Chapter 23| Century Plaza Hotel

2.9K 341 331
                                    

Ternyata menjaga hubungan agar tidak diketahui oleh orang lain memang semenyebalkan itu. Harvey jadi tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan leluasa. Padahal kepulangan Jennie ke LA adalah hal yang paling ditunggu-tunggunya. Namun ketika Jennie sungguhan pulang, mereka justru harus menjaga jarak. Sekalinya bertemu, Aeris selalu datang tanpa memberi aba-aba.

Kalau sesekali diganggu, Harvey tidak masalah. Tapi setiap kali dia bertemu dengan Jennie pasti pertemuan mereka berakhir dengan tidak menyenangkan. Contohnya seperti saat Jennie mendorong Harvey waktu itu. Bokongnya sakit demi apapun. Tapi mau mendiamkannya karena marah juga tak bisa. Because she's Jennifer Jane, right? A woman he loves the most.

Sementara Jennie sendiri juga merasa bahwa kebebasannya dirampas, pergerakannya terbatasi. Dia juga tak bisa leluasa menikmati waktu kosongnya dengan Harvey. Satu-satunya tempat yang dia rasa jauh dari jangkauan pengganggu memang hanya hotel. Maka ketika mendengar ajakan untuk menginap itu Jennie langsung merespon dengan mengatakan, "Do you wanna a suite room or presidential suite?"

Dan Harvey menjawab, "It's up to you. Yang terpenting, aku diranjang yang sama denganmu."

"Tunggu sebentar! Kau ingin melakukan apa denganku?"

Tangan Harvey pun tampak terangkat untuk membelai rambut Jennie. "My Dearest, just tell me about the future you want to make happen with me... while I softly kissing your neck."

Panas.

Apa yang panas ini?

"So, it's just a neck kiss?"

"Yes. But if that's still not enough, do you wanna do something else?"

Perpaduan suara yang berat dengan tatapan yang dalam itu hampir membuat Jennie menggila. Sebelum kewarasannya benar-benar terenggut habis oleh pemuda itu, buru-buru Jennie mengambil alih laptopnya lagi. "Sampai dimana tadi tujuan penelitian skripsimu? Mengidentifikasi dan menguraikan makna simbolis dari-"

"Dear," belum juga kalimatnya tersampaikan sampai akhir, tangannya sudah lebih dulu di pegang oleh Harvey. "Yes or no?"

Seakan terhipnotis oleh tatapannya itu, Jennie pun menjawab. "Yes."

"Okay, that's my Girl! Ayo?"

"Sa-sayang, sekarang? Bagaimana dengan tugas akhirmu? Setidaknya selesaikan dulu sampai bagian manfaat!"

"Oh iya, ini tanggung sekali ya kalau ditinggal?" rasa bimbang pun mulai menyelimuti pemuda tampan itu. Lalu setelah beberapa menit berpikir, akhirnya dia dapat memutuskan pilihannya.

"Sebaiknya kuselesaikan saja. Menunggu sebentar tidak masalah 'kan? Apa kau mau menunggu sambil makan? Menambah minum mungkin? Atau mendengarkan musik dari headphone ku?"

Harvey bukannya berlebihan. Dia bertanya seperti itu karena dia tak ingin Jennie bosan. Dia hanya ingin memastikan Jennie nyaman dulu sebelum dia melanjutkan aktivitasnya.

"Tidak perlu. Cheesecake ku masih ada. Aku makan ini saja. Beritahu aku jika kau mau."

Harvey pun membuka mulutnya. "Mau."

Melihatnya meminta secepat itu membuat Jennie merasa gemas. Dia pun segera menyuapi Harvey yang sudah mulai sibuk mengerjakan tugasnya.

"Suka?"

"Suka."

"Lebih suka aku atau cake nya?"

"Cake nya."

"Heyyy?!"

Setelah mendengar ucapan Jennie yang seakan tidak terima, Harvey pun tak bisa menahan tawanya lagi. Tapi kemudian, dia menoleh untuk mendaratkan kecupan manis di pipi wanita itu. "Jika aku harus membuat list hal favoritku, maka namamu ada di nomor satu."

𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang