Rintik hujan mengalir, suara angin terdengar, hujan membasahi payung hitam yang melindungi seorang lelaki yang melangkah melewati barisan makam makam disana.
Langkahnya terhenti di salah satu makam, bunga mawar putih di tangannya perlahan mulai terkena rintik hujan saat ia menaruhnya di samping nisan, bersebelahan dengan bunga bunga lainnya yang terlihat masih baru.
Lee Jaemin
"Aku--datang," gumamnya pelan.
Suara angin masih terdengar di sela sela suara hujan.
"Aku benar benar menggantikan kebahagiaan mu, aku juga hidup dengan baik dan tenang seperti permintaan mu."
Tenggorokan lelaki itu terasa tercekat, hanya beberapa detik, namun ingatan bertahun tahun silam itu tak pernah gagal menariknya dalam perasaan kacau seolah sedih dan merasa bersalah.
"A-arghh--s-seka-rang, hidup tenang ya? Maaf Logan.."
"Aku--juga minta maaf.."
"Maaf.."
"Maaf.."
"Semoga kau tenang disana, aku sungguh minta maaf. Dan--aku sungguh berharap kau tenang disana, doa ku bukan kebohongan."
"Tidurlah dalam damai, Lee Jaemin."
___________________________
Jaehyun menatap teduh remaja di hadapannya, "Tidak apa, ini pertemuan kedua, apa kamu masih gugup seperti sebelumnya?"
"Ceritakan dengan pelan pelan."
Lelaki yang memakai seragam sekolah itu menunduk, "Aku--tak suka pada papi."
"Dia selalu memaksakan semua sesuai keinginannya."
"Setiap melihat papi--aku merasa sesak dan ketakutan, aku tak tau, aku--merasa tak bisa bernafas tiap berhadapan dengan nya.."
"Apa aku mulai gila?"
Jaehyun tersenyum, tak asing, sorot itu--tak asing untuk Jaehyun..
Sorot mendiang Jaemin, sorot ketakutan dan putus asa..
"Tidak, kamu baik baik saja. Di New York yang seluas ini, apa ada tempat yang kamu sukai? Bukan hanya orang, tempat juga bisa membawa ketenangan."
"Untuk perasaan takut mu, itu hal wajar. Biar ku jelaskan beberapa hal, yang jelas kau baik baik saja, kau tak gila."
Jaehyun gagal menyelamatkan Jaemin, Jaehyun tak bisa paham bagaimana ketakutan Jaemin saat sendirian kala Jaehyun meninggalkannya dulu.
Jadi--biarkan Jaehyun memahami perasaan kacau yang lainnya, setidaknya Jaehyun akan menyelamatkan banyak orang dari putus asa.
Walau--Jaehyun gagal menyelamatkan adik nya sendiri..
____________________________
Irene melepas kacamata hitamnya, dress hitamnya bergerak mengikuti angin yang berhembus kencang di tengah langit mendung ini. Tanah masih basah, begitu juga rintik rintik air yang turun dari daun yang masih basah karena hujan baru reda beberapa saat tadi.
Nafas Irene tercekat, puluhan kali atau mungkin ratusan kalipun Irene kesini, rasa sakitnya masih sama. Rasa tak rela nya masih sama, dan--rasa sesalnya masih tak berkurang.
Irene terus berdoa, memohon agar sekali saja bisa memeluk putra bungsu nya yang kini sudah di bawa kematian.
Mustahil, namun Irene mungkin sudah gila karena terus mengharapkan hal tersebut.
"Jaemin gak akan suka kalau kamu nangis, dia pasti berharap kamu datang dan bawaian bunga," ucap Suho yang kini berhenti tepat di samping Irene.
Lee Jaemin
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
Fiksi Remaja"Lo yang ninggalin gue Jaehyun, jangan bersikap seolah lo abang yang baik disini" Desis Jaemin penuh amarah "Maaf maaf maaf, abang minta maaf" _____________________ Jaehyun tak tau, kepergiannya untuk kuliah ke luar negeri dan mengabaikan permohonan...