- 41 ; Jahat

694 70 3
                                    

┈ ─ ┈ ᪄ ۫ ˖ ⊹ ˖ ۫ ᪃ ┈ ─ ┈

Selama beberapa hari, Boboiboy hanya mengurung diri di kamar saja, bahkan ia tak makan sedikitpun dan minum dari air sisa yang ada di botol minumnya.

Bagaimana bisa semua orang yang ia sayangi malah menuduhnya sebagai seorang pembunuh, termasuk Kakaknya yang sangat ia sayangi?

Boboiboy memeluk lututnya, tubuhnya bersandar pada pintu, guna menahan Fang yang hampir mendobrak pintu kemarin.

Boboiboy sangat enggan untuk melihat wajah Fang, bahkan mendengar suaranya saja membuatnya gelisah dan entah kenapa ada rasa marah pada dirinya.

Menurut Boboiboy, Lucy dan Ying tak akan menuduhnya sebagai pembunuh jika Fang tak menghabisi Shielda dan Yaya.

Boboiboy merasa semua ini bukanlah kesalahan dirinya melainkan Fang, karena ia tak melakukan apapun. Salah satu kesalahan yang di buatnya ialah tak melaporkan apa yang terjadi meski sudah memiliki kesempatan.

Padahal, jika Boboiboy melapor, tidak hanya Shielda dan Yaya yang akan tenang di alam sana, namun juga dirinya yang akan terbebas dari kekangan obsesi Fang.

Tetapi itu semua tak dapat di lakukan Boboiboy, pikirannya berkata dengan lantang dan penuh yakin untuk melaporkan Fang, namun hatinya tak berkata yang sama.

"Sayang, tolong keluar ya? Kamu belum makan sama sekali tiga hari ini"

Lihat saja, padahal hanya suara Fang yang di dengarnya, namun Boboiboy langsung merasa marah. Tangannya meremas lengan pakaian panjangnya untuk menahan emosi.

Sebab Boboiboy sudah meluapkan emosinya kemarin dengan memporak porandakan kamar tidurnya hingga seluruh barang berceceran dimana-mana, ia tak mau membuatnya kamarnya menjadi ruangan yang tak layak di gunakan.

"Jangan buat aku emosi, keluar sekarang atau aku dobrak pintunya?" Lagi-lagi Fang mengancam, Boboiboy mendengus tetapi tak melakukan apa yang Fang suruh.

"Kalo mau aku luka gara-gara kamu dobrak pintu, lakuin aja."

Hening, sepertinya Fang tak akan melakukan yang di katakannya tadi karena ancaman balik yang Boboiboy berikan.

"Boi, jangan kayak gini-"

"Menurut kamu, aku kayak gini karena siapa?"

Tanpa sadar, air mata Boboiboy menetes membasahi pipi mulusnya, ia menahan isakannya agar tak dapat di dengar Fang tetapi tak bisa, seolah ia ingin mencurahkannya tanpa menyembunyikan apapun.

"Kalo kamu gak bunuh Shielda, Kakak gak mungkin nuduh aku. Dan kalo kamu gak bunuh Yaya, semuanya gak akan kayak gini" Suara Boboiboy terdengar gemetar.

Boboiboy menelungkupkan kepalanya dan menangis terisak-isak disana. Fang sangat ingin menghancurkan pintu yang menghalangi keduanya, namun mendengar bagaimana Boboiboy menangis menghentikan tindakannya.

"Jangan samain aku sama Bunda kamu, Fang. Dan jangan buat semua orang di sekitar aku jadi kayak Bunda aku"

"Tau apa kamu soal Bunda aku?" Kalimat penuh penekanan keluar dari mulut Fang membuat Boboiboy terdiam.

Boboiboy tertawa pelan seolah meremehkan Fang, terdengar miris dan malang karena air matanya masih terus menetes.

"Aku tau, Bunda kamu bunuh diri di depan kamu, karna itu Bunda kita sama."

"Yang bikin mereka beda, Bunda kamu selalu ngasih kamu apa aja, dan sayang kamu selayaknya seorang Ibu. Tapi Bunda aku? Yang aku terima dari Bunda cuma pukulan dan makian, aku gak dapet kasih sayang yang kamu dapetin."

Obsessed | FangBoy ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang