- What if..

776 48 14
                                    

Switch?

"Damn!"

Seringaian terpapang jelas diwajahku, saat kurasakan kenikmatan dimana kuambil alih segalanya dimalam yang menggairahkan ini.

Aku menyukai ini, aku suka semuanya, khususnya orang yang memangku tubuhku sekarang. Andaikan saja aku merasakan ini sejak awal, aku mungkin akan menjadi manusia yang gila akan tubuh pria ini.

Aku benar-benar merasa puas sekarang, tubuhku semakin bersemangat saat miliknya berada didalamku.

Orang ini, orang yang memilikiku, jika bisa, aku akan membunuhnya karna merasakan kesenangan ini!

Fang.

Wajah tegas dan tampan itu,

Mata merahnya yang menyorotku dengan tajam,

Geraman yang keluar dari mulutnya,

Aku ingin melahapnya. Meluapkan rasa obsesiku padanya dan tubuhnya yang gagah serta kuat, bibirnya yang berdarah karena ulahku. Itu membuatku sangat senang.

Jika mencicipi tubuhnya semudah membuat kopi hangat dimusim dingin. Aku sangat amat berharap semudah itu untuk merasakannya setiap hari.

Perasaanku tak tertahan, aku sangat mencintainya.

Kedua tanganku mengalungi lehernya yang dipenuhi tanda dariku. Aku juga ingin merasakan tangannya mengelilingi pinggangku, sayangnya ia terlalu memberontak hingga aku harus menahan kedua tangannya.

Sial..

"MPHHH!"

Ini sangat nikmat, aku tak bohong, ini lebih nikmat dari sebelumnya.

Mulutnya yang tak bisa berbohong mengeluarkan desahan saat miliknya menyentuh prostatku, aku merasa ingin berteriak sekarang.

Kurasa dia lelah karena telah bermain denganku sejak semalam hingga siang, haruskah aku berhenti?

"Kamu milikku, Fang.."

Kurasa tidak sekarang.

Aku ingin melakukan banyak hal denganmu

Plakk!

Salah satunya meluapkan emosiku disaat kamu pergi dariku.

"Kamu pikir kamu bisa kabur dari aku?"

Plakk!

"Jadi sekarang kamu bahagia tanpa aku?"

Plakk!

"Hmhh!"

Jangan ditahan, aku ingin ia mengeluarkan semua yang dirasakannya, terutama kenikmatan karena miliknya yang terbalut hangat didalamku.

Lalu ponselku berdering. Aku mengambil ponselku dan melihat nama kontak yang ada pada panggilan telepon.

Aku menunjukkan layar ponsel kepadanya, ia melihat siapa yang menghubungi ponselku,

Kak Lucy

Fang tak mengenal perempuan yang notabenya adalah Kakakku, ia hanya memandangku dengan tajam seolah memohon padaku untuk tak mengangkatnya, namun tatapan itu nampak mengancam juga bagiku.

Aku mengelus bibir Fang dengan jari jemari lentikku dan berbisik didepan wajahnya, "Jangan berisik, ya?"

Lalu, kuangkat telepon dari Kakakku.

"Boy? Boy? Halo?"

Terdengar suara orang yang menghubungiku. Aku tak berniat menjawabnya karena sedang menahan desahanku.

Fang melemparkan tatapan tajamnya kepadaku, melihatnya berusaha mengerikan seperti itu membuatku tak tahan. Aku menggoyangkan pinggulku dari atas kebawah hingga kami mengeluarkan suara.

"Ahh!"

"Eh, Boy? Kamu gapapa? Itu suara siapa"

Haruskah aku memberitahunya bahwa aku sedang bersenang-senang sekarang?

"Ahh- Aku gapapa.." Ujarku membalas ucapan orang didalam sambungan sambil terus menggerakkan pinggulku.

"Hmm okay.. Kata Nut, semalem kamu beli makanan tapi gak pulang ke Apartemen? Kamu kemana?"

"Aku nginep dirumah temenku"

"Siapa temenmu? Kenapa kamu nginep di Rumah orang lain sedangkan ada yang nginep di Apart kamu?"

"Maaf Kak~"

"Kamu kenapa? Lagi ngapain sih?"

Aku melumat bibir Fang pelan lalu melepasnya, Kakakku tak bisa kubiarkan menunggu terlalu lama hanya karena ciuman.

"Gapapa, gak ngapa-ngapain juga!"

"Mencurigakan.. Ya udah, bye"

Tut!

Panggilannya dimatikan. Aku bebas sekarang.

Aku melempar ponselku kesembarang arah, ia menatapku dengan tatapan mengerikannya. Tatapan menantang yang membuatku semakin merasa panas.

"Kamu gak mau aku bilang ke Kakakku kalo kamu lagi perkosa aku sekarang, kan?"

Aku yakin, Fang takut dengan ancamanku, sebab ia hanya diam dan menatapku dengan tatapan penuh kebencian.

"Fang.." Aku melenguh pelan.

"Kamu milikku, kan?" Bisikku dekat dengan telinganya membuatnya merinding.

"Dan aku milik kamu.."

"Tapi kenapa kamu selalu menjauh dari aku?"

Fang hanya diam dan memandang kearah lain.

Aku menjambak rambutnya, memaksanya untuk bertatap mata denganku, aku juha mempercepat gerakkan pinggulku.

"Kenapa hm?"

"Karena lo gila, Boi"

"Lo gak waras"

"Lo terobsesi"

Aku tertawa saat mendengar jawaban yang terdengar lucu bagiku. Meski Fang menjawab begitu, aku tau dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia menginginkan ini.

"Ahh.. Kamu bohong ya?"

"Gak, lo emang gak waras!"

Aku ingin menjawab, tetapi bagian bawahkua mulai terasa panas membuatku fokus pada tubuhku yang sebentar lagi mencapai klimaks.

"Do you feel that?"

"Shhh Boi stop...."

"Stop?"

Flopp!

"AHHH FANGHH~!"

"Akhh siaall..." Kudengar rasa nikmat dalam gerangannya itu.

Ini membuatku gila, benar-benar gila.

"Ughh, gue-"

Aku melumat bibir Fang sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Aku melumatnya sedikit kasar dan perlahan turun kelehernya.

Disana sudah banyak bercak keunguan. Aku menambahkannya lagi, aku menggigit lehernya dan meninggalkan tanda baru disana.

"Ahh Boi!"

Aku mengelus tanda yang ku buat, mengelus lehernya hingga kebagian bawah membuatnya merasa geli.

"Ini semua.."

"B-boi gue mau-"

Crott!

Aku mengatur nafasku, entah sudah yang keberapa kalinya aku keluar. Aku tetap merasa tak cukup dengan ini.

Aku mengusap pipinya dengan tanganku dan membisikinya.

"Tanda kalau kamu milikku."

———

Taken from chapter 24!

ASELII AK KANGEN BT AMA CRITA INI NYESEL DITAMATIN CEPET CEPET SJSJSJWNSJS

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Obsessed | FangBoy ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang