Mansion

6.4K 401 30
                                    

Rolls-Royce itu memasuki kawasan mansion Alexander, ketika pintu gerbang megah nan tinggi itu terbuka, menampilkan halaman luas yang terbentang ditumbuhi rumput-rumput yang dipangkas rapi.

Jarak dari gerbang menuju ke pintu utama memakan waktu sekitar sepuluh menit, ada mobil mini yang sudah disiapkan sebagai transportasi bagi mereka yang bertamu secara tidak langsung. Pada halaman ada air mancur yang indah, dihiasi dengan berbagai macam lampu-lampu cantik dan unik. Yang ditengahnya terdapat patung seorang wanita yang diyakini sebagai ratu ditempat ini (Rania). Jiwa dan raganya memang telah tiada, tapi Andreas mempunyai pikiran gilanya dan menjadikan patung sebagai bentuk mempresentasikan sosok yang telah tiada itu.

Dekorasi dan arsitektur mansion Alexander, menciptakan mansion megah bergaya eropa, dikelilingi oleh hutan berhias pohon-pohon pinus sebagai objeknya. Jarak mansion menuju ke arah jalanan poros itu tidak bisa dikatakan dekat. Karena pada sejatinya, mansion Alexander jauh dari keramaian, bisa dikata mansion Alexander berdiri kokoh ditengah hutan dengan gaya eropa berwarna gold and black.

Mengetahui siapa yang datang, semua bodyguard yang berjaga langsung menunduk hormat. Mobil berhenti tepat di depan pintu mansion, salah satu bodyguard dengan sigap membukakan pintu mobil, sedikit kaget pasalnya ada seonggok mahkluk yang tertidur nyaman di pangkuan sang tuan muda, tapi tidak bisa dilihat secara langsung sebab wajah Lio terbenam di dada bidang sang kakak. Leon dengan sikap posesifnya, tambah mengeratkan pelukannya pada Lio yang pulas.

"Sudah puas menatap kesayanganku?" Pertanyaan dengan nada datar itu terlontar, berhasil membuat bulu kuduk semua orang yang mendengarnya meremang.

"Ma-maafkan saya tuan muda" sang bodyguard menunduk takut, apalagi ada embel-embel kata "kesayangan"  sudah mengetahui siapa yang berada dalam gendongan Leon itu. Leon tidak menggubris, malah sekarang dia menggendong Lio ala bridal style,  walaupun tinggi tapi Lio memiliki proporsi badan yang lumayan kecil (kurus), ditambah dengan berat badannya yang sangat ringan untuk remaja seusianya. Leon berjanji setelah ini, dia akan membuat pipi adiknya menjadi chubby. Membenarkan posisi Lio, Leon kembali menelusupkan kepala kesayangannya ke dalam dekapannya, seakan-akan sang predator tidak mengizinkan siapapun untuk melihatnya. Kaki jenjangnya menelusuri teras, tatapannya lurus kedepan dengan pandangan dingin tanpa ekspresi, dan masuk kedalam mansion ketika pintu itu terbuka otomatis.

Sementara itu Kenzi tengah duduk diam di sofa single diruang keluarga, tapi tidak dengan isi pikirannya yang selalu memikirkan calon adiknya itu. Tadi sore sepulang sekolah, seperti perjanjiannya dengan Angga dan Ghiffa, mereka langsung ke kost-annya Lio, yang baru sekali itu Kenzi dan temannya tapaki, tapi sesampainya mereka disana tidak ada tanda-tanda Lio kecuali motornya. Mereka silih berganti menelpon, tapi tidak ada satupun yang terjawab lebih tepatnya sudah berada diluar jangkauan. Angga dan Ghiffa sudah panik bukan kepalang, pasalnya ini kali pertamanya Lio pergi tanpa pamit ke mereka, kost yang tidak bersalah menjadi seperti rumah kerampokan, barang-barang berserakan dimana-mana buat menemui Lio yang mungkin terselip.

"Ada apa?" Suara husky milik Marcell memecah hening dan memutus keterdiaman Kenzi, yang ditanya hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Itu tidak luput dari perhatian Andreas dan Darius. Yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya masing-masing.

"Lio menghilang" dua kalimat itu berhasil membuat semua orang yang mendengarnya memusatkan atensi padanya, dan Kenzi benci jadi pusat perhatian.

"Apa maksudmu?" Pertanyaan dari Andreas dan kening berkerut minta sebuah penjelasan. Tapi hanya dibalas gelengan kepala oleh bungsunya dengan lemah, raut wajahnya menyiratkan kegelisahan.

"Pasti dia akan kembali kerumahnya" sahut Darius yang terlihat masa bodo. Bukannya tidak khawatir, hanya saja dia belum melihat atau bertemu sosok Lio. Andreas dan Kenzi selaku orang yang sudah pernah bertemu dengan Lio, menatap Darius dengan tajam, yang dibalas kendikan bahu oleh sang empu. Sedangkan Marcell, raganya disini tapi jiwanya melalang buana mencari sosok remaja yang dia jumpai tempo hari.

Arlio Pradipta AlexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang