16. Interogasi Alot

70 10 0
                                    

Biasakan vote dulu yuk sebelum baca, jangan lupa komennya juga. Enjoy reading!

***

"Ini laporan ceklis piring hari ini, dan ini laporan ceklis empat bulan yang lalu. You must look the differences."

Aku, Kak Abas, Sabit, dan Mr. Sam duduk bersama di ruang office. Formasinya Kak Abas dan aku duduk berdampingan menghadap Mr. Sam dan Sabit yang berada di seberang meja. Percakapan kami terhalangi oleh komputer PC milik inventaris office berukuran 32 inch. Kak Drian tak ikut serta karena harus berjaga-jaga di area dishwasher.

Situasi semakin tak kondusif setelah mengecek rekaman CCTV selama sebulan terakhir, di mana hanya aku seorang yang sendirian menjelang sif malam berakhir. Bisa dibilang, interogasi berjalan sangat alot.

Kebiasaanku sebelum pulang yakni rutin mengecek pintu ruang penyimpanan sampai dua kali, setelahnya baru aku pergi ke ruang loker untuk mengganti seragam. Aku melakukannya sendirian di saat teman-teman yang lain sudah lebih dulu pergi meninggalkanku. Selain memastikan sudah terkunci, aku juga ingin mententeramkan batinku yang selalu diliputi was-was. Aku takut rutinitas yang tak kujalani dengan hati sejak awal bisa menjadi celah bagi siapa saja yang ingin mencelakakanku.

Dan benar saja. Kejadian yang aku pikir hanya ada di sinetron dan film, kini memang terjadi di dunia nyata betulan. Ya, tak ada yang mustahil selama orang jahat yang tak kutahui siapa sosoknya itu terus berupaya. Dan apesnya menimpaku tanpa permisi.

Apalagi setelah Okta memberitahuku soal sosok mata-mata yang punya banyak pasang mata, semenjak saat itu tingkat kewaspadaanku terus menerus membuatku tak tenang setiap hari.

Aku dan Kak Abas mengamati seluruh hasil laporan bulanan yang telah direkap Pria Tantrum tiga puluh menit yang lalu. Tak berbeda dengan hasil laporan ceklis yang dipegangnya tadi, jumlahnya tetap selisih.

"Selain you, yang pernah lihat dalamnya lemari piring antik itu siapa aja, Rida?" tanya Mr. Sam.

Aku menjawab penuh hati-hati, "Chef Sabit, Mr. Sam, hmm.. Kak Abas, Kak Drian.."

Sambil mengingat-ingat, Kak Abas turut menimbrung, "Chef Wafa juga pernah. Waktu kita lagi prepare ngecek piring antik beberapa hari sebelum acara launching pastry. Ada Chef Sabit sama Mr. Sam juga." Aku mengangguk.

"Nggak ada lagi selain mereka?"

Aku termenung sesaat, melirik ke arah lantai putih yang kinclong terkena sinar lampu. Siapa lagi, ya? Okta? Aku tak yakin kalau wanita itu pernah masuk ke dalam ruang penyimpanan piring. Setiap kali datang menghampiriku, ia hanya kerap bersandar di dekat wastafel sambil berbincang denganku. Itupun ia datang terakhir kali sekitar sebulan yang lalu.

"Dua anak magang yang you suruh bantu di dishwasher gimana, Bit?" tanya Mr. Sam pada Sabit.

"Mereka nggak pernah dikasih tahu kalau di sini ada piring antik sama piring biasa, Sir."

"You selama ini nggak briefing soal restoran kita ke mereka, Bit?!" bentak Mr. Sam.

"Kasih tahu, Sir. Saya sempat kasih informasi ke mereka tapi nggak secara keseluruhan. Kalau soal piring, saya rasa itu bukan ranahnya mereka."

Mr. Sam menggebrak meja, "Bukan ranahnya gimana?! Mereka dilatih di sini supaya tahu seluk beluk calon profesi mereka! You ini gimana, sih?! Kalau semisal mereka tahu lebih dulu soal piring itu sebelum you kasih tahu gimana?! Berarti you yang bakal I salahkan kalau begini caranya!" tegasnya yang terdengar sangat masuk akal.

"Rifat. Tolong you panggil itu dua anak magang yang kemarin." titahnya menyuruh pria di sebelahku, "Baik, Sir."

Tak sampai sepuluh menit, Van dan Nick datang mengenakan setelan kemeja hitam dan putih. Keduanya segera mengambil tempat berdiri persis di samping kiri Kak Abas. Aku melihat raut keduanya yang tampak ketar ketir, perasaan gugup mereka begitu nampak dengan tak berani melihat empat orang di sini.

Traces of Missing PlatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang