"Kenapa dengan wajahmu?" Pemuda dengan outfit kasualnya datang dan duduk di kursi meja makan miliknya. Yang ditanya hanya melirik sekilas dan kembali berfokus pada ponsel digenggamannya, menunggu kabar seseorang yang sedari tadi pagi dia tidak temui. Sipenanya hanya mengendikkan bahunya acuh, sudah terbiasa dengan semua sikap keluarganya begitu juga dengan dirinya
"Tidak apa-apa" jawabnya sambil sedikit membanting ponselnya ke meja makan. Jawabannya tidak sinkron dengan mimik wajahnya yang gelap sarat akan amarah. Yang lebih tua tidak terlalu peduli, pasti mood adiknya sekarang tidak baik, terlihat dari raut wajahnya yang tidak enak untuk dipandang.
Satu-persatu dari anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan, untuk memulai ritual makan malam. Tapi ada satu bangku yang belum berpenghuni, dan itu membuat kepala keluarga mengernyitkan dahinya.
"Dimana Leon?" Pertanyaan itu ditujukan untuk semua anak-anaknya yang sudah berada di meja makan, semuanya mengendikkan bahu pertanda tidak tau, sebab bukan sekali duakali makan malam dalam formasi tidak lengkap seperti ini. Andreas menghela nafas, semua anaknya mengikuti jejaknya, yang terlalu gila kerja, dan terlalu kaku dalam berekspresi. Tapi senyum asimetrisnya terbit, ketika mengingat bahwa ada Lio yang akan meramaikan mansion besar ini dengan segala tingkahnya. Biarkan saja semua pemuda kaku itu melakukan keinginan mereka, yang penting ada Lio dalam sangkar emasnya. Setelah itu makan malam dimulai tanpa adanya pembicaraan sesuai manner yang berlaku.
•
"Kita mau kemana?" Pertanyaan yang sudah lima puluh tujuh kalinya ditujukan untuk sipengemudi mobil, tapi tidak jua mendapatkan hasil. Mencebikkan bibirnya karena merasa diabaikan, Lio diam-diam merasa takut, pasalnya orang yang semobil dengannya adalah orang asing itupun hanya kebetulan. Lebih baik dia dibunuh oleh preman-preman pasar tadi pagi, setidaknya jasadnya masih layak dimakamkan dalam keadaan utuh, daripada ikut sama orang yang tidak dikenalnya ini, dia dijual di rumah bordil atau tidak semua organ tubuhnya diambil dan dijual. Lio sampai berpikir, dia diselamatkan dari kandang buaya tapi mau dilemparkan ke kandang anak conda? Memikirkannya saja Lio sudah merinding apalagi sudah kejadian.
Semua ekspresi wajah yang Lio perlihatkan, tidak luput dari tatapan tajam Leon dari kaca tengah mobil, sangat-sangat menggemaskan, kenapa anak ini bisa sesempurna ini?
"Apa yang kamu pikirkan?" Suara berat itu menginterupsi lamunan yang dilakukan Lio, sampai-sampai dia tersentak kaget. Menunduk takut, jujur saja dia sekarang overthinking, memilin ujung jaket yang dikenakannya, tiba-tiba kepalanya kembali pusing, dan keringat sebiji jagung terbit di pelipis halusnya, rambut berbau mint itu tiba-tiba menjadi sedikit lepek. Leon terbelalak terkejut, ada apa? Batinnya. mengrem serampangan membuat tubuh Lio hampir terhantuk di dasboard mobil, seandainya dia tidak cepat meraih tubuh lemas itu. "Kenapa? ada apa? Apa yang sakit?" Pertanyaan beruntun itu dilayangkan olehnya dengan wajah khawatir, ini kali pertama Leon seperti ini. Catat untuk pertama kalinya. Nafas Lio berhembus tidak beraturan, dia juga tidak tau ada apa dengan tubuhnya. Pasalnya, ini baru sekali dia mengalami hal seperti ini.
"Kah-khakak, enghh, sak-sakhit" elunya dengan air mata merembes di wajah rupawan itu. "Kepala Lio sakit, dada Lio juga se-shak. Ng-nggak bisa nafas" ujarnya dengan meremas dua sumber kesakitannya itu. Ini terlalu tiba-tiba, tadi semuanya baik-baik saja, Lio yang selalu bertanya dan Leon yang menikmati wajah kesal adiknya, jujur saja ini kali pertamanya dihadapkan pada situasi yang menurutnya mengerikan, adiknya kesakitan tapi dia hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Seketika otak pintarnya tidak berguna disaat seperti ini.
Secara naluriah, Leon melepas seat belt yang melintang di tubuh adiknya, memindahkan Lio yang masih sesenggukan keatas pangkuannya dengan posisi menyamping, lagi dan lagi ini adalah kali pertamanya Leon melakukan hal seperti ini. Baru sekali bertemu, tapi banyak hal yang dilakukan untuk pertama kalinya bersama adiknya. Lio sudah banyak mengambil garis start terlebih dulu sebelum orang-orang yang akan ditemui oleh pemuda kaku satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlio Pradipta Alexander
FanfictionArlio Pradipta namanya, bocah 17 tahun yang tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan beruntun. Pemuda tampan tapi sedikit menyerempet cantik ada sedikit lucunya, anak beraura goodboy tapi berjiwa badboy. Arlio...