5] Kacau

3.2K 407 77
                                    

Jaemin menghela nafas kasar kala Irena terus menatapnya lekat sejak dia masuk ke ruang kerja wanita itu.

"Gak ada yang mau di omongin? Yaudah aku keluar--"

"Sebentar, tunggu sebentar," Sela Irene cepat, menatap sendu Jaemin yang duduk di sofa.

"Mama--minta maaf."

Jaemin menatap Irene dengan sebelah alis terangkat, "Kenapa? Oh mama mau cerai sama ayah?"

Irene terhenyak, menatap bagaimana ekspresi malas Jaemin, namun netra anak itu terlihat kosong.

"Jadi? Setelah cerai aku sama siapa? Atau gak ada yang mau nerima--"

"Bukan, bukan itu maksud mama," Irene menggeleng.

Jaemin menghela nafas lelah, kenapa wanita ini bertele tele sekali sih? Kenapa juga tiba tiba mau bicara dengan Jaemin?

"Ayolah, aku sibuk, emang mama gak sibuk sama jadwal photoshoot? Biasa sampe gak punya waktu buat pulang walau cuma sebulan sekali," Sindir Jaemin melirik Irene malas.

Jujur saja Jaemin tak berharap apapun lagi, memang mau berharap ke siapa? Ke ayahnya yang gila itu? Ke ibunya yang sibuk dengan perkerjaannya tanpa pernah menatap Jaemin? Atau ke Jaehyun yang dengan teganya pergi ke luar negeri untuk kuliah dan mengabaikan Jaemin?

Cih, Jaemin lebih suka berharap pada tanggal kematiannya saja.

"Mama mutusin buat tinggal di Jepang selama beberapa bulan."

Jaemin mengangguk, "Kenapa harus ngasih tau? Emang biasa gitu kan? Gak pernah di rumah."

Irene hanya bisa terdiam, karena semua yang Jaemin ucapkan memang benar.

"Maaf--"

"Aku duluan, temen temen udah nunggu,"Jaemin memilih segera beranjak bangun dan segera pergi.

Lucu sekali, wanita itu baru meminta maaf setelah belasan tahun tak pernah mau menoleh sedikitpun pada Jaemin?

Waah, Jaemin merasa tersanjung.

____________________________

"Jaemin, kamu mau kemana?"

Jaemin menoleh, mendapati Suho duduk di sofa, ia terdiam sesaat, "Ke--rumah Jeno."

"Malam?"

Jaemin menghela nafas pelan, "Urusan, aku ngelakuin semuanya dengan baik kok, ayah gak perlu khawatir."

Suho mengangguk, "Bagus, kamu memang harus seperti itu."

Harus?

"Kalau gitu aku pergi dulu."

Jaemin dengan cepat berlalu pergi, meninggalkan Suho yang masih terus menatapnya seraya menggumamkan sesuatu.

__________________________

"Jaem--HEH!" Mark melotot, menatap Jaemin yang memukul samsak brutal, tangan lelaki itu bahkan sudah memerah dan sedikit lecet.

"JAEM LO KENAPA?!" Mark berusaha menarik lelaki itu mundur dan menahan kedua tangannya.

"Lepasin gue, LEPASIN GUE MARK. LO MAU GUE PUKUL HAH?!"

"Kenapa ribut amat--WOY!" Jeno yang baru masuk ikut membantu Mark menahan Jaemin.

"TENANG JAEM, JANGAN EMOSI!"

BUGH

BRUKK

Jaemin yang memang sudah terlalu lelah langsung jatuh tersungkur hanya dengan satu pukulan Jeno, Mark dengan cepat mendekat dan kembali menahan tangan Jaemin.

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang