menu utama kali ini. Itu belum termasuk piring polos biasa yang setiap hari dipakai. Sedangkan tamu undangan yang berpartisipasi sebanyak 420 orang. Meskipun jadwal breakfast telah dibagi menjadi dua sesi, namun tetap saja kami beradu dengan waktu selama dua jam. Kami dituntut harus selesai menyajikan makanan ke seluruh tamu sebelum pukul 10 pagi.
Sebagai penanggung jawab, otomatis aku berbagi peran dengan Kak Abas dan Kak Drian. Kami sempat mengadakan rapat singkat secara daring, membahas prediksi apabila situasi dapur mulai tak terkendali karena ramainya antrian tamu. Dari 5 rekayasa simulasi yang kami susun, hanya 2 saja yang terjadi sesuai prediksi. Dan semuanya dapat kami atasi dengan mudah.
Paling terpenting dari semua yang kami kerjakan, aku hampir tak mendengar lagi nada jengkel serta perkataan keji yang keluar dari mulut Pria Tantrum. Tumben sekali. Hari ini dia tak berhenti mengembangkan senyum, matanya berbinar-binar melihat kegesitan seluruh anak buahnya di dapur. Semua nyaris dikerjakan secara sempurna sesuai rencana dan minim kendala.
Berbeda dengan Sabit, mataku justru terasa perih akibat kurang tidur semalam. Aku menahan rasa kantuk sambil menunggu waktu istirahat siang tiba. Rasanya ingin sekali aku membaringkan tubuh sejenak di Ruang Bebas selama lima menit saja. Nampaknya aku mengalami insomnia singkat karena memikirkan persiapan acara hari ini.
"Mau gantian gak, Rid?"
Aku tertangkap basah Kak Abas yang melihat gelagat lesuku dari arah seberang sana. Kedua tangannya kosong, menungguku selesai membilas piring lalu mengopernya untuk dikeringkan. Sementara itu, aku yang semustinya hanya bertugas mengawasi Kak Drian dan Kak Abas tetap saja berakhir turun tangan bermain di wastafel. Tanda pengenal namaku yang tertera sebagai penanggung jawab dishwasher selama acara KTT hanya sekedar formalitas belaka.
Alasannya klasik seperti yang sudah-sudah, karena aku selalu disebut staf yang paling bersih saat cuci piring. Baik Kak Drian maupun Kak Abas, mereka mengaku kurang pede dengan tugas yang mereka kerjakan. Pernah sekali aku melihat hasil cucian piring mereka yang masih tampak sisa bekas minyak masih menempel. Kurang kesat, kurang bersih. Bagiku itu bukanlah masalah besar sebab keduanya masih tahap belajar. Namun tetap saja, mereka enggan menyentuh busa sabun dan mengusapi piring kotor selama aku bisa melakukannya.
Alhasil aku mengalah lagi. Sebagai penanggung jawab, aku tak mau tugas ini makin berantakan hanya gara-gara pola pikir pendek mereka.
Kubalas tawarannya dengan gelengan kepala, "Nggak usah, Kak. Nanggung, dikit lagi kelar." ujarku.
Tiba-tiba saja Kak Abas berjalan hendak menghampiriku. Dalam sepersekian detik, langkah kakinya yang lebar secepat kilat berhenti tepat di sebelah. "Dikit lagi yang ada piring kotor datang, Rid. Kamu udah sejam lebih nggak berhenti nyuci piringnya. Nggak capek?" timpalnya terdengar serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traces of Missing Plates
General FictionPiring-piring antik milik Asianfave Resto tiba-tiba hilang dalam lemari berfasilitas keamanan tinggi. Nuridana Dilla, seorang dishwasher yang berkeinginan mati dituntut ganti rugi karena dituduh mencuri tanpa bukti. Merasa tidak bersalah, Rida bersa...