Jaemin yang duduk di kursi roda melirik pohon di ujung taman rumah sakit, hanya perasaan nya saja atau memang ada yang memperhatikan sedaritadi?
"Jaem? Kenapa?" Tanya Haechan yang sadar Jaemin termenung.
"..enggak, mataharinya makin terik ya?"
"Iya, mau balik ke ruang rawat aja?" tawar Haechan yang langsung di angguki Jaemin. Membiarkan Haechan kembali mendorong kursi rodanya menuju koridor rumah sakit yang ramai.
Sesampainya di ruang rawat, Jaemin dengan enteng turun dari kursi roda membuat Irene yang sedang mengupas apel memekik.
"Heh! Hati hati!" seru wanita tersebut heboh, melempar asal apel di tangannya dan mendekati Jaemin yang kini melongo.
"Sini, hati hati jalannya," Irene memapah Jaemin ke ranjang yang hanya dua langkah dari kursi roda.
Haechan dengan santai berlalu duduk ke sofa, mengambil apel hijau dan memakannya seraya terus menatap Jaemin yang kini duduk di ranjang rumah sakit.
"Haechan, udah makan siang?" tanya Irene lembut, Haechan menggeleng, dia memang belum makan siang karena langsung kesini saat bangun tidur, semalam dia lupa dengan janjinya pada Jaemin untuk datang.
"Yaudah, biar mama pesen makanan di resto depan, kalian tunggu dulu ya," Irene meraih tas nya dan segera berlalu keluar dari sana.
"Si Suho mana?" tanya Haechan pada Jaemin.
"..gak tau, katanya ada urusan sama Jaehyun," jawab Jaemin tak peduli.
Cklekk
"Eh mama lupa nanya, Haechan mau makan apa?"
"Bubur aja samain kayak Jaem--"
"Permisi nyonya."
Irene mengernyit kala dua orang berpakaian hitam masuk, Haechan spontan bangun dan mendekat, membuka pintu kian lebar untuk melihat keriuhan di luar.
"Ada apa?" tanya Irene.
"Ini, bunga duka untuk kamar VIP--"
"Bunga duka?" Haechan menyela bingung, masih mengernyit saat mereka menaruh papan bunga dengan ucapan duka tersebut tepat di depan ruang rawat Jaemin.
Turut berduka cita atas meninggalnya Lee Jaemin
Hanya itu tulisan di sana, namun mampu membuat Irene maju dengan raut tak suka dan perasaan penuh amarah.
"Apa apaan ini?!" seru Irene tak terima.
"Maaf nyonya, kami hanya mengirim ini sesuai pesanan tuan L."
Jaemin mengerjap, mendadak ling lung membaca dan melihat papan bunga duka tersebut, Lee Jaemin? meninggal? Jaemin tak bisa menahan diri untuk menyentuh dada kirinya, memastikan apakah jantungnya masih berdetak atau tidak.
Bisa saja dia sedang gentayangan, kan?
"Tak ada yang meninggal! bawa pergi bunga ini, putra ku masih hidup!"
"Tapi--"
"BAWA PERGI PAPAN SIALAN INI!" Teriak Irene murka.
"Jika kalian tak membawanya pergi, aku akan menandai wajah kalian dan membuat hidup kalian sengsara," desis Irene tak main main, membuat dua orang tersebut kelabakan.
"B-baik kami akan--segera membawanya pergi."
"Tunggu," cegah Haechan membuat semua menoleh.
"Siapa yang mengirim itu kesini?"
"Atas nama tuan L."
"L? Hanya L? Tak ada nama?"
"Tak ada tuan, hanya itu yang tertera."
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
Teen Fiction"Lo yang ninggalin gue Jaehyun, jangan bersikap seolah lo abang yang baik disini" Desis Jaemin penuh amarah "Maaf maaf maaf, abang minta maaf" _____________________ Jaehyun tak tau, kepergiannya untuk kuliah ke luar negeri dan mengabaikan permohonan...