The Shot Glass of Tears || a Warm Hug

45 6 11
                                    

Siap-siap gemes-gemesan sama Zeano, ehe:v Happy reading, yeorobun..

Siap-siap gemes-gemesan sama Zeano, ehe:v Happy reading, yeorobun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak tahu harus bagaimana lagi. Seperti terjebak. Mundur jelas tidak bisa, maju pun jalan terlalu abu-abu. Redup. Hati hanya berharap ..semoga apa yang ada di depan tidak sungguh gelap. Semoga yang menunggu bukanlah kubangan pekat yang kan sulit bertemu dengan setitik terang. Semoga pelangi masih tetap ada, usai hujan badai ini berlalu.

Meski beribu sayang, rindu masih belum bisa disalurkan secara langsung. Bahkan tidak bisa hanya sekedar bertatap muka. Hanya dapat mengamati dari kejauhan, mematai bagaimana suram melingkupi atmosfer. Nyeri di ulu hati sudah terlalu parah, tetapi diri harus puas dengan pasrah.

Zayn, maupun Kanya ..masih minim keberanian untuk benar-benar mendekat. Masih segar dalam ingatan, bagaimana kehadiran mereka justru memperburuk situasi. Memperburuk suasana hati si sulung. Mereka dipaksa untuk cukup dengan menyalurkan rindu melalui udara yang sama —sama-sama mereka hirup.

Tiada obat, selagi dunia tidak baik-baik saja.

Sekalipun keramaian melingkupi seantero taman kecil —halaman rumah sakit jiwa, tetapi hening tetap mendera rungu. Tiada yang menarik, sekalipun katanya ..berkenalan dengan yang lain tidak cukup buruk, berbicara dengan yang lain dapat sedikit mengusir sepi. Tetapi Zenyra tetap tidak tergugah.

Duduk menyendiri di kursi paling ujung, tidak beratensi ataupun membiarkan seseorang mendekat, terlebih bergabung. Ketenangan yang ditawarkan, agaknya masih belum bisa direngkuh. Sekalipun diri, seraut, bahkan sorot teraba tenang, percayalah ..Zenyra masih merasa kacau.

Kali ini entah untuk apa. Bahkan diri tidak tahu harus bagaimana bereaksi.

Zenyra hanya tidak tahu, Zayn dan Kanya tidak tahu, sang psikiater pun tidak tahu, bahkan yang lain sama sekali tidak tahu ..bahwa ada sesosok makhluk tak kasat mata berada di tengah mereka, di siang bolong yang bahkan hantu pun mungkin tak kan memunculkan diri.

Ada tangisan histeris yang tak dapat didengar, ada air mata yang tak dapat dilihat. Rasanya bodoh, rasanya gila, rasanya seperti tidak berguna. Gemuruh amarah mendadak melonjak, bagaimana melihat tubuh kembali teraba transparan. Bias cahaya terlalu tipis, yang bahkan tak dapat disadari oleh mata-mata awam.

Zeano pikir, pertemuan terbatas ini akan sedikit mengobati rindu. Tetapi ini justru semakin menyakitkan. Menyadari diri tak bisa menyentuh, Zeano marah. Marah pada diri sendiri, sebab tidak berguna.

Barangkali hanya ekspektasi Zeano yang terlalu tinggi ..untuk diri kembali terlihat normal? Mungkin harap Zeano yang terlalu besar ..meski sejenak menjadi manusia lagi? Atau kebahagiaan fana yang terlanjur membutakan fakta ..bahwa kini diri bukan lagi suatu entitas yang bisa dilihat, bukan lagi sesuatu yang bisa disentuh. Hanya angin lalu yang dapat ditembus, yang akan melebur kapanpun ditepis ..sekalipun tanpa sengaja.

Soul JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang