Harvey sangat amat mengerti mengapa Jennie ingin menyembunyikan hubungan mereka. Ya meskipun sampai sekarang hubungan tersebut belum officially sebagai sepasang kekasih juga, namun tindakan mereka sejauh ini sudah cukup memberi gambaran bahwa mereka saling ingin memiliki, tidak hanya sekedar jiwa dan raga, melainkan hati beserta setiap inchi dari isinya.
Lelah yang terbayar oleh peluk hangat itu juga turut memberi jawaban. Bahwasanya, rumah yang nyaman tidak hanya sekedar rumah yang berbentuk bangunan. Harvey memiliki Jennie sebagai tempat pulang. Dan Jennie pun jadi tak bisa denial. Mau sekeras apapun dia menolak, pada kenyataannya tetap Harvey lah yang memberikannya sandaran terbaik, alasan di balik senyumnya yang indah dan juga tempat ternyaman untuk menghapus penat serta lelahnya.
"Ibu adalah tipikal orang yang gampang curiga. Jangan melakukan apapun yang menarik kecurigaannya. Jadi bersikaplah seperti biasa."
Berbekalkan peringatan dari Jennie itu, di keesokan harinya Harvey sungguhan bersikap seperti biasa. Ketika mereka bertemu, Harvey tidak lagi menyapanya. Jennie pun kembali memasang wajah tak berekspresi seakan menganggap keberadaan Harvey tidak pernah ada. Saat sarapan pun Harvey duduk di ujung meja sementara Jennie duduk di ujung lainnya. Persis seperti hari-hari di mana rasa cinta itu belum tumbuh diantara mereka.
"Aku dengar kondisi ayah Johnny semakin memburuk. Apa hari ini dia akan tetap bekerja bersamamu?" ujar Aeris.
Sambil menikmati sarapannya, Jennie menjawab. "Tidak. Dia akan cuti selama seminggu. Mulai hari ini aku akan membawa mobilku sendiri."
"Mom, but you have a driver."
Jennie tahu apa maksud dibalik ucapannya itu. Dia pasti ingin mengantar dan menjemput Jennie bekerja. Tapi Jennie menjawab, "Tidak perlu."
Jika dia sudah berkata seperti itu maka Harvey bisa apa selain diam?
"Asal tidak menabrak saja itu sudah sangat menenangkanku."
Satu tatapan sinis pun langsung Aeris dapatkan dari Jennie. "Bu, ucapanmu terkesan seolah aku baru belajar menyetir kemarin. Aku bukan dirimu yang sekali membawa mobil langsung tergores!"
"Kapan aku seperti itu?"
"Cih, saat aku di Italy bukankah kau menyerempet mobil Harvey?"
"Harvey, kau memberitahunya?" tanya Aeris sambil melihat Harvey dan Jennie secara bergantian.
"Tidak!"
"Lalu kau tahu dari mana, Jane?"
Oh shit! Jennie tidak mungkin menjawab bahwa dia membaca pesannya dari ponsel Harvey di saat Harvey sedang berada dikamar mandi menyelamatkan kewarasannya setelah melihat belahan dada Jennie.
"Dinding pun bisa berbicara di rumah ini. Jadi tak usah heran mengapa aku mengetahui segalanya dengan mudah." jawab Jennie tanpa menunjukkan indikasi kebohongan.
"Oh, really?" sahut Aeris dengan nada jengkel. "Tapi tak usah membahas itu. Aku sudah memberi Harvey uang untuk memperbaikinya dari jauh-jauh hari. Sekarang aku lebih tertarik membahas lelaki yang mengantarmu pulang semalam. Siapa ya namanya? Damian? Ya, Damian. He's so cool! Akhirnya ada pria lain yang bisa aku lihat bersamamu selain Johnny Dexter! Bagaimana pendapatmu tentang dia?"
"Biasa saja." jawab Jennie dingin.
"Apa maksudmu biasa saja?! Dia mengantarmu dengan mobil Bugatti Chiron Super Sport, Jane!"
"Ya, lalu? Aku bahkan punya dua Bentley, tiga Porsche dan satu Roll-Royce, Bu. Jangan bertingkah seakan anakmu ini wanita miskin yang harus berkencan dengan pria kaya. Aku sudah kaya tanpa pria."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄 ✓
Romance"Mommy" -(n) a hot female version of Daddy Di dalam hidupnya, Gracella Jennifer Jane hanya pernah jatuh cinta sekali. Itu pun cinta yang menjadi luka untuknya karena pria itu lebih memilih wanita lain. Memutuskan berpaling dan mengobati rasa sakit...