THE SOUL'S 100 DAY JOURNEY TO RE-ENTER THE BODY
Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25, ZEANO AAFRYEDA nyaris meregang nyawa saat berusaha menyelamatkan sang kembaran dari pelecehan yang dilakukan oleh sekomplot berandal jalanan.
Ditengah frustasi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak tahu apa maksud dari semua ini. Hilang yang telah kembali tidak bahkan lebih baik. Berhenti yang kembali berfungsi tidak serta-merta memberi kelegaan. Mati yang kembali hidup, justru terasa kian menyakitkan.
Desir darah di pembuluh terasa bersimpangan, tidak teratur, tergesa bagaimana mereka seperti masih mencari jalan dan tempat semula masing-masing. Degup yang terlalu bergemuruh, telak menekan dada ke dalam nyeri dan perih luar biasa. Emosi tidak stabil, amarah, kebencian, kesedihan dan penderitaan, sakit hati bahkan kebahagiaan.
Veins tidak tahu harus menempatkan diri di satu perasaan yang mana. Terlalu cepat menumpuk, berujung gelisah dan bimbang.
Semua terjadi di luar kendali otak. Air mata, telak menggambarkan kepedihan hati. Kepalan kedua tangan menjadi peluap amarah. Tetapi kebahagiaan teredam dalam, oleh betapa tajam sorot matanya. Telak menghunus eksistensi sosok hitam, tinggi menjulang di hadapan.
Shadowmere —singgasana sang Demon, disini Veins berada. Menghadap, barangkali seperti bersiap menantang si petinggi Life Or Death World. Zeernebooch yang asli, bukan bias atau jelmaan.
"Katakan padaku, konspirasi apa lagi yang sedang kau rencanakan. Ha?" Rendah teramat dalam, Veins menekan setiap kata dalam kalimatnya.
Sejujurnya kini Veins nyaris tak berdaya —bersimpuh, menekan dada sekuat yang dibisa, diri telak kacau luar biasa. Tetapi dorongan terlalu kuat di dalam diri tuk meluapkan segala hal yang selama ini terus dipendam.
"Tidak ada konspirasi apapun." Apatis, datar, singkat, terlalu tegas tuk menjadi sebuah jawaban pasti.
"Omong kosong, SIAL!"
Veins tidak bisa bertahan. Semakin lama melihat eksistensi Zeern, semakin hatinya sakit ..mengingat apa yang telah terjadi selama kurun waktu lebih dari seratus tahun. Sebuah penderitaan tak kentara, hidup yang dipermainkan. Dan begitu mudahnya Zeern mengatakan itu bukan konspirasi?
"Lantas hal lebih buruk apa yang pantas disematkan untuk otak licikmu itu ..daripada sebuah konspirasi?!"
Sudah cukup rasa segan digunakan untuk menghormati satu makhluk yang katanya paling mulia itu. Cukup merendahkan diri untuk satu makhluk yang katanya pemegang kendali —bahkan pencipta dan pemilik seantero LOD World, seisinya, dan seluruh jiwa serta Helper Angel yang ada.
Veins tidak bisa lagi. Hormatnya hancur, segannya tenggelam. Hanya ingin menentang, tidak peduli sekalipun dianggap sebagai pemberontak. Veins memang bermaksud berontak.
"Aku normal. Bukan seseorang pemilik hati yang mati. Bukan seseorang pemilik nurani yang hampa. Tidak tahu bahkan sekedar hanya merasa sedih ataupun bahagia. Aku bukan seseorang sampah yang seperti itu!"
Gemuruh luar biasa yang disemburkan Veins, telak hanya berbalas datar. Zeern masih tenang, mengamati sang Trapped Soul meluapkan segala perasaan yang menggangu hatinya.