24] END

2.4K 350 61
                                    

nanggung, soalnya ini end

komen yg banyak di tiap paragraf sengg

_____________________

Langit mendung, suara gemuruh terdengar, namun hujan tak juga turun. Angin berhembus kencang, menerbangkan dedaunan kering di tanah.

Namun isak tangis dan raungan pilu Irene terdengar jelas, meraung tak terima di samping makam Jaemin yang masih basah dan bertabur kelopak bunga.

"Adek, kenapa ninggalin mama?"

"Kenapa adek hukum mama gini? Kenapa? Seharusnya adek bilang kalau masih marah, jangan tinggalin mama gini," rintih Irene dengan air mata yang mengalir deras.

Usapan dan pelukan Suho sama sekali tak bisa menenangkannya, tatapannya terus terpaku pada nisan yang terukir nama putranya.

"Irene, jangan gini. Kita--juga harus bisa nenangin Jaehyun, dia lebih dari terluka," bisik Suho lirih.

Lantas Irene dengan cepat menoleh, menemukan Jaehyun masih berdiri dengan payung hitam di tangannya. Wajah lelaki itu pucat, pandangannya lurus ke depan tanpa menatap makam Jaemin, tatapannya kosong, Jaehyun tak membuka suara sama sekali sejak Jaemin di pulangkan dari Jepang dan di makamkan.

Jaehyun menarik nafas dalam, dengan cepat berucap sebelum Irene membuka suara, "Aku pulang."

Ia dengan cepat berbalik dan pergi dari sana, tangannya melepaskan payung hitam yang ia genggam, membiarkan payung tersebut terbang di bawa angin entah kemana.

"Abang!"

"Aku beli buku dongeng, tapi abang yang bacain ya?"

"Ayo dong masak ini, nanti aku beliin es krim deh di depan sekolaah."

"Abang..jangan pergi.."

Dada Jaehyun kembali terasa sesak, namun tetap tak berani menoleh pada makam sang adik yang kian jauh ia tinggalkan.

"Maaf, maaf, maaf, maaf," Jaehyun terus melirih, merasa akan gila dengan penyesalan dan perasaan tak rela nya.

Kenapa Jaemin pergi?

Tidak, kenapa--Jaemin pergi dari dunia ini? Kenapa tak pergi ke negara lain? Atau setidaknya tempat dimana Jaehyun masih bisa melihat dan memeluknya kapan saja.

Kenapa--pergi ke tempat yang bahkan tak bisa Jaehyun gapai?

"Jaemin, tolongin abang, sakit, kenapa--hati abang sakit?"

Dan tepat di gerbang pemakaman, langkah Jaehyun terhenti, menepuk dadanya yang terasa amat sesak seolah di timpa batu besar, tenggorokannya terasa tercekat, padahal Jaehyun ingin meraung keras, meraung tak terima seperti yang Irene lakukan. Namun tak ada sepatah katapun yang keluar, Jaehyun hanya bisa diam dengan perasaan menyakitkan yang semakin menumpuk.

"Enggak, abang gak bisa, abang gak rela, gak akan pernah," Jaehyun berusaha menarik nafas, air mata yang sedaritadi ia cegah kini luruh begitu saja.

"Abang gak rela, abang gak izinin kamu pergi! Abang gak bisa, gak akan bisa!"

"Jaehyun!" Johnny yang sedaritadi menunggu di mobil berlari mendekati Jaehyun kala lelaki itu kini berlutut seraya menangis.

"Jaemin.."

__________________________

BUGHH

BUGHH

Nafas Haechan menderu, kembali memukul stir mobilnya dengan marah, kacamata hitamnya hancur, raut wajahnya tak terima, tangannya yang kini memerah dan terluka ia abaikan, karena nyatanya hatinya lebih sakit kala harus menunggu jasad Jaemin dan sadar bahwa Haechan--tak ada disana saat detik detik terakhir Jaemin yang mungkin saja amat kesakitan..

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang