Villa with Marcell

3.7K 241 13
                                    

Setelah kejadian tadi pagi, Lio sekarang duduk dengan tenang di samping bangku kemudi, dengan Marcell sebagai drivernya sore ini. Jalanan begitu lenggang dan juga cuaca yang begitu indah dan memanjakan mata.

Kepalanya bergerak acak mengikuti alunan lagu, kadang juga tiba-tiba seperti sadboy yang merasa tersakiti.

Marcell hanya membiarkan, selagi adiknya itu tidak membuat hal-hal di luar jangkauan, dia akan duduk tenang dan menikmatinya. Mobil yang tidak pernah seberisik sekarang membuat sang empu tersenyum kecil, betapa menarik adiknya itu.

Lio, anak itu seperti mendapatkan lampu hijau, ketika sang kakak kedua tidak keberatan dengan acara karaokean dengan volume penuh yang memekakkan telinga. Lebih tersenyum lagi, ketika Marcell menyambung lagunya dengan dia yang mengansurkan botol minum yang cosplay menjadi mic.

Suasana sore yang begitu menyenangkan.

Sesuai dengan requestan adiknya, pemuda 25 tahun itu membawanya ke pantai untuk melihat sunset.

Remaja itu begitu bahagia, ketika langkah kakinya terhenti di pinggir pantai dengan air ombak kecil menyambutnya, jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, berarti masih ada waktu untuknya bersenang-senang terlebih dulu.

"Kakak sini!!" Teriaknya ketika menengok ke belakang dan mendapati sang kakak yang tidak jauh darinya sambil membawa camera. Ternyata pemuda itu sudah menyiapkan ini semua, hal menyenangkan yang dia maksud adalah seperti ini. Jangan berfikir yang lain.

Marcell mengangguk, berjalan mendekat sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celana, pantai ini adalah milik Alexander, jadi tidak ada satupun yang berani datang kesini tanpa seizin dari mereka.

Jadi tidak heran ketika mereka datang suasana pantai ini begitu sunyi, hanya ada deburan ombak dan suara-suara burung saling bersahutan.

Senyum bahagia tidak pernah luntur dari belah bibir Lio, bukan karena pantainya tapi dengan title keluarga yang membuatnya merasa terbang. Bukannya dia tidak ingin mengajak anggota keluarga lainnya, tapi ini permintaan Marcell untuk pergi berdua.

Suara bidikan camera membuat Lio menatap sang pelaku, Marcell tidak pernah meninggalkan satu moment ekspresi manis sang adik.

"Dasar paparazi!!" Cibirnya, tapi tidak dengan tingkahnya malah mengambil pose terbaik.

Tidak taukah Lio, secara candid saja dia sudah terlihat sempurna, apalagi dia melakukan beberapa gaya. Tentu dengan sangat senang hati Marcell membidikkan cameranya tanpa henti.

"Kakak ayo foto berdua!!" Serunya heboh sambil melompat-lompat, untuk meraih camera yang terkalung di leher yang lebih tua.

"Anything for you little brother" tentu dengan senang hati Marcell mengabulkan keinginan adiknya, kapan lagi ada moment seperti ini, dan juga mungkin orang pertama yang memotret dirinya dengan sang adik.

Wajah yang selalu terlihat datar dan dingin itu bisa menunjukkan sisi lembutnya, mengabadikan satu moment pada kenangan beku yang belum tentu bisa terulang kembali dengan waktu yang sama, atau pada orang yang sama pula.

Duduk pada gazebo sambil menyeruput kelapa muda walaupun bukan waktu yang tepat, tapi Lio begitu menikmatinya, sedangkan sang kakak dengan kopinya yang sibuk memainkan ponselnya.

Suasana hati Lio begitu baik, rambutnya terkibas halus ketika angin senja meniupnya, matanya terpejam untuk mencari ketenangan.

"Kak Acel, nanti kita kesini lagi sama yang lainnya juga yah?" Tanyanya dengan puppy eyes.

Arlio Pradipta AlexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang