18

24.2K 1.9K 465
                                    

Annyeong all (~ ̄³ ̄)~
Jangan lupa vote, coment and follow yapp

Happy reading ! !


"Apa yang salah?? Kenapa dia gak tunduk sama gue. Arghh!!!" Amuknya keras

Lalu dia terdiam kemudian menyeringai "Mungkin Ini masih awal, gue masih bisa bersabar untuk akhir yang bahagia."

"Karena mereka milik gue...dari awal. HAHAHA." ucapnya diakhiri tawa kejam

°°°


"Vietha!!" Diandri menghampiri Vietha yang sepertinya akan masuk kedalam ruang perpustakaan.

Setelah sampai Diandri berucap marah "Kenapa lo gak angkat telpon gue!!"

"Penting?" Vietha menjawab malas.

Diandri kaget. Apa apaan Vietha ini!!

"Lo! Astaga Vietha lo kenapa??" Ucapnya dengan suara beralih lembut.

"Aku baik. Gak ada yang diomongin kan? Aku mau masuk"

"Tunggu!" Diandri menghalangi pintu perpustakaan.

"Lo kenapa jadi aneh gini sih?" Diandri bertanya heran. Sejak kemarin Vietha sangat susah dihubungi. Pesannya saja tidak dibalas. Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Vietha?

"Aku gak aneh"

"Lo berubah! Lo sama kaya mereka. Jahat!" Ucapnya dengan memasang wajah sedih. Biasanya Vietha akan luluh jika diberi wajah sedih. Lalu akan menuruti semua keinginan Diandri. Tapi ini?

"Haha. Bukannya kamu yang jahat?" Vietha membalas dengan tatapan datar.

"Maksud lo apa tha? Gue selalu dukung lo. Gue selalu ada buat lo! Tapi balasan lo? Lo buang gue?" Diandri menunduk. Tangannya ia kepal erat.

"Gak sadar diri rupanya. Kamu kira aku gak tau apa yang kamu rencanain dibelakang aku? Kamu baik-baikin aku buat manfaatin aku kan?"

Boom!!

Diandri membeku. Kenapa Vietha tau? Sialan. Buru-buru Diandri mengelak "Fitnah! Itu gak bener! Siapa yang ngomong gitu sama lo?! Itu gak bener tha! Gue gak kaya gitu!"

"Berisik. Sekarang kamu bukan temen aku lagi." Vietha mendorong Diandri keras hingga Diandri jatuh terduduk dilantai. Sialan.

Kemudian Vietha masuk kedalam perpustakaan.

Diandri bangkit. Saat dia akan menyusul Vietha kedalam, seseorang menghalangi.

"Ck, awas bang-" makianya terputus saat tau orang yang menghalanginya adalah pak Jarwo.

"Bang apa? Bang Jono? Atau bang Toyib?" Tanya pak Jarwo bersidekap dada.

Diandri meneguk ludah kasar. Nilai matematika nya dipertaruhkan. Bukannya apa, Diandri itu terobsesi dengan kesempurnaan. Ia harus sempurna. Dan harus bisa mendapatkan apa yang ia mau. Salah satunya tentang nilai.

"E-eh itu pak, bang- BANGAU! YA BANGAU!" Ucap nya keras. Pak Jarwo sampai kaget loh, iyakan pak Jarwo?

Pak jarwoUOo : biasa aja, alay.

"Bangau?" pak Jarwo bingung. Ngapain bangau dibawa-bawa.

"It-itu saya lagi ngehafalin hewan-hewan gitu pak!" Jawab Diandri masuk akal

Pak Jarwo mengangguk mengerti "Oh ya sudah sana kembali kekelas. Diperpus tidak ada buku hewan-hewan. Adanya tentang dinosaurus. Kamu mau ngafalin T-rex juga?"

"Enggak pak! Saya permisi dulu ya pak!" Diandri berlalu pergi. Nanti saja dia bujuk Vietha kembali.

°°°

Di kantin clove sedang duduk bersama Aurora dan ananda. Mereka memakan makanannya masing-masing. Tak lama suara riuh memasuki pendengaran mereka.

Aurora dan Ananda hanya menghela nafas, tak asing dengan kejadian ini. Sedangkan clove yang memang masih dikatakan baru, penasaran dengan apa yang terjadi.

Terlihat seorang siswi yang berpenampilan seperti biduan sedang memarahi siswi cupu.

"Dasar cupu! Lo tau gak harga jam tangan gue berapa?" Marah siswi biduan tersebut.

Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"271 juta! Lo bisa gantiin hah?"

"Maaf kak. Tapi itu bukan salah aku.." Belanya. Itu memang bukan salahnya, siapa suruh berlarian dikantin tak melihat jalan. Dia yang berdiri disisi jalan tersenggol, alhasil bekel ikan asinnya melayang dan terbuka lalu tumpah mengenai tangan gadis didepannya.

"Berani lo sama gue?" Teriaknya didepan muka siswi tersebut.

"Duh kak, air liur kakak muncrat" ucap siswi tersebut sambil mengelap wajahnya. Beneran muncrat loh ini?

"Apa lo bilang?!" Amuknya semakin marah. Apalagi siswa siswi dikantin tertawa walaupun pelan. Takut di bully. Beda lagi dengan clove.

"HAHA ANJIR PASTI BAU JIGONG!" Tawanya keras. Seketika semua menoleh. Mereka menatap kagum kecuali siswi biduan.

Clove meredakan tawanya "Eh kenapa?" clove bertanya dengan raut bingung dan malu. Kenapa mereka semua melihat kearahnya?

"Lo!!" Siswi biduan itu menghampiri meja clove. Hah masalah dateng lagi, nyesel ketawa.

"Kenapa lo ketawa? Ketawain gue lo?!" Tanyanya siap mengamuk lagi.

"Iyalah. Kalo ketawa sendiri mah orang gila dong."

"Dasar jalang!" Marahnya melayangkan tamparan

Plakk

Hening..

Bukan clove yang tertampar tapi siswi biduan tersebut.

Semua terdiam mencerna situasi. Begitupun clove. Syok berat bjirr.

"Mulut lo. Berani-beraninya berkata hina. Lo katain dia jalang? Gak introspeksi diri? Lo yang jalang sialan." Ucap George dengan suara rendah, jangan lupakan tatapan tajamnya seperti membolongi siapa saja yang masuk kedalam netra itu.

Albrata. Orang menampar siswi itu ingin menampar lagi tapi ditahan Daniel.

"Cukup."

"Gimana bisa cukup anjing!" Mata tajam Albrata tak lepas dari manusia yang berani menghina gadisnya. Neraka saja belum cukup untuk jalang didepannya.

"Lo mau clove liat kelakuan kejam lo?" Bisik Daniel menekan kata-katanya.

Seketika mata tajam itu berpindah, melihat clove.

Clove yang ditatap Albrata diam membisu. Apakah dia akan ditampar juga?

Leonard yang berada disisi clove menggapai pinggang ramping itu kemudian mengelusnya pelan.

"Gak ada yang usik lo setelah ini..." Dengan deep voice nya. Leonard berbisik penuh kepemilikan.

_____________________________________________

Sampai jumpa dipart selanjutnya.
Bye bye 💋💋

The Novel's Antagonist TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang