34

2.6K 150 15
                                    

Zee berjalan menuju ruang UKS sambil membawa sebuah kantong berisi es batu.

"Masih sakit?" tanya Zee saat memasuki ruang UKS dan melihat Bella memegang tangannya yang merah akibat tumpahan sup panas.

"Iyaa" Bella melihat ke arah Zee dengan membuat wajah imut.

Zee yang melihat itu pun tersenyum, wajah Bella saat ini memang terlihat imut. Zee pun menghampiri Bella lalu menaruh kantong berisi es batu yang sendiri tadi ia pengang ke tangan ke Bella.

"Shh dingin" rengek Bella dan refleks menarik tangannya namun, Zee dengan cepat menangkap tangan Bella dan menaruh es batu di atasnya.

"Mau cepat sembuh gak?" kata Zee dengan nada tegas. Bella pun akhirnya menurut dan lama-kelamaan ia merasa es batu di tangannya tidak terasa sangat dingin seperti tadi.

Mereka hanyut dalam keheningan. Bella terus memperhatikan Zee yang sedang mengompres tangannya dan membuatnya tersenyum.

"Makasih ya kak" ucap Bella.

Zee melihat ke arah wajah Bella lalu menaikkan alisnya.

"Cuma kakak yang peduli sama gue, orang tua gue aja gak peduli sama gue" Bella menundukkan kepalanya dan tak terasa setetes air jatuh dari matanya.

"Jangan nangis" ucap Zee lalu menghapus air mata Bella.

"Lebih baik mulai sekarang kamu fokus aja ke hal-hal yang buat kamu bahagia, jangan mengejar sesuatu yang membuat kamu menderita dan pada akhirnya hal itu tetap tidak bisa kamu dapatkan dan membuat kamu semakin terluka, kesehatan mental kamu lebih penting" ucap Zee yang membuat air mata Bella semakin deras. Zee memeluk Bella dan mengelus punggungnya dan perlahan-lahan tangis Bella pun reda.

"Kamu juga harus lebih mengontrol emosi" Zee melepaskan pelukannya.

"Iya kak" ucap Bella.

"Ya sudah aku pergi dulu, sebentar lagi masuk, kamu jangan lama-lama di UKS" ucap Zee sambil berjalan meninggalkan Bella.

😺😺😺

"Akhirnya hening" ucap Zee, ia sangat menyukai keadaan saat ini. Saat ini Zee sedang duduk di taman sekolah. Sekolahnya terlihat sangat sepi karena murid-murid sudah pulang.

Ia sangat menyukai keadaan saat ini, tenaganya sudah terkuras habis Karen mengurangi bocah-bocah nakal tadi. Ia pun mengeluarkan alat tulis dan membuka buku pelajaran yang dibawanya. Sebentar lagi ujian, ia harus belajar dengan lebih rajin agar mendapatkan nilai terbaik.

"Salah tuh" ucap seseorang dari belakang membuat Zee kaget dan hampir melempar buku yang dipegangnya jika tidak ditahan oleh orang itu.

"Gentala" ucap Zee. Genta pun hanya tersenyum jahil dan mengambil buku tersebut dari tangan Zee.

"Ini harusnya jawabannya E, sayang" ucap Gentala.

Zee memegang jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan kencang saat mendengar kata sayang, ia pun menatap Gentala dengan tatapan memusuhi. Gentala yang melihat itu pun menaikkan satu alisnya.

"Kamu apain sih jantung aku, katanya kita harus deketan biar gak gini tapi malah kalau kita makin dekat jantung aku makin cepat berdetak" ucap Zee

Gentala pun menahan gemas melihat ekspresi Zee, perempuan di depannya ini sangat imut. Ia tidak kuat, ia ingin menculik Zee dan mengurungnya.

"Gakpapa, kita berdebar sama-sama" ucap Gentala lalu memeluk Zee, mereka berdua bisa merasakan detak jantung masing-masing yang sangat cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BlenzeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang