Awal pertemuan

9.1K 511 3
                                    

Kring.. Kring..Kring..

Bell pertanda istirahat telah berbunyi, semua aktivitas di pagi itu terpaksa terhenti guna mengisi amunisi bagi para siswa dan guru.

Lio dan kedua sahabatnya menghela nafas lelah, pelajaran yang cukup menguras isi otak, mengakibatkan kepala pening dimana harus menghitung uang ghaib.

"Kantin skuyy" Angga yang berucap dan diangguki oleh Ghiffa dab Lio.

"Males banget sebenernya, tapi gue laparrr~~" adu Lio dengan nada merengeknya, dengan ogah-ogahan Lio harus bangkit dari duduknya untuk mengisi perut yang sudah demo minta diisi.

"Jangan manyun gitu gih, macam bocil aja lo" goda Angga yang merangkul pundak Lio yang kelihatan lemas tanpa ada tenaga, "lo harus makan, karena abis tuh kita perang lagi dengan rumus kimia" lanjutnya. Lio yang sudah berada di mood tidak baiknya, tambah memanyunkan bibirnya yang minta di kuncir.

"Eh btw, gue denger-denger ada anak pindahan yah?" Ghiffa bertanya sekaligus membuka bahan ghibah.

"Cewek or cowok nih?" Angga menimpali, sedangkan Lio hanya diam menyimak tidak tertarik dengan topik pembahasan kedua temannya itu, sejujurnya dirinya sungguh lapar. Salahkan alarmnya yang lambat berbunyi, dan akibatnya tidak sempat sarapan karena waktunya sangat mepet untuk berangkat ke sekolah alias kesiangan.

"Cowok, kelas 12 IPA¹, anak pemilik sekolah ini juga. Pindahan dari Canada" sesi ghibah berlangsung menemani perjalanan mereka menuju kantin. Setelah memasuki pelataran kantin, mereka buru-buru mengambil tempat takut keduluan dengan orang lain, dan ghibah yang tidak berfaedah itu harus berhenti.

"Kalian pesan apa?" Tanya Angga yang masih berdiri, sedangkan kedua cecungut itu sudah duduk duluan, keduanya hanya cengengesan sama sekali tidak merasa bersalah dan semangat menyebutkan makanan yang mereka inginkan. "Nasi goreng/bakso" jawab keduanya bersamaan, Angga hanya mengangguk dan berlalu pergi dari sana. "Ngga, minumannya kayak biasa" kata Angga sedikit berteriak dibalas acungan jempol dari sang babu.

"Denger-denger kakak kelas yang jadi murid baru tuh agak serem tauk" Ghiffa menyambung topik tentang si 'kakak kelas'.

"Emangnya kenapa, mukanya macam hantu gitu?" Lio menimpali pembicaraan itu, sambil menunggu pesanan mereka datang. "Atau macam om pedo lagi" lanjutnya dengan ekspresi yang dibuat kaget, Angga menghela nafas lelah melihat mood teman bocilnya ini, terlalu mood swing.

"Tauk ah, liat aja nanti orangnya. Keturunan Alexander beuh nggak maen-maen auranya cok. Dingin, muka tembok dan sedikit psikopat (?)" ujar Ghiffa di akhiri lirihan pada kalimat terakhirnya. Lio mengetuk-ngetuk meja kantin, penasaran BANGET dia coyyy. Seberapa rupa kakak kelasnya itu.

"Dia kapan mas-"

Tak

Satu piring nasi goreng pesanannya sudah tersaji di hadapannya, memutus kalimat yang ingin ditanyakan tadi. Tanpa menunggu lama Lio segera menyantap makanannya yang menggugah selera, Ghiffa dan Angga hanya bisa menggeleng kepala, sudah terbiasa, pikir mereka.

Suasana kantin yang tadinya cukup riuh, kini hening mendadak. Atmosfer yang tadinya agak panas tiba-tiba terasa dingin nan mencekam, didepan pintu masuk kantin, ada empat pemuda yang berdiri disana menelusuri isi kantin melalui tatap. Dua siswa yang merasa takut terburu-buru meninggalkan meja kantin dan membawa makanan mereka pindah ke tempat lain, sedikit smirk diwajah keempat pemuda itu, dan langsung membawa langkah mereka menuju ke meja yang sudah kosong itu.

Lio jangan tanya kepadanya apa yang terjadi, makanannya lebih penting dari apapun. Sedangkan Angga dan Ghiffa sudah menelan ludah susah payah, aura yang dipancarkan oleh keempatnya terlalu mengintimidasi, apalagi salah satu orang asing diantara mereka mempunyai tatapan yang datar, dingin dan terlalu tajam. Apakah itu kakak kelas yang mereka maksud (?) sungguh mereka tidak ingin membuat masalah pada pemilik sekolah ini.

Arlio Pradipta AlexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang