Delapan hari, pencarian pihak kepolisian berakhir gagal. Nihil yang kian berada di ujung jalan buntu, berakhir menyerah. Polisi mendeklarasikan diri tuk angkat tangan, sementara Zayn dan Kanya tidak memiliki upaya lagi tuk meyakinkan.
Tidak ada jalan, tidak ada kesempatan. Meskipun hati lebih daripada terpaksa, pada akhirnya mereka harus pasrah dengan kenyataan yang ada.
Mereka harus puas dengan putusan akhir, menyatakan Zeano telah tiada.
Sekalipun hati menyangkal, tetapi ketika logika yang berbicara ..mereka tak kan bisa berkutik, sebesar apapun ingin memberontak tidak terima. Delapan hari bukan waktu yang sedikit, sementara kondisi Zeano yang mereka ketahui ..tidak bisa bertahan tanpa sokongan alat medis. Jangankan delapan atau sekedar satu hari, nyawa Zeano akan telak melayang di jam pertama tanpa terhubung dengan alat medis.
Zeano tahu segalanya. Zeano menyaksikan semuanya. Bahkan Zeano mengikuti seluruh proses pencarian dirinya sendiri. Dan ketika putusan akhir berada di tangan, Zeano tidak bisa berbuat apapun.
Protes kepada Zeern pun menjadi hal yang percuma. Sebab sejak awal malaikat maut itu hanya memberi dua opsi ..menuju gerbang kematian, atau hidup menjadi makhluk yang tak bisa dilihat. Zeano tidak akan pernah mungkin mendapatkan kesempatan hidup kembali seperti normalnya semula.
Zeano hanya puas dengan fakta bahwa diri bukan lagi manusia.
Zeano hanya perlu beradaptasi dengan status barunya, sebagai Trapped Pseudo-soul —Jiwa semu yang terjebak. Benar sekali, sebutannya terlalu kompleks. Merasai perasaan hampa sampai waktu yang tidak ditentukan.
Barangkali sampai semua 'kesayangannya' pergi tertelan takdir dan usia. Disaat itu pula Zeano akan ikut pergi, kembali menemui Zeern tuk meminta opsi pertama yang sempat diminta —menuju gerbang kematian.
Maka begitu, kisah ini akan benar-benar berakhir. Dengan kehilangan, dengan kematian. Sebuah takdir akhir mutlak bagi seluruh makhluk hidup yang bernyawa, yeah.. mati.
Bohong jika Zeano menikmati ..bisa bebas berkeliaran seperti normalnya manusia, tetapi telak jelas jauh perbedaannya. Dan bagaimanapun Zeano tidak memiliki jalan lain.
Sudah terlalu banyak menyaksikan bagaimana frustasinya Zayn, sudah terlalu sesak melihat bagaimana kalutnya Kanya. Sudah teramat menyakitkan melihat bagaimana hancurnya Zenyra, di dalam kubangan tangis yang seperti tiada henti. Sudah cukup, tujuh hari kemarin sudah teramat berat tuk melihat segala hal menyakitkan itu.
Hari ke-delapan ini Zeano ingin terlepas. Bukan melarikan diri, hanya ingin merengkuh sedikit ketenangan sebelum kembali melanjutkan. Tetapi bukan pula ingin menyendiri.
Ada seseorang yang ditargetkan Zeano.
Dan kini —sejak tadi, Zeano terus mengamati presensi sosok nyata itu. Ya, Zeano tidak akan menyebutnya lagi sosok jelmaan, ataupun malaikat penolong. Kini Zeano menyadari, bahwa Amethysia Berliana itu nyata. Sang Helper Angel bukan sekedar menyerupai sosok semu, melainkan menjelma sebagai manusia nyata ..sekalipun Zeano memang tidak mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Journey
FantasíaTHE SOUL'S 100 DAY JOURNEY TO RE-ENTER THE BODY Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25, ZEANO AAFRYEDA nyaris meregang nyawa saat berusaha menyelamatkan sang kembaran dari pelecehan yang dilakukan oleh sekomplot berandal jalanan. Ditengah frustasi...