Tidak tahu apakah keputusan ini bisa mengurangi —atau bahkan menghilangkan kutukan dari sang Demon. Diri tetap perlu bersiap akan kemungkinan terburuk usai takdir benar-benar direngkuh, entah itu kembali hidup ..atau sungguh pergi menuju gerbang kematian.
Setidaknya, hanya satu hal yang perlu dihadapi. Tidak dengan hal buruk lainnya.
Keputusan ini bisa membebaskan Zeano dari patah hati usai dua belas hari terlalui nanti —benar sekali, waktu sungguh telah menipis, tidak lebih bahkan dari dua pekan. Baiknya Zeano telak berhasil menepis perasaan bodoh itu, sehingga tidak perlu menyulut ragu dan dilema ..apakah perlu antusias atau bersedih sebab waktu yang kian menyempit.
Untuk saat ini, Zeano tentu antusias. Sebentar lagi, dan hanya perlu menyelesaikan tiga misi lagi ..jiwa akan lekas keluar dari dunia penuh jebakan, permainan, dan membingungkan ini.
Takdir akan segera direngkuh, Zeano akan terbebas dari segala tekanan yang dibebankan.
Dan hari ini —hari ke delapan puluh delapan, Zeano berada di alam Nyxshire usai melarikan diri dari Bloomhaven ..menghindari Berlian tepatnya. Jelmaan gadis itu, masih belum menyerah atas inginnya ..perihal cinta, katanya. Zeano tidak tahu, agaknya sosok malaikat itu tidak akan berhenti menggoda sampai waktu Zeano benar-benar habis.
Sebenarnya tugas malaikat itu apa? Rasanya semakin gila jika terus dipikirkan.
"Veins."
Agaknya mengalihkan pikiran lebih baik, bukan? Sekalipun tidak jauh lebih baik jika berhadapan dengan satu makhluk itu. Si jiwa tanpa semangat, si wajah datar dan kaku, si mahal senyum, si minim reaksi, si jarang merespon, si tatapan dingin —sedingin kutub utara.
Woaah.. Lengkap sekali julukannya, bukan?
"Hm?"
Dengar? Seluruh julukan Zeano bahkan tidak salah. Sosok jiwa utusan itu bahkan masih setia dalam pejaman, mendekap kaki di depan tubuh, dan bersandar pada tubuh pohon —rumahnya.
"Bolehkah aku mengetahui tentangmu?" Asal, atau mungkin tidak.
Tidak banyak yang Zeano ketahui perihal Veins ..Veins adalah jiwa utusan yang menjemputnya, pernah menjadi Seeker Soul normal dengan didampingi Helper Angel —yang kini menjelma sebagai Berlian, dan sesosok jiwa yang kehilangan takdirnya di hari ke sembilan puluh sembilan. Selebihnya, tidak. Minim sekali.
Dan ..apakah ini terlalu terlambat? Delapan puluh delapan hari, dan Zeano baru beratensi untuk mengetahui. Baru ingin mengenal Veins lebih jauh. Setidaknya —jika seandainya kehidupan yang kembali direngkuh— Zeano berjanji akan terus mengingat sosok Veins, yang sedikitnya menjadi sosok penting selama Zeano berada di LOD World.
Hening, tiada respon melalui suara. Tetapi sepasang mata sipit itu bergerak terbuka, menampilkan eksistensi bias keemasannya. Sebuah reaksi setuju atau memberi izin, Zeano mengerti. Dan tahu sekali, itu kelewat apatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Journey
FantasyTHE SOUL'S 100 DAY JOURNEY TO RE-ENTER THE BODY Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25, ZEANO AAFRYEDA nyaris meregang nyawa saat berusaha menyelamatkan sang kembaran dari pelecehan yang dilakukan oleh sekomplot berandal jalanan. Ditengah frustasi...