Irene berusaha menahan tangis di pelukan Suho. Kondisi Jaemin tiba tiba saja memburuk di tengah malam tadi. Dan hingga pagi, Irene terjaga, menatap wajah putra bungsu nya yang masih terlelap.
"Ukh--" Jaemin mengernyit dengan nafas tersendat.
"Jaemin? Sayang? Bisa denger mama?" Irene dengan panik mengusap punggung tangan Jaemin, di samping nya, Suho ikut menatap sang putra dengan khawatir.
"S-sakit-" bisik Jaemin seraya membuka mata, tangannya ia bawa untuk meremat pinggang nya yang terasa ngilu dan seperti di tusuk.
"Yaudah biar mama panggil dokter--"
"Jangan, jangan--panggil dokter," sela Jaemin lirih, sebelah tangannya yang lain mencengkram tangan Suho erat, seolah mengatakan bahwa ia kesakitan.
Irene berusaha menarik senyum, mengusap rambut Jaemin dengan lembut, "Y-yaudah, Jaemin tidur aja lagi biar gak sakit."
Jaemin kembali memejamkan matanya, berusaha untuk terlelap dengan rasa sakit yang menggerogoti nya. Suara lembut Irene mengalun, melantunkan lagu dengan indah, pun dengan tangan Suho yang terus mengusap tangannya lembut.
Ya, mari biarkan seperti ini dulu. Jaemin tak bisa menepis mereka..
Jaehyun yang tidur di sofa membuka matanya, tersenyum tipis kala melihat pemandangan tersebut, nyaris sempurna jika saja tak mengingat keadaan Jaemin.
Benar, Jaehyun harus membicarakan soal pengobatan pada Jaemin.
__________________________
"Jaemin--"
"Aku gak mau, berhenti maksa aku," sela Jaemin seraya menatap Jaehyun tak suka.
Suho menarik nafas dalam, "Jaemin, dengerin ayah. Ini juga untuk kebaikan--"
"Aku gak mau! Susah ya buat denger pendapat aku? Ayah dari dulu selalu maksa aku!" mata Jaemin berkaca kaca, tatapan tak sukanya menyorot kedua orang lelaki tersebut.
Irene mengusap lengan Suho, "Yaudah, jangan di paksain. Kita gak bakal lakuin kalau Jaemin gak setuju, udah ya? Jangan nangis, nanti Jaemin sesak kalau nangis lho."
Jaehyun melangkah mundur, kembali mendudukkan diri di sofa, meraup wajahnya kasar dengan raut bingung, jelas pengobatan tak bisa di tunda terlalu lama.
"Gak apa, nanti kita bicarain lagi baik baik sama Jaemin. Emosinya masih belum stabil," ucap Suho, mengusap bahu Jaehyun dengan senyum, berusaha menenangkan kekhawatiran putra sulung nya.
Irene mengusap tangan Jaemin lembut, "Jaemin mau makan? Ini udah masuk jam makan siang. Bentar, mama siapin dulu makanan Jaemin."
Jaemin hanya diam, menunduk menatap tangan nya yang terinfus, Jaemin--tak mau lebih kesakitan dari ini..
Lantas tatapannya beralih pada Irene, wajah wanita itu tiba tiba amat teduh di pandangannya, suara yang dulu terdengar dingin kini amat lembut, menyanyikan lagu tidur untuk nya hingga berhasil membuat Jaemin terlelap.
Lalu--Suho, Jaemin tak tau sejak kapan pria itu tak terlihat menakutkan lagi, setidaknya ia mampu menatap pria itu tanpa rasa takut yang membuat tubuh nya gemetar.
Jaemin--harus sembuh? Tidak, tidak..
Itu tak cukup, kenapa Jaemin harus sembuh? Bisa saja semua berubah kembali seperti semula.
Jaehyun--juga bisa saja tiba tiba pergi lagi, Jaemin tak boleh percaya..
Benar, Jaemin tak boleh percaya..
"Naah, ayo makan dulu. Abang, mas, ayo makan dulu," suara lembut Irene terdengar.
"Jaemin di suapin? Abang di suapin juga dong, ma," ucap Jaehyun, melirik Jaemin dengan senyum geli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
Novela Juvenil"Lo yang ninggalin gue Jaehyun, jangan bersikap seolah lo abang yang baik disini" Desis Jaemin penuh amarah "Maaf maaf maaf, abang minta maaf" _____________________ Jaehyun tak tau, kepergiannya untuk kuliah ke luar negeri dan mengabaikan permohonan...