Feeling Lonely

3.8K 263 14
                                    

Cahaya matahari menyusup melewati gorden putih yang sedikit tersingkap, mata tajam dan bulu mata lentik itu bergerak-gerak akan pertanda bangun, tapi merasa enggan juga.

Lio semakin mencari posisi paling nyamannya, dengan menelusup ke sela-sela dekapan milik seseorang, sampai dia menyadari jika bukan hanya ia seorang yang berada di kamar ini.

Terbukti dari pelukan pada pinggangnya begitu erat, melingkupi seluruh bagian tubuhnya yang bisa di jangkau oleh Leon.

Entah bagaimana, Lio mengalah dan mengizinkan pemuda kaku itu menginap di kost sempitnya, sedikit tidak enak juga, sebab kediaman miliknya tidak semegah kepunyaan Leon. Tapi anak itu bersikukuh bahwa Leon yang salah kenapa tidak pulang, padahal sudah diusir dari cara yang halus sampai Lio harus berteriak seperti ingin di perkosa.

"Selamat pagi?" Sapaan pagi dengan suara serak ala bangun tidur itu, membuat seluruh saraf kepunyaan Lio kaku seketika, meneguk ludahnya susah payah, ingin sekali Lio menonjok wajah tampan milik Leon, jika dia berani untuk menatap si predator.

"Anjirr, gue berasa jadi sugar daddy dah!! Mana suaranya sexy plus hot banget anjing" maki lio dalam hati.

"Pa-pagi!!" Balasnya malu-malu, Lio semakin menyembunyikan wajahnya yang salting, tidak tertolong.

Jika Leon amati dengan seksama, telinga sampai leher Lio memerah; pertanda malu, entah dengan wajahnya, apa mungkin semerah tomat atau seperti kepiting rebus!!

"Ada apa hmm?" Leon semakin gencar untuk menggoda adiknya, pelukannya makin dia eratkan seakan tidak ada sekat apapun dari tubuh mereka yang dibatasi oleh baju masing-masing.

Dengan sengaja menghembuskan nafas halusnya ke indera pendengaran yang paling kecil, sekali lagi Leon bisa merasakan tubuh kecil itu menegang.

Terkekeh, Leon sepertinya merasa begitu bahagia hanya ada Lio dalam dekapannya seperti ini.

Semakin Lio berontak, semakin erat pula juga pelukan pada pinggang kecilnya. Melupakan lengan milik kepunyaan Leon yang terluka.

"Lepas-lepas woyy, ini gue sesek napas nih" Lio sesak nafas bukan karena pelukannya Leon, tapi sesak nafas karena tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya.

Pelukan keduanya terlepas setelah kalimat terakhir yang diucapkan Lio, seringai tipis terbit diwajah Leon ketika melihat wajah adiknya yang memerah karena ulahnya.

"Dasar titan!!" Sinisnya sambil berdiri dari kasur dan meninggalkan Leon yang masih setia berbaring nyaman.

Lio meringis ketika melihat kasur kecil yang hanya muat untuknya, harus berbagi dengan Leon yang notabenenya bertubuh kekar dan tegap. Udah kecil mana sempit lagi, untung saja Lio sempat membeli baygon di warung depan, jadi tidur mereka tidak terganggu karena nyamuk.

Jika kalian penasaran bagaimana posisi mereka tidur; lengan Leon yang tidak terluka, Lio jadikan bantalan. Dan anak itu juga tidak bisa tidur jika tidak menggunakan guling, jadi kalian pasti tau apa kelanjutannya.

"Cantik!!" Puji Leon yang tidak ada henti-hentinya, mengucapkan kalimat yang sama.

"Oohh, lo bilang cantik itu di tujuin ke gue gitu?!" Tanya Lio yang kembali duduk dihadapan Leon yang juga sudah mengambil posisi duduk, sedikit memijat lengannya yang terasa keram.

Bukannya Lio merasa pede, tapi pada siapa lagi kalimat cantik itu tertuju kalau bukan pada dirinya. Dari tatapan yang paling tua, sudah menjawab pertanyaannya.

Kedua mata itu beradu pandang, selain itu juga, mereka saling mengagumi visual satu sama lain. Kesan Lio ke Leon; tampan, berkharisma, dari segi apapun pemuda itu begitu sempurna, begitu juga dengan anggota keluarga Leon yang lainnya. Sedangkan kesan Leon ke Lio; tampan, cantik dan indah. Hanya untuk dirinya dan keluarganya.

Arlio Pradipta AlexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang