8] Perjanjian

3.7K 470 109
                                    

"Kamu peduli?"

Irene menghela nafas kasar, "Aku juga seorang ibu--"

"Ucap orang yang ninggalin anaknya dan gak pernah ngeliat anaknya," Sela Suho sinis.

Irene terdiam, kedua tangannya terkepal erat, "Lalu kamu pikir kamu baik? Kamu juga ngebuat mereka menderita!"

"Irene, apa yang ngebuat kamu tiba tiba datang dan bicarain hal ini?" Tanya Suho serius.

Butuh beberapa saat hingga Irene membuka suara, "Aku--kamu gak perlu tau, yang jelas berhenti nuntut anak anak aku untuk sesuai sama apa yang kamu inginkan."

"Apa hak kamu merintah aku? Bukannya--perjanjiannya berjalan sampai kita mati?"

Irene terhenyak, menatap Suho yang kini tersenyum miring dengan tatapan puas.

"Irene, apa kamu lupa? Harus aku ingatin? Kamu janji gak bakal ikut campur bagaimana cara aku ngedidik mereka, dan aku juga janji gak bakal ikut campur semua yang kamu lakuin, entah kamu mau ke negara manapun dan kerja sama dengan model manapun, bener bukan?"

"Ingat janji kamu, Irene."

Dan Irene rasa rasanya berhasil menjadi ibu paling jahat di seluruh dunia, mengorbankan anak anaknya hanya untuk kepentingannya. Seharusnya ia sadar sejak awal semua akan sekacau ini.

Seharusnya ia sadar sejak awal, kepada siapa ia melepaskan anak anaknya.

"Kalau kamu ngelanggar janji kamu, kita cerai dan hak asuh anak anak di aku, dan kamu--gak akan boleh nemuin mereka bahkan sekalipun, ingat semua perjanjian kita itu, Irene."

Benar, Irene--benar benar wanita gila dulu..

_____________________________

"Tuan muda, tuan Suho menyuruh anda ke ruangannya begitu anda pulang."

Jaemin mengerjap, terdian sesaat dengan pikiran kacau.

Ketahuan?

Apa Suho tau?

Jaemin melangkah ke ruang kerja ayahnya dengan perasaan kalut dan takut.

Cklekk

Tepat saat ia membuka pintu, Jaemin tersentak kaget, menatap Irene yang kini menoleh padanya.

"Oh, baru pulang?"

Tangan Jaemin mencengkram erat gagang pintu, "Iya, ayah--manggil aku?"

Suho mengangguk, melirik Irene yang kini beranjak bangun dan melangkah pergi, wanita tersebut menatap wajah pucat Jaemin untuk sesaat sebelum pergi dengan raut rumit.

Jaemin masuk dan menutup pintu, tanpa perlu di perintah duduk di kursi tepat di hadapan Suho, hanya meja yang menghalangi jarak keduanya.

Srakk

Sial, Jaemin..ketahuan..

"Apa ini? Ada yang mau di jelaskan?"

Jaemin terdiam, berusaha mencari kata dan alasan walau tau Suho pasti akan akan menerimanya.

"Maaf--"

"Ayah nyuruh kamu minta maaf?"

Jaemin menunduk, suasana di ruangan terasa mencekiknya, "Aku--tolong denger penjelasan aku sampe selesai."

Suho mengangguk, bersandar dan menatap lekat putra bungsunya itu.

"Dia yatim piatu, dan dia punya adik. Lagipula--kita berkelahi cuma karena masalah kecil--"

"Dia mencurangi nilai dan itu masalah kecil? Baiklah."

Deg

Jaemin kehabisan kata kata, gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Suho.

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang