4 ] Butuh

3.5K 435 126
                                    

Jaemin mengerjap tak percaya, menatap Jaehyun yang sudah duduk rapi di kursi meja makan, ia kembali menatap jam di dinding

05:40

what the--?

"Jaemin, ayo makan dulu, abang udah masakin--"

Jaemin segera melangkah pergi, namun kalah cepat dengan Jaehyun yang menarik lengannya.

"Abang minta maaf, sarapan dulu ya? Abang bakal balik ke kamar, tapi kamu harus sarapan dulu," Jaehyun tersenyum getir, segera berlalu pergi menaiki tangga.

Lantas, apakah Jaemin memakan sarapan yang di siapkan Jaehyun? Tidak, lelaki bersurai merah gelap itu malah melangkah pergi dari sana dengan kesal.

"Lo telat sialan, siapa yang butuh lo lagi?"

__________________________

"JAEMIN!!"

Mark dengan cepat menarik Jaemin yang sedang memukul Haechan.

"Ck lepasin gue! Bocah gila itu ngambil semua obat tidur gue semalam!"

Renjun yang mendengar itu meraup wajahnya kasar, Haechan itu gila ya? Sudah tau akhir akhir ini Jaemin sering lepas kendali, dia malah mencari masalah?

"JAEMIN STOP ANJING!" Jeno berteriak cepat, ikut menahan Jaemin yang masih terlihat kesal.

Haechan bangun, mengusap sudut bibirnya yang berdarah, wajahnya terasa nyeri sekarang.

"Udah gak apa, lepasin aja dia," Ucap Haechan enteng.

Mark dan Jeno melongo, namun tak urung melepas Jaemin yang langsung kembali maju dan mencengkram kerah seragam Haechan.

"Lo apa apaan sialan?! Siapa yang ngizinin lo masuk ke kamar gue?!"

Haechan menyeringai, memeluk pinggang Jaemin agar lelaki itu tak bisa mengelak nantinya.

"Jaem lihat darah di tangan lo, waah, lo berani mukul orang sampai separah ini sekarang?"

Jaemin mengerjap, tubuhnya menegang kaku melihat bercak darah di tangannya, ingin mundur namun Haechan menahannya.

"Lepas--"

"Lo hebat kan? Ini perkembangan kan? Lo--bisa mukul orang dengan enteng sekarang, hebat Lee," Desis Haechan pelan.

bisa mukul orang dengan enteng

Tidak..

"Lepas--"

"LEPASIN GUE SIALAN!"

Jaemin mendorong Haechan untuk mundur dengan kasar, untungnya Jeno dengan cepat menahan tubuh Haechan yang terhuyung.

"Kenapa? Omongan gue bener, kan? Lihat?"

Kedua tangan Jaemin terkepal erat, berdecih kesal sebelum segera berlalu pergi dari sana.

Renjun menjitak kepala Haechan lumayan kuat, "Lo gila ya? Udah tau si Jaemin lagi emosi, kenapa lo ganggu?!"

"Ya biar dia tetap hidup, lo mau dia overdosis obat obatan?"

"Ribut amat, seret aja ke RS terus ikat."

Yaaa, selalu ada yang lebih gila dari Haechan kan?

___________________________

"Kamar Jaemin memang di kunci?" Tanya Jaehyun pada salah satu maid.

"Benar, kamar tuan muda Jaemin memang selalu di kunci, dan tuan muda Jaemin tak mengizinkan siapapun untuk masuk."

Jaehyun mengernyit, "Tak ada yang membersihka kamarnya?"

"Tidak, tuan muda tak mengizinkan."

Jaehyun mengangguk, "Kau boleh pergi."

Jaehyun tau saat dia masih disini saja Jaemin rasanya punya banyak masalah yang di sembunyikan, tapi tampaknya sekarang--semakin banyak..

Apa ada hal besar yang terjadi disini saat Jaehyun kuliah?

"Tuan muda Jaehyun, tuan dan nyonya telah sampai di bandara."

Jaehyun tersentak, astaga ayah dan ibunya sudah sampai ya?!

__________________________

"Kak--"

Jaemin memutar kedua bola matanya malas, segera melangkah pergi di ikuti Jisung yang mengejarnya.

"Kak lo marah?"

"Lo marah masalah--"

"Diem deh lo, mood gue lagi jelek," Sela Jaemin kesal, memilih melangkah menuju UKS dengan Jisung yang tetap setia mengikuti langkahnya.

"Oke oke, semua urusan lo nanti malam sampe minggu depan biar gue yang selesain, deal?"

Jaemin baru saja akan mengangguk jika saja tak ingat Suho kembali hari ini.

"Ck gak perlu, balik kelas lo sana jangan ganggu gue."

Jisung meringis, merasa sedikit menyesal karena memaksa Jaemin menembak.

Baiklah baiklah, Jisung salah.

"Kak gue bener bener minta maaf nih--"

"Park Jisung minggir sebelum gue pukul lo," Desis Jaemin kesal.

Kepalanya benar benar ribut sekarang!

"Oke oke, gue kesini pas jam istirahat. Sekali lagi maaf, kak."

Jaemin meraup wajahnya kasar, menatap Jisung yang berlalu pergi dari taman belakang tersebut.

"Arghhh sialan!"

Mata Jaemin berkaca kaca, menatap bekas merah darah yang sedikit tersisa di tangannya.

bisa mukul orang dengan enteng

"Enggak, gue gak sejahat itu," Bisik Jaemin lirih seraya menggeleng.

"Gue gak sejahat itu, gue gak gitu."

Dan Jaemin rasanya benar benar bisa gila hanya karena satu ucapan singkat Haechan.

"Gue gak gitu, gue gak gitu.."

______________________

"Ayah, ibu."

Jaehyun memeluk Suho dan Irene bergantian, di balas pelukan tak kalah erat oleh keduanya.

"Dimana Jaemin?" Tanya Irene kala tak mendapati putra bungsunya.

Jaehyun tersenyum tipis, "Dia sekolah."

Irene mengangguk, "Yaudah ayo langsung pulang aja."

Jaehyun menatap kedua orang tuanya ragu, haruskah dia bertanya pada mereka?

"Jaehyun, mulai sekarang tolong jaga adik kamu dengan baik, ya," Bisik Irene dengan senyum tipis, menepuk bahu Jaehyun dua kali membuat lelaki itu mengerjap bingung.

Maksudnya?

___________________________

"Jaemin, kok telat banget pulangnya?"

Jaemin yang baru sampai tersentak kaget saat Irene memeluknya, ia mengernyit aneh.

"Bisa--tolong lepas? Aku mau ke kamar," Ucap Jaemin datar, ada apa sih? Kenapa sok baik sekali?

Irene melepas pelukannya, tersenyum lembut pada Jaemin, "Nanti bisa tolong ke ruang kerja mama?"

Jaemin semakin mengernyit, ruang kerja?

"Aku gak ada waktu kalau untuk ngeliat mama sama ayah ribut."

Irene berusaha mempertahankan senyum nya, "Enggak, ada yang mau mama omongin sama kamu."

Jaemin hanya berdehem lantas berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Irene yang kini menatap putra bungsunya dengan sendu.

'maaf, maafin mama'



















haiiiiiiiiiiiiiiii aku uppp

lama ya? sorry, bingung mau nulis yang mana :)

komen yang banyaaak

di tiap paragraf!!

see u di next chap, lop u all

jangan lupa vote dan komen💚💚

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang