Seperti perkataan Lio tadi siang ketika pulang sekolah, dia akan melakukan balapan lagi malam ini. Dan seperti biasanya, Angga dan Ghiffa tidak pernah absen untuk tidak menemani sahabat mereka guna mengais rezeki, posisi mereka bertiga masih santai sembari menunggu si lawan dan sebatang rokok di jemari ketiga remaja itu.
"Mana nih Arya?, lama beut dah jadi human" gerutu Angga yang mulai risih karena banyaknya nyamuk. Btw, kalian masih ingatkan sama Arya? "Jangan-jangan nggak dateng lagi, udah tau dia nggak bakal menang lawan sih bocil masih aja ngelunjak" sambungnya mulai menggaruk-garuk badannya yang kerasa gatal.
"Heh, siapa yang lo bilang bocil hah?!?" Amuk Lio sambil berkacak pinggang, yang sudah membuang puntung rokoknya, dan mengambil sebiji permen dari kantong hoodienya. Lio memang tampan, tapi wajahnya yang babyface seringkali dianggap sebagai anak SMP. Definisi wajahnya kelihatan lebih mudah daripada usianya. Karena itu juga dirinya disebut bocil sama kedua sahabatnya. Sangat menjengkelkan hufftt.
"Kan emang lo bocil, bokem malahan, dikit-dikit tantrum, dikit-dikit nangis, mana mood swing banget lagi" sanggah Angga dengan wajah julidnya, sambil membuang puntung sisa rokoknya, wajah Lio sudah merah padam, di keningnya sudah terdapat perempatan imaginer yang berarti mode bantengnya telah on.
Ghiffa sebagai pendengar dan saksi adu bacot mereka cuman diam, sudah terlalu biasa seperti begini dan ujung-ujungnya Lio akan ngambek dan Angga bakal uring-uringan. Lio dan Angga masih aja bersiteru akan kalimat 'bocil', Lio merasa harga dirinya sedang di permainkan sebagai remaja tanggung, dan Angga semakin gencar menggoda temannya itu.
Sampai ada satu suara yang menginterupsi perdebatan mereka, dan betapa kagetnya ketika melihat siapa yang kini berada ada di hadapan mereka sekarang. "Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Gerry dengan nada datarnya, sekaligus mewakili ketiga temannya. Iya, yang menghampiri ArGaFa adalah Kenzi dan printilannya, ArGaFa shock, Kenzi dan teman-temannya juga shock, apalagi pembacanya pasti shick shack shock.
Pertanyaan dari Gerry belum mereka jawab, sedikit gugup di tatap oleh semua kakak kelas mereka itu, apalagi Ghiffa masih memegang puntung rokoknya, seakan predator yang sudah mendapatkan seonggok mangsanya. Lio langsung sedari meliarkan pandangannya, karena jujur sedikit risih ketika Kenzi, kakak kelasnya itu menatapnya intens padahal mereka tidak saling kenal atau dekat (?).
"Arlio.." panggil Kenzi dengan nada rendahnya, tatapan intensnya berubah menjadi tatapan tajam yang ditujukan untuk Lio seorang, apalagi ketika melihat adanya puntung rokok yang berserakan dibawah kaki mereka. Kenzi sedikit kaget melihat anak itu berada di arena balap, apalagi sampai merokok (?). Jujur saja Kenzi tidak pernah menyentuh benda nikotin itu, dan calon adiknya seorang perokok?.
Kenzi tidak tau saja siapa Lio sebenarnya.
Tidak mendapatkan jawaban Kenzi kembali membuka suaranya " kamu merokok" tatapannya semakin tajam menatap sang lawan konversasi
"Nng-nggak kok.." sialan kenapa jadi gugup gini sih? makinya pada diri sendiri, karena jujur Lio merasa dirinya sangat terintimidasi oleh aura yang dikeluarkan oleh Kenzi. Angga dan Ghiffa jangan tanya, mereka menunduk seolah sudah membuat kesalahan fatal.
"Lalu puntung-puntung rokok itu punya siapa, dan temanmu juga merokokkan?" Kenzi bertanya masih dengan nada rendahnya. Abi, Henry dan Gerry hanya diam menyaksikan, sedikit merasa terhibur karena ekspresi wajah yang Lio perlihatkan
Cukup menggemaskan -batin ketiganya
"Itu-itu, anuuu, hmm, apa yah?!?" Tolong bawa Lio pergi dari suasana mencekam ini.
"Itu apa?" Kenzi menuntut jawaban dengan alis yang terangkat satu
"Hmm apa yah, pok-" ucapan Lio terpotong karena kedatangan seseorang. lagi.
"Oh, gue kira lo nggak bakal dateng" yah orang yang sedari tadi ditunggu oleh Lio sekarang berada disini. "Gue pastiin, gue bakalan menang malam ini" seringai jahat terbit diwajah angkuh Arya, tanpa melihat sikon.
Arlio Pradipta merasa terselamatkan oleh kehadiran Arya, tapi manusia itu membuat masalah baru. Bagaimana caranya menjelaskan pada kakak kelasnya itu nanti jika bertanya. Bodoamat. Posisinya disini harga dirinya kembali diinjak.
"Enak aja lo bilang gue nggak bakalan dateng, justru gue yang nungguin lo yah sat." Lio tidak terima dirinya diremehkan. "Macam cewek aja, lama beut dah dari jam janjian" cerocos Lio tanpa tau raut wajah Kenzi sudah menggelap karena menahan amarahnya. Arya yang dikatain cewek, hampir saja melayangkan tinjunya kearah Lio, seandainya tidak ada tangan Angga yang menahannya.
Angga memang kocak, seringkali menggoda Lio, sedikit sableng dan teman ghibah Lio, lambe turahnya mereka bertiga. Begitu-begitu dia tidak mengizinkan siapapun melukai teman-temannya, Angga mode serius dan dewasa mengalahkan mode kalemnya Ghiffa. Entah hilang kemana tadi rasa ciutnya akan kehadiran kakak kelasnya, yang sekarang Angga mode senggol bacok.
"Heh Arya sadar diri, cowok harus tepatin janji. Dateng-dateng merasa sok paling jago cuih, sadar diri itu harus. Dia yang nantangin eh dia juga yang lelet" Angga dan mulut licinnya tidak ada dua. "Lio malam ini nggak usah ikut balap dulu, ayo pulang Ghif, Lio" tanpa ada penolakan lagi, ketiganya meninggalkan tempat tersebut dan memberikan pertanyaan pada keempat kakak kelasnya, dan rasa dongkolnya pada Arya. Tatapan Lio dan Kenzi sempat bersinggungan, tanpa banyak bicara menaiki motornya dan berlalu pergi.
Setelah kepergian Lio dan yang lainnya, Arya juga beranjak pergi diikuti oleh teman-temannya dengan perasaan penuh benci, tangan yang terkepal membuktikan sebesar apa rasa amarahnya, dan Arya akan membalas akan semua itu, rasa kekalahannya dan juga rasa irinya.
Diam-diam Kenzi memperhatikan antara Lio dan anak yang bernama Arya. Dan akan mencari tau tentang sosok remaja asing itu, Kenzi tidak pernah akan mengizinkan siapapun untuk menyakiti calon adiknya.
"Lay cari informasi dan data anak yang bernama Arya, waktu yang kuberikan padamu 30 menit dari sekarang" tanpa mendengar jawaban dari sang asisten, Kenzi sudah memutuskan sambungan teleponnya.
"Jangan menggali kuburanmu sendiri Arya"
•
"Gila banget tuh orang, dateng-dateng ngerocos kalau gue nggak bakalan dateng" sungutnya jengkel. "Fuck kata gue teh" Lio masih melanjutkan umpatannya.
"AWW" suara ringisan terdengar setelah Ghiffa tanpa bersalah menyentil bibir mungil milik Lio. Disambut tawa membahana milik Angga sebagai backsoundnya. Lio sebagai korban hanya bisa mengerucutkan bibirnya sok ngambek.
Angga yang tidak tahan dengan berbau-bau kelucuan, dengan segera menjepit bibir Lio yang monyong-monyong. "Monyong gini mau gue cium?" Tanyanya tanpa dosa. Sang korban melebarkan matanya tidak percaya merasa ternodai dan saja Lio segera menabok wajah pas-pasan sahabatnya itu.
"ASU!!! MESUM BANGET DAH TEMEN LO GHIFFA! MERINDING DISKO NIH BULU GUE!!" Lio protes dengan nada ngegasnya, Angga yang kena tabokan bukannya marah malah ketawa di susul senyum asimetrisnya Ghiffa.
"Jangan lucu-lucu Lio, takutnya gue malah suka sama yang batangan" Ghiffa ikut menggoda juga
"ASUH LO BEDUA, BUKAN TEMEN GUEE" Teriaknya berlari menjauh dari manusia-manusia calon pedofil itu.
Seakan-akan melupakan kejadian tadi yang akan meminta sebuah penjelasan
hello 🤗
sorry kalau gaje yaww, soalnya aku ngebut lho wkwkwk
see u next chapter 🫶🏻
written by: vantaegurls
18/05/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlio Pradipta Alexander
FanfictionArlio Pradipta namanya, bocah 17 tahun yang tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan beruntun. Pemuda tampan tapi sedikit menyerempet cantik ada sedikit lucunya, anak beraura goodboy tapi berjiwa badboy. Arlio...