Chapter 12| Kissing Hotly

6.3K 454 394
                                    

Permen itu rasa strawberry. Sensasi manis dan asam nya tidak terlalu berlebihan sampai lidah Jennie yang pemilih dapat menerimanya dengan senang hati. Tapi mau seperti apapun rasanya, Jennie tidak bisa menikmati permen itu sendirian. Karena tiba-tiba saja ada tangan nakal yang menarik tangkainya hingga timbul bunyi 'plumph' ketika melesat melewati bibir.

Permen itu basah. Tentu saja. Yang tadinya sensasinya cuman ada dua kini menjadi tiga. Manis, asam dan hangat. Sungguh perpaduan yang membuat candu. Jarak mereka yang masih dekat pun membuat indera penciuman Harvey lebih sensitif. Dia pun jadi menyadari bahwa bibir glossy tempat permennya lewat itu turut beraroma strawberry sama seperti yang sedang ada di dalam mulutnya sekarang.

"You know what? Selain Colosseum, ada hal lain yang membuatku tertarik."

Meskipun jantungnya sudah berdetak tak tenang, tetapi Jennie tetap bersuara. "Apa?"

"Bibirmu. I'm trying so hard to not kissing you."

Mendadak suasana di kamar itu sepi dan sunyi. Waktu seakan berhenti berputar seiring tenggelamnya Jennie dalam tatapan teduh Harvey. Jennie sungguh tak ingat kapan terakhir kali dia merasa gugup seperti ini. Dan yang lebih aneh adalah kata-kata kasar yang biasanya selalu siap siaga menampar Harvey sudah tidak terlintas di pikirannya lagi.

"Malam itu... kau... tidak memberikanku kesempatan untuk membalas. Bolehkah aku... membalasnya sekarang?"

Harvey bertanya dengan ragu-ragu. Tersirat rasa takut juga di wajahnya. Namun ketika Jennie memperhatikan matanya lagi, matanya tampak mendamba dengan penuh harap.

"Do you know how to kiss someone?"

"If I say no, will you try to teach me?"

"What the fuck, no!"

Jennie menolak dengan keras. Tangannya pun langsung terangkat untuk mendorong bahu Harvey. Namun bukannya pergi dan menjauh, Harvey justru menindih tubuh Jennie tepat setelah permennya pecah di banting ke atas lantai.

"Teach me or I will kiss you like you did to me before?"

"Kau mengancamku?!"

Jennie memukul dadanya. Sementara Harvey langsung meraih tangan Jennie untuk di genggam sekuat mungkin.

"Sejujurnya aku tak ingin memaksamu." pria itu berbicara dengan suara yang berat. Tatapannya yang semula tajam tampak kian melembut. "Aku ingin bersabar sedikit lagi. Tapi semakin aku menunggu dan mengulur waktu, aku justru semakin tak bisa mengendalikan diriku."

Kemudian pandangannya pun beralih ke bibir Jennie. Menyentuh bagian bawahnya sampai sedikit terbuka, lalu berucap sambil berbisik. "Kali ini aku tidak akan mendengar larangan apapun."

Dan tepat setelah kalimat itu berakhir, Harvey langsung menyambar bibir Jennie. Jennie yang kaget tampak sedikit tersentak. Dia tidak menduga bahwa anak kecil yang dulunya hanya setinggi pahanya itu kini telah menjelma menjadi pria dewasa yang terlampau berani.

Seakan menjadi hal yang paling dia incar, dia menghisap bibir bawah Jennie dengan sangat kuat. Kemudian setelah puas, dia pun berpindah ke bibir bagian atas. Meskipun minim pengalaman, tetapi lumatannya cukup lihai untuk sekelas pria yang ciumannya hanya bermodalkan rasa nekat.

Jennie sendiri tidak mau membalas. Satu-satunya hal yang dia lakukan adalah memberontak untuk melepaskan tautan bibir mereka. Namun lawannya kali ini tidak pantang menyerah. Dia terus melumat bibir Jennie dengan penuh gairah sampai cengkraman tangan Jennie di punggungnya terlepas secara perlahan.

Jennie kalah.

Pertahanannya hancur.

Bahkan ketika Harvey mengangkatnya untuk di dudukan di antara dua paha, dia tak memberontak lagi. Justru secara tiba-tiba saja kedua tangannya sudah melingkar di leher Harvey. Kepala mereka pun tampak bergerak berlawanan, ke kiri dan ke kanan.

𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang