3 ] Save me

4K 438 43
                                    

Jaemin memakai jaket kulit hitamnya dan meraih masker, barulah ia melangkah pergi keluar kamar.

Ting!

Jisung
|dmn? Perlu di jemput?

Jaemin memberi balasan tidak, menuruni tangga dengan tergesa seraya melirik jam di sudut handphone nya

"Jaemin? Mau kemana?" Tanya Jaehyun yang duduk di sofa ruang tamu seraya memangku laptop

Jaemin tak menjawab bahkan hanya melirik abangnya singkat, membuat Jaehyun mau tak mau beranjak bangun dan menarik tangan Jaemin

"Kamu mau kemana jam segini?" Tanya Jaehyun, jam sudah menunjukkan pukul 10, kemana Jaemin akan pergi?

"Lepas, gue sibuk"

"Jaem, bahaya kalau kamu keluar--"

"Gak usah sok peduli, urus aja perusahaan yang bakal lo warisin" Jaemin menepis tangan Jaehyun dan kembali melanjutkan langkahnya

_________________________

"Ji.." Jaemin melirih takut, menutup matanya erat. Dapat ia rasa tangan Jisung yang kini menggenggam tangannya yang memegang pistol

"Jangan takut, mulutnya udah aku tutup biar gak teriak" Bisik Jisung yang memeluk Jaemin dari belakang, mengarahkan pistol di tangan Jaemin menuju musuh yang terikat di depan dengan tubuh berlumur darah dan begitu mengenaskan

"Ji, lo--bilang lo bakal beresin, lo nipu gue?" Ucap Jaemin gemetar, tak bisa mengelak saat Jisung menaruh jarinya agar menekan pelatuk.

"Kakak harus terbiasa, aku gak bisa terus terusan nyelesain semua ini kan?"

Jisung terkekeh mendengar deru nafas tak teratur Jaemin

"Ji--"

DORR

Tubuh Jaemin tersentak kaget, nyaris menjatuhkan pistol di tangannya jika saja Jisung tak menggenggam tangannya kian erat

"Gak ada suara siapapun kan?" Bisik Jisung, dengan cepat menahan tubuh Jaemin yang lemas seolah kehilangan tenaga

"Ayolah, ini udah 2 tahun. Kakak masih takut?" Jisung menuntun Jaemin ke sofa di sudut ruangan, mengode bawahannya untuk membereskan mayat itu

"Buka mata dong, udah diberesin kok"

Jaemin dengan ragu membuka matanya, menatap jejak darah tepat di lantai depan papan target, lantas beralih pada Jisung yang kini tersenyum

"Cuma darah, biasa itu. Mau makan? Kakak udah makan malam?"

Jaemin menggeleng, "Gue mau langsung balik"

"No no no, pasti di rumah minum obat tidur kan? Minimal makan dulu, kak"

Jaemin mendengus, pasrah saat Jisung menariknya pergi dari sana. Ia menggosok kedua tangannya yang terasa begitu dingin

Sial, Jaemin bisa gila lama lama..

__________________________

"Ck, Jaemin dimana sih?" Gumam Jaehyun khawatir, duduk di sofa dengan tak tenang, menunggu Jaemin yang belum pulang sampai sekarang padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi

"Gue lupa minta nomornya lagi," Jaehyun mengacak rambutnya kasar

Derap langkah kaki menarik perhatian Jaehyun, ia dengan cepat bangun saat mendapati Jaemin masuk

"Jaem? Darimana? Kenapa telat banget--"

"Berisik" Sela Jaemin kesal, kepalanya saja sudah sangat ribut dan sekarang Jaehyun malah terlalu banyak bertanya

Menyebalkan

Jaemin melangkah cepat ke kamarnya di ikuti Jaehyun yang khawatir melihat wajah pucat Jaemin

"Jaem--"

"Ck apaan sih, gue mau tidur jangan ganggu"

BLAMM

Pintu di tutup kasar, Jaehyun meraup wajahnya, hubungannya dan Jaemin benar benar kacau..

Cklekk

"Siapa yang datang kesini tadi?" Jaemin bertanya cepat pada Jaehyun yang hendak pergi

"Hm, H-Hechan? Temen kamu? Kata bodyguard di depan juga dia udah biasa datang--"

"SEO HAECHAN SIALAN!" Jaemin berteriak marah. Rahangnya mengeras berusaha menahan amarah

Sial, sial sial!

Haechan mengambil semua obat tidur dan obat penenangnya

"Jaem? Kenapa? Bukan temen kamu?" Jaehyun bertanya ragu, Jaemin terlihat sangat marah sekarang

"Gak, balik kamar sana lo"

"Kamu mau kemana?" Jaehyun menahan lengan Jaemin yang hendak pergi setelah menutup pintu kamar

Kemana? Tentu saja membeli obat tidur, ingatkan Jaemin untuk memukul Haechan besok

"Bukan urusan lo--"

"Jelas urusan abang, kamu adik abang--"

"Abang? Gak usah ngaku ngaku sialan" Jaemin menatap Jaehyun kesal, lagi lagi menepis kasar tangan Jaehyun

"Gak, pokoknya kamu gak boleh pergi lagi, ini udah telat"

"Jangan ikut campur" Jaemin mengerang kesal saat Jaehyun lagi lagi mencekal lengannya

"Kamu mau kemana?"

"Lepas--"

"KAMU MAU KEMANA SIH, HAH?!"

Deg

Jaemin terdiam kaget, menatap Jaehyun yang baru saja membentaknya.

Jaehyun juga tak kalah kagetnya, "Maaf--"

"Sialan, siapa lo berani neriakin gue?" Suara Jaemin terdengar gemetar

"LO SIAPA BERANI NGEBENTAK GUE?!"

Haah, emosi Jaemin benar benar tak bisa di kendalikan seharian ini.

Jaemin dengan cepat menarik tangannya, berlalu pergi dari sana dengan mata berkaca kaca.

Beraninya Lee Jaehyun itu membentaknya, dia pikir dia siapa hah?

Lucu sekali, dia meninggalkan Jaemin dan tak pernah membalas pesannya, lalu sekarang kembali dan bersikap seolah dia abang yang baik?

Tak bisa, Jaehyun amat sangat terlambat menurut Jaemin.

Jaemin tak butuh lagi lelaki itu.

_________________________

Jaemin menelan obat di tangannya tanpa menghentikan langkahnya menaiki tangga, netranya melirik Jaehyun yang tertidur di sofa ruang keluarga.

"Bodoh," Gumam Jaemin, apa lelaki itu bodoh? Kenapa tidur disana? Hanya membuat badan sakit saja.

Jaemin meringis saat merasa pusing, ia mempercepat langkahnya menuju kamar, mengatur alarm dan segera tidur tanpa mengganti pakaian dan jaket yang ia pakai di mobil tadi.

Haah, kenapa kehidupan ini melelahkan sekali?

Jaemin ingin terus tidur saja, dia tak ingin seperti ini..

Jaemin ingin tidur panjang, dia ingin tenang..

"Tolong, siapapun tolong.." Lirihnya dengan mata terpejam.

"Tolong selamatin gue, siapapun.."









hmmmm, apakah harus di lanjut? Atau gak?

gimana menurut kalian?

jangan lupa vote dan komen💚💚

komen yang banyaaakkk

Save MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang