The Fifth Mission || Infinity Shores

62 6 13
                                    

 Infinity Shores : Pantai yang membentang menuju keabadian, dimana pasir waktu terus bergeser

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.. Infinity Shores : Pantai yang membentang menuju keabadian, dimana pasir waktu terus bergeser ..

Tidak tahu lagi lelucon apa yang dibuat Zeern dalam misi kali ini. Disaat sebuah pantai yang menjadi tujuan —katanya, tetapi medan yang diberikan justru hamparan gurun pasir ..seperti membentang tanpa akhir. Panas luar biasa, matahari seperti tepat berada di atas kepala —tetapi keringat tak kunjung meluruh dari pori-pori.

Tiga hari bukanlah waktu yang sedikit, tak terhitung berapa banyak langkah yang telah terambil, tidak tahu sejauh apa jarak sudah dipangkas ..tetapi yang tertangkap retina jarak seperti tak terpangkas barang satu centipun. Tanda-tanda kehidupan masih belum nampak, hanya hamparan gersang yang membentang jauh.

"Haaah—" Entah kali ke berapa, pada akhirnya tubuh kembali meluruh. Sengaja menjatuhkan diri, terkapar lelah di atas hamparan pasir yang terasa hangat.

Terpejam, mencoba mengistirahatkan kepala dari tekanan penat. Membiarkan tubuh —terkhusus wajah, terbakar secara langsung oleh sinar matahari. Tetapi tidak terlalu banyak sekon yang berlalu, mendadak sebuah kegelapan dalam kesejukan menghalangi. Menarik mata tuk terbuka kembali, melihat sepasang sayap putih membentang memberi naungan. Lalu sepasang netra keemasan itu bergulir ke sisi, beralih menatap sang empu —yang duduk tepat di sisi kepala.

"Turunkan sayapmu, Berlian." Zeano memilih menolak perhatian, untuk sebuah pengertian yang lain. "Kau akan semakin kepanasan nanti."

Tetapi tak diindahkan, sebaliknya ..Berlian merengkuh kepala Zeano untuk naik ke pangkuan, memberi bantalan lebih nyaman daripada pasir yang panas. Kemudian menyugar rambut Zeano ke belakang, mempersilahkan hembusan angin memberi kesegaran lebih. Berujung Zeano yang mengalah, menerima perhatian Berlian —yang tak dapat ditampik, memang nyaman.

Tatapan tak mampu dipertahankan lebih lama, sejak awal Zeano memang lemah akan hal itu. Atensi bergulir turun, menatap sebuah benda kecil di tangan ..pasir waktu. Dimana nyaris dari setengah isinya telah turun, atau berpindah tabung. Itu artinya, Zeano hanya memiliki setengah waktu —dari yang telah berlalu— untuk menyelesaikan misi ini.

Benar sekali. Lain dengan misi yang lain —terutama misi pertama— yang tidak diberi tenggang waktu, misi kali ini waktu Zeano dibatasi.

"Jika pasir waktu ini habis, itu artinya aku akan otomatis kalah?"

Berlian mengangguk tanpa ragu. "Tapi tenang saja, sedikit lagi kita sampai di tujuan."

"Ck!" Zeano mendecak tanpa sadar, berikut atensi merotasi —sedikit malas. "Kemarin-kemarin pun kau mengatakan hal yang sama. Tapi lihat, bahkan kita seperti berjalan di tempat." Katanya, lelah.

Soul JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang