Malam ini, salju masih turun perlahan, seperti butiran kristal kecil yang berkilauan, menyelimuti dunia dalam keheningan yang membeku. Meski di luar begitu dingin, tapi dikamar itu hawa panas sudah menyeruak dari perapian, dan juga dari tatapan mata Harvey yang memikat penuh hasrat.
Harvey masih berdiri menunggu jawabannya, berharap Jennie setuju agar pikirannya teralih dari kenangan masa lalu yang baru muncul setelah dia tiba di rumah. Jennie yang juga sedang menatapnya di atas tempat tidur, perlahan tampak turun, menanggalkan night dress yang dikenakannya tanpa mengatakan apapun.
Jantung Harvey seketika berdegup kencang. Apalagi ketika mendengar suara halus Jennie yang mengatakan, "Kau hanya akan melihatku?"
Harvey tentu menggeleng. "I really want to kiss you, and not just on the lips."
Jennie pun menjawab sambil merentangkan tangannya, "Come kiss me and don't stop."
Dalam sepersekian detik, Harvey pun membuang pakaian nya ke lantai, menghampiri Jennie dengan langkah besarnya, dan menarik tengkuk wanita itu untuk mencumbunya dengan mesra. Jennie terhuyung kebelakang, hampir terjatuh. Tapi untunglah Harvey sigap menahan tubuhnya meski masih fokus melumat dengan menggebu-gebu.
Rasanya, malam ini Harvey sedikit berbeda, dia menjadi lebih agresif. Tidak ada hisapan pelan, tidak ada sentuhan lembut. Dia hanya terus meremas bokong Jennie dengan kuat, dan menciptakan sensasi nyeri di leher hingga Jennie mendesis kesakitan.
"If you can still walk, it means we're not finished." bisik Harvey yang mulai sibuk memainkan payudara Jennie.
Itu terdengar sedikit mengerikan.
"Kau berencana menahanku disini?"
Tanpa menjawabnya lebih dulu, Harvey justru menarik tubuh Jennie dan membawanya ke sisi dinding. Tangan mereka saling menggenggam ke atas, dengan keadaan tubuh saling menekan dan menempel. "Aku tak ingin kau pulang."
"...."
"Aku ingin kau denganku."
"...."
"Aku takut kau tak kembali."
"Harvey, -"
"Aku hanya punya dirimu."
Kemudian, genggaman Harvey terlepas, lalu dia jatuh ke dalam pelukan wanitanya.
"Sayang, jangan seperti ini," lirih Jennie sembari mendorong pundaknya agar pelukan mereka terlepas. "Jangan mengatakan sesuatu yang akan membuat langkahku semakin berat. Ini juga tak mudah bagiku."
Harvey tampak membuka mulutnya seperti akan menyampaikan sesuatu, tapi karena Jennie takut ucapannya menyinggung soal perpisahan lagi, Jennie pun segera menciumnya dengan panas dan penuh gairah. Jemarinya yang lentik, juga terlihat meremas rambut Harvey, memberi sentuhan lembut di tengkuknya, sebelum kembali berjalan ke arah ranjang berukuran king size.
Harvey terjatuh, Jennie berada di atasnya. Nafas keduanya memburu, tapi tidak ada yang mau berhenti. Sementara sesuatu di bawah sana sudah mengeras siap memasuki Jennie.
Jennie pun meraba dan menggenggam benda itu, ciumannya juga mulai turun dari dada ke perut, membalas setiap tanda yang sebelumnya Harvey buat di lehernya.
"Hickies in places only you and I can see."
Tak tahan lama-lama di siksa olehnya, Harvey pun memutar posisi mereka. "Damn, I want you so fucking bad." ucapnya dengan suara berat dan tatapan yang dalam.
Sambil sedikit tersenyum, tangan Jennie mulai terulur untuk merapihkan rambut Harvey. "Making you smile and making you horny are my two favourite things."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄 ✓
Romansa"Mommy" -(n) a hot female version of Daddy Di dalam hidupnya, Gracella Jennifer Jane hanya pernah jatuh cinta sekali. Itu pun cinta yang menjadi luka untuknya karena pria itu lebih memilih wanita lain. Memutuskan berpaling dan mengobati rasa sakit...