Tidak tahu kapan amygdala ini akan membaik. Kabut hitam ini tak kunjung sirna, menggelapkan pandangan atas dunia luar. Perasaan sesak ini terlalu menekan, trauma teramat buruk seperti tidak ingin lekas sembuh.
Hanya air mata yang menjelaskan sebagai peluap emosi. Tubuh menggigil disela rasa takut ..yang tak kan seorangpun tahu bagaimana rasanya. Memeluk tubuh sendiri adalah jawaban terbaik, meski tak sepenuhnya membantu. Waktu yang lama tuk menangis, seperti tidak cukup untuk mengobati luka di dada.
Sudah nyaris satu bulan terjerat di tempat terkutuk ini sebab dijerumuskan amygdala yang terluka, mengakibatkan kerinduan kian meradang. Tak tertahan, hanya pertemuan yang diinginkan. Ingin kembali bertemu, ingin kembali menyentuh, ingin kembali saling berbicara dan tertawa.
Bisakah?
"Rindu Zeno. Ingin bertemu dengannya."
Lirihan pedih disela isakan, setidaknya menarik atensi seseorang ..yang sejak tadi setia menemani, duduk di ujung tepi tempat tidur —dimana Zenyra menempatkan diri terpojok pada bed headboard. Dia beringsut, memangkas jarak tuk melakukan pendekatan dengan hati-hati.
"Kau akan kuat?"
Sebuah pertanyaan sederhana bermakna besar, setidaknya Zenyra mampu memahami maksud deduktif-nya. Menarik gelengan lemah tuk menjawab. Zenyra mengakui, diri masih belum siap. Bayang-bayang kejadian mengerikan itu masih terekam jelas di memori. Zenyra mungkin akan hilang kendali lagi jikalau melihat wajah lelaki itu.
Tetapi rindu juga tak dapat ditepis. Hati ingin tahu bagaimana kabarnya. Apakah dia baik? Dia sudah bisa membuka mata kembali? Kenapa dia tidak beratensi datang kesini tuk menjenguk? Ataukah dia masih sakit? Dia sedang tidur untuk memulihkan kondisi?
Zenyra ingin setidaknya satu pertanyaan bisa mendapatkan jawaban.
"Kau bisa meminjam mataku. Jika memang ingin."
Zenyra terkesiap, atensi yang bergulir terlalu cepat ..telak bertemu dengan sepasang bias silver itu. Sekali lagi, Zenyra memahami maksud kalimat sederhana itu. Pun dapat melihat ketulusan serta keseriusan berpendar kuat dari sepasang mata indah itu.
"Tapi jangan berbohong. Katakan iya, jika dia memang baik. Dan katakan tidak, jika dia masih belum."
Gadis itu mengangguk segera. "Tentu saja. Kau bisa percaya padaku."
Selanjutnya tangannya terulur, menyahuti beberapa butir obat berikut air putih di atas nakas. "Jika kau ingin dia sembuh, kau juga harus berjanji untuk segera sembuh."
Seutas kalimat bujukan teramat manis, telak menyentuh hati Zenyra ..mendorong kepala tuk mengangguk, menyetujui. Lantas beringsut tegak, menerima bahan penyembuh itu tuk lekas diminum. Bentuk penerimaan yang baik, berbalas dengan cetakan senyum manis di belah bibir tipis itu.
Tok tok*
Kedua atensi sama-sama tertarik kala pintu ruangan diketuk, lalu benda persegi bernuansa putih itu bergerak terbuka perlahan. Menampilkan seorang gadis berseragam lengkap khas perawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Journey
FantasyTHE SOUL'S 100 DAY JOURNEY TO RE-ENTER THE BODY Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25, ZEANO AAFRYEDA nyaris meregang nyawa saat berusaha menyelamatkan sang kembaran dari pelecehan yang dilakukan oleh sekomplot berandal jalanan. Ditengah frustasi...