"Keadaan ibu sudah cukup baik, tidak perlu mengalihkan pengobatan ke luar negri." Ujar ibu jisoo sembari mengusap lembut lengan anaknya. Terlihat wajahnya begitu lelah akibat banyak nya pekerjaan.
"Aku tahu, tapi bukankah jika melakukan pengobatan di luar negri lebih cepat membuat ibu pulih? Aku ingin ibu cepat sembuh."
"Ibu juga akan segera sembuh di sini. Sebentar lagi ibu akan keluar dari rumah sakit. Kau tenang saja jisoo, ibu baik baik saja."
Wajah yang terlihat ragu itu hanya dapat mengganguk, dirinya perlahan bangkit dan meminta izin untuk pamit pulang, jisoo akan kembali besok, tadi saat jam kerja nya akan selesai, jisoo mendapat telfon jika ibunya di bawa ke rumah sakit.
Memang sebelum jisoo pergi rasanya sudah sangat mengkhawatirkan, namun ibunya tetap bersih keras tidak mau di bawa ke rumah sakit. Tapi, akhirnya tetap di bawa oleh tetangga bernama bibi oh ke rumah sakit, karna ibu nya sempat pingsan saat di depan rumah setelah dari apotek untuk mengambil obat nya yang baru.
Jisoo duduk di dalam bus, menyandarkan tubuhnya pada jendela bus sembari melihat keluar, waktu sudah menujukan jam setengah 12 malam, sudah cukup sepi untuk jalanan yang hanya di lalui oleh beberapa kendaraan saja.
Di dalam bus pun tidak begitu ramai, hanya ada dirinya, seorang wanita paruh baya yang duduk di bangku depan, dan juga seorang lelaki dengan pakaian serba hitam dan menggunakan masker yang duduk di bangku paling belakang.
Tidak ada kecurigaan apapun dalam diri jisoo karna yang dirinya fikirkan hanyalah segera cepat pulang ke rumah.
Sudah beberapa hari ini jennie tidak lah menghubunginya bahkan ketika jisoo mengirim pesan, hanya di baca saja oleh jennie. Jennie benar benar menjauhinya, benar benar mematahkan hati jisoo yang sudah banyak menaruh harap pada ucapan jennie.
Sampai di halte pemberhentian, jisoo keluar dari bus, tapi siapa sangka lelaki yang berpakaian serba hitam itu juga turun di halte yang sama.
Jisoo berjalan biasa, tadinya biasa saja namun, perasaan nya mulai tidak karuan. Jisoo berjalan sembari mengaca pada ponsel nya pura-pura membenarkan rambutnya. Terlihat lelaki itu berjalan tak jauh di belakang jisoo dirinya menurunkan ponselnya, berjalan lambat namun lelaki itu tidak kunjung melewatinya, jisoo berfikir barangkali dirinya menghalangi jalan lelaki itu.
Jisoo mulai berjalan agak cepat terdengar langkah kaki yang mengikuti langkah cepatnya, hingga akhirnya jisoo berlari, berlari untuk sampai ke rumah nya. Sempat melewati beberapa orang namun tidak ada yang menyadari itu.
Jisoo memilih berbelok ke salah satu gang, tapi pilihan nya kali ini salah, jisoo terjebak sekarang. Di antara orang misterius yang mengejarnya dan juga tembok tinggi.
"Siapa kau!! Kenapa kau mengejarku!" Teriak jisoo ketakutan. Jisoo berusaha mengotak atik ponselnya, namun lelaki itu langsung menarik nya dan membanting nya sehingga langsung retak layar ponsel jisoo.
"Apa yang ingin kau lakukan? Kau ingin merampok ku? Percuma!! Karna aku bukan orang banyak uang!!"
Tapi, lelaki itu melangkah kan kakinya sembari masih mendengar ocehan jisoo. Hingga detik berikutnya bibirnya langsung terbekap oleh sapu tangan, jisoo menghirupnya hingga akhirnya tidak sadarkan diri.
"Akh! Akhirnya." Pekik nya lega sembari membuka maskernya. Sembari salah satu tangan menompang jisoo, lelaki itu mengotak atik ponselnya untuk menelfon seseorang.
"Bawakan mobilnya, aku akan kirim lokasinya."
Setelahnya ponselnya di masukan kembali ke dalam saku. Taehyung melihat jelas wajah cantik yang kini damai dalam kendali obat bius.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTIVE [END]
Teen FictionBerawal dari jisoo yang menggantikan jennie di sebuah kencan perjodohan. Jisoo fikir, tugas nya sudah selesai hanya dengan menggantikan jennie sekali. Tapi, disitu adalah hanya awal, awal dimana cinta dan obsesi taehyung yang mulai tumbuh. Highest r...