18

4 1 0
                                    

DISCLAIMER:

Baca part ini, jangan lupa siapin tisu.


Dokter memberikan suntikan pemenang pada Ara. Sampai akhirnya gadis itu menjadi lebih tenang, dan kembali tertidur. Lalu memeriksanya lebih intensif. Setelah itu menjelaskan keadaan Ara.

"Sudah stadium empat," kata Iqbal, dengan berat hati menyampaikan hasil pemeriksaan.

Damon sudah terlihat putus asa. "Lalu harus bagaimana?"

Iqbal berkata, sembari berusaha memberikan semangat untuk Damon. "Kami tim dokter akan berusaha sebaik mungkin. Doakan saja."

*

Damon memandangi Ara yang terbaring lemah tidak berdaya. Gadis yang dulunya aktif dan begitu ceria menjalani hari-harinya, kini hanya diam, tidak bergerak di atas ranjang rumah sakit. "Maafin aku, Sayang," lirih Damon. "Aku terlalu bodoh. Aku gak bisa berbuat apa-apa untuk sembuhin kamu. Aku suami yang gagal, karena gak bisa jaga kamu." Ia menangis di sisi istrinya.

Bimo merasa harus nekat untuk menelepon Gunawan, dan meminta bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bimo merasa harus nekat untuk menelepon Gunawan, dan meminta bertemu. Sementara Gunawan merasa antusias dan menyudahi semua kegiatannya demi bertemu Bimo. Harapannya adalah satu; Kelly.

"Maafkan saya, Pak," ucap Bimo, terdengar menyesal. "Kemarin, saya berbohong. Karena saya takut kalian berbuat jahat sama Ara. Meski bukan adik kandung, tapi saya sangat sayang sama dia."

Gunawan tersenyum, memahami maksud Bimo. "Saya dapat mengerti, Nak Bimo. Saya berterima kasih sekali, karena putri saya dijaga dengan baik. Sekarang boleh kan, saya bertemu dengan putri saya?"

Bimo lega, karena Gunawan tidak marah. "Iya Pak, tentu. Tapi sebelumnya, ada yang harus Pak Gunawan ketahui." Ia pun mulai menceritakan kondisi Ara.

*

Selagi Ara tidur, Damon berniat pulang untuk mencuci pakaian, dan membawa yang bersih. Saat akan kembali ke rumah sakit, Damon mampir ke toko bunga di pinggir jalan, tidak jauh dari rumah sakit. "Mawar putihnya satu ikat. Dirangkai yang bagus, ya." Ia berkata pada mbak-mbak penjual bunga. 

Ketika sedang menunggu pesanan, seseorang menyapa, "Damon?"

Damon menoleh. Merasa terkejut. Tapi juga tidak ingin menghindar. "Sofi?"

Sofi memeluk Damon erat. Seperti hari-hari dulu, sebelum kehadiran sosok perebutnya--Ara. "Damon, aku kangen banget sama kamu."

Damon merasa risih, lalu mendorong pelan gadis tersebut. "Sofi, lepasin."

Sofi pun menurut.

Lalu Damon mengambil pesanan bunganya yang sudah selesai. Buru-buru membayar dan pergi.

Sofi mengejarnya. "Damon, tunggu dulu!"

"Maaf ya, aku gak ada waktu." Damon terus masuk ke mobil, dan pergi.

Dia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang