Chapter 30| The Route Home: Leading Me Back to You

2.1K 290 225
                                    

"Harvey... Kenapa kau di sini?"

Suara yang tidak asing itu membuat Harvey terdiam. Dia merasakan sentuhan lembut di pundaknya, yang kemudian membuatnya menoleh dan terkejut.

"Ya Tuhan, kau..." Harvey tak mampu lagi berkata-kata. Air mata yang sedari tadi dia tahan pun, akhirnya menggenang dan mengenai pipinya. "Aku benar-benar akan membencimu jika kau sampai meninggalkanku, Jennie! Apa kau tak tahu aku sudah mencarimu seperti orang tidak waras?! Aku sudah cemas setengah mati, karena takut tak akan bisa melihatmu lagi!"

Jennie hanya bisa diam, berdiri memandangi Harvey, dengan mata bengkaknya yang seperti habis menangis lama.

"Kau tidak jadi pulang?" tanya Harvey memastikan. Kali ini sambil memegangi tangan Jennie dengan raut wajah sedih bercampur takut.

Tapi bukannya Jennie yang menjawab, justru suara Aeris yang terdengar. "Bagaimana dia akan pulang jika rumahnya dirimu?"

Tiba-tiba dia muncul dari balik pilar, menunjukkan senyum hangat yang beberapa bulan ini tidak pernah terlihat, dan terus berjalan mendekat ke arah mereka sambil menggeret satu koper putih. "Kau tidak akan mengucapkan selamat datang padaku, Calon Menantu?"

Apa?

Dia mengatakan apa?

Harvey jadi teringat lagi dengan catatan kecil yang Aeris berikan. "Kau bukan lagi anggota dari keluarga kami. Jauhi putriku, dan hiduplah dengan keluarga aslimu. Jika kau ingin kembali, datanglah menggunakan jas ini di hari Jennie menikah dengan pria lain." Tapi sekarang, apa yang sedang terjadi? Bukankah dia sangat tidak menyukai Harvey?

"Aku sudah memikirkannya," ujar Aeris yang seolah mengerti akan kebingungan pemuda itu. "Aku tak berhak untuk memisahkan kalian."

"Mungkin Jennie tak menceritakan hal ini padamu, tapi aku sempat marah besar hingga berakhir menamparnya. Aku sangat tidak terima ketika tahu kalian memiliki hubungan, karena menurutku, itu sama sekali tidak pantas. Terlepas dari kau anak siapa dan apa status kalian sebelumnya, umurmu masih terlalu muda untuk menjadi pendamping putriku. Aku pun takut jika kau telat nakal, dan malah mendua dengan wanita lain disaat aku sudah mengizinkan kalian hidup bersama. Karena jika berkaca dari ayahmu, dia sangat amat mudah tergoda dengan yang namanya wanita. Itu yang benar-benar menjadi pertimbanganku ketika ingin merestui kalian."

"Tapi Nek, aku bukan pria yang seperti itu. Jika aku sudah memilih Jennie, maka Jennie saja seterusnya. Mungkin, bagimu aku masih terlalu muda, tapi untuk melindunginya, aku sudah bisa. Aku bisa membuatnya tersenyum, membuatnya merasa sangat disayangi dan memberikan kehidupan impiannya yang tak bisa diberikan oleh pria mana pun. Jika setelah ini, kau akan mempermasalahkan masalah ekonomi, maka aku ingin memberitahumu bahwa aku sudah mendapatkan pekerjaan. Mungkin tidak akan bisa melampaui kekayaan kalian berdua, tapi aku yakin bisa memenuhi kebutuhannya nanti bila dia hidup denganku."

Harvey menjelaskan hal tersebut dengan sungguh-sungguh. Tersirat amarah juga dari tatapannya, karena dia hampir kehilangan satu-satunya cinta yang dia miliki.

"Kali ini, tolong dengarkan aku, Nek. Jangan jauhkan dia dariku. Aku benar-benar mencintainya."

Memandangi tangannya yang digenggam erat oleh Harvey, seketika Jennie diterjang oleh rasa bersalah. Dia benar-benar hampir pergi hari ini tanpa berniat untuk memperjuangkan hubungan mereka lagi. Karena menurutnya percuma saja, berjuang atau tidak berjuang, keputusan Aeris akan tetap sama.

Namun, di detik-detik keberangkatannya, sosok Aeris tiba-tiba muncul, membawanya berbicara empat mata dan melarangnya untuk pergi dari Harvey.

"Harvey," Jennie memanggilnya sambil tersenyum tipis. "Ibu sudah merestui kita."

𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang