Jaemin mengerjap, berusaha membuka matanya dengan perlahan. Ia mengernyit pelan, berusaha memfokuskan pandangan, menatap orang yang berdiri membelakangi nya, sibuk mengatur bunga di vas.
Siapa?
"A-ayah?" Lirih Jaemin susah payah di balik masker oksigen nya.
"Jaemin?"
Benar, itu--Suho..
Suho mendekat, menekan tombol di samping ranjang rumah sakit, dengan hati hati mengelus kening Jaemin yang mengernyit.
"Ayah.."
"Iya? Ada yang sakit?"
Jaemin mengerjap tak percaya, menatap netra kelam Suho dengan rumit.
"Kenapa? Ada yang sakit? Katakan pada ayah," Suho mengelus rambut Jaemin lembut. Kian panik saat air mata Jaemin mengalir namun anak itu tetap tak membuka suara.
"Jaemin? Dimana yang sakit hm?"
Namun hingga dokter datang dan memeriksa pun, Jaemin tetap tak bersuara, air matanya terus mengalir kendati tatapannya tetap tenang.
"Apa dia baik baik saja?"
Dokter mengangguk, "Keadaan nya sudah membaik, namun tampaknya putra anda sangat terkejut dengan kejadian penembakan itu. Tolong terus temani dia dan ajak bicara agar dia merasa lebih tenang. Dan pasien belum boleh terlalu banyak bergerak, luka lukanya belum sembuh total."
"Saya mengerti, terimakasih."
Suho kembali mendekati Jaemin yang terbaring, berdiri di samping sang anak yang kini menatap keluar jendela yang mungkin di buka oleh salah satu perawat.
"Jaemin, bisa dengar ayah?"
Jaemin menoleh pada Suho, "..iya?"
"Ada yang sakit? Dimana? Gimana perasaan kamu?"
Jaemin menatap pria tersebut lekat, "Aku--kecewa."
"Hm?"
Jaemin menarik senyum, "Iya, aku pikir aku bakal mati, tapi ternyata engga."
"Jaemin--"
"Aku kecewa, aku udah mohon dan nangis supaya aku gak pernah bangun lagi, tapi doa aku gak di dengar, ayah," Ucap Jaemin amat pelan.
Jaemin berusaha menggenggam tangan Suho, "Ayah, takdir sejahat ini.."
"Jaemin dengar--"
Jaemin terkekeh, "Engga, abain aja. Bisa--tolong ambilin air?"
Suho terdiam sebelum mengangguk, meraih gelas air dan menaikkan posisi ranjang, lantas dengan hati hati membantu Jaemin untuk minum.
"Ini--di Jepang?" Jaemin menatap keluar jendela, berbisik amat pelan pada Suho yang memang masih dekat dengan Jaemin setelah membantunya minum.
"Iya."
Suho berdehem, menatap Jaemin ragu, "Mau--ke taman?"
'Apa Jaemin hampir mati?'
_____________________________
"Jaehyun, buka pintunya ya?"
Jaehyun masih diam walau suara Irene terdengar amat khawatir, memeluk erat foto Jaemin dengan pandangan kosong.
Tidak, Jaemin tak mungkin sudah pergi..
Tapi kenapa polisi belum memberi kabar apapun?
"Jaemin, kamu dimana? Abang nungguin kamu," Bisik Jaehyun lirih.
"Ayo pulang, pulang biar abang bisa bawa kamu pergi," Lanjutnya dengan air mata yang lagi lagi mengalir.
"Pulang, abang nungguin adek disini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
Jugendliteratur"Lo yang ninggalin gue Jaehyun, jangan bersikap seolah lo abang yang baik disini" Desis Jaemin penuh amarah "Maaf maaf maaf, abang minta maaf" _____________________ Jaehyun tak tau, kepergiannya untuk kuliah ke luar negeri dan mengabaikan permohonan...