Terjebak bersama Arleon

6.1K 386 4
                                    

Pagi ini seperti biasanya, mentari bersinar cerah menyinari tempat perputarannya. Lio masih terkantuk-kantuk sebab semalam habis melakukan balapan yang dia lakukan secara tersembunyi bersama duo sahabatnya.

"Hoaamm, masih ngantuk banget gue" gerutunya sembari menggaruk-garuk bagian punggungnya yang gatal. "Mager ke sekolah, mana hari senin lagi ketemu bu Susan" bukannya bangkit dari baringan, justru anak itu malah kembali bergelung dibalik selimut tipisnya sambil meringkuk seperti bayi, lucu sekali.

Drett.. drett.. drett..

Sepertinya semesta tidak mengizinkan Lio untuk tidur kembali, dengan gerakan sangat malas dia mencari ponsel itu dengan cara merabanya tanpa membuka mata, tanpa tau siapa yang meneleponnya.

"Dimana?!" Mendengar suara serak cukup dikenalinya, membuat Lio refleks membuka mata dan langsung mengambil posisi duduk, pening di kepala yang datang tiba-tiba tidak dihiraukannya, segera saja memeriksa siapa yang terhubung di telepon.

"Anjirrrlah" batinnya bergumam kesal, mana masih pagi lagi.

Orang diseberang sana yang tidak lain ialah Kenzi mengernyit bingung, telepon terhubung tapi tidak ada yang membalas konversasinya. "Arlio Pradipta?" Panggilnya sekali lagi, Lio sang tersangka malah grasak-grusuk sendiri, hanya tinggal jawab malah mengumpat tanpa suara.

"Ha-halo kak, aduh maaf gue baru bangun nih" mencak-mencak sendiri, kenapa dia justru malah gugup. Padahal dia dan Kenzi tidak berada di satu tempat yang sama, tapi tekanan dari suaranya sudah berhasil membuat Lio merinding. Itu baru Kenzi belum empat orang lainnya.

"Baiklah, cepat bersiap dan aku tunggu disekolah" Lio yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya, rambut fluffynya terkebas lucu dan ekspresi menggemaskan nan polosnya, sisi ini hanya bisa disaksikan ketika anak itu bangun tidur. Tapi sayang Kenzi tidak bisa melihatnya sekarang.

Sambungan telepon sudah dimatikan, kini Lio tidak berminat lagi untuk kembali tidur setelah mendengar suara serak Kenzi. Tapi dia juga malas pergi sekolah, selain malas Lio juga merasa tidak nyaman dengan tubuhnya, rasanya lemas, kepalanya pusing dan juga sedikit menggigil padahal hari ini begitu cerah, gejala demam. Terpaksa sekali Lio menarik diri dari kasurnya untuk mencari kotak obat, tapi nihil yang dicari sudah raib tinggal beberapa obat yang sekiranya tubuhnya butuhkan. Fakta lainnya, Lio memiliki daya tahan tubuh terbilang lemah, hanya tertutup oleh jiwa petakilannya, itu jawaban yang tepat guna menjawab kenapa dia hobi sekali dengan tawuran.

Mendesah kasar, dengan terpaksa Lio meraih jaket kulitnya dari balik pintu, warung di gang depan adalah tujuannya. Berhasil melupakan bahwa Kenzi sedang menunggunya, yang ingin memberikan oleh-oleh dari perjalanan bisnis sang daddy.

Rolls-Royce melaju diatas kecepatan normal, sang pengemudi menatap datar ke depan tanpa adanya minat apapun dibalik kacamata hitamnya. Gulungan kertas berisi tembakau itu terapik cantik di jemari kasarnya. Sesekali menghisap benda bernikotin itu dengan menghembuskan asapnya dengan berdemage. Pemuda berusia 23 tahun itu sudah menjadi pengusaha muda di usianya, menyusul semua anggota keluarganya kecuali Kenzi. Arleon Prince Alexander, pemuda dingin lebih dari semua anggota keluarganya, sosoknya yang sebenarnya psikopat tanpa pandang bulu, jika ada yang mengusik ketenangannya dan mengganggu miliknya maka tidak ada kata ampun untuk mereka.

Ckitt...

Mobil yang dikendarainya tiba-tiba berhenti, obsidian miliknya menyapu sekitar ketika melihat seorang remaja di kepung oleh beberapa preman. Lawan yang tidak sebanding, tiga lawan satu. Dan posisi dua preman itu memegang kedua lengan si remaja dan satunya lagi siap untuk memberikan pukulannya. Bukan masalah dia peduli dengan orang lain tapi sekilas wajah anak itu sedikit dikenalinya.

Arlio Pradipta AlexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang