20

8 1 0
                                    

Damon baru dari ruang dokter, dan melihat Novia berdiri di depan kamar Ara. "Mama..."

Novia berbalik. Wajahnya penuh air mata. "Damon, Mama ingin Kelly sembuh. Semoga, Mama bisa mendonorkan sumsum tulang belakang."

Damon langsung memeluk erat sang mama. "Terima kasih, Ma."

*

Tidak butuh waktu lama untuk pemeriksaan kesehatan. Hanya butuh cek lab menyeluruh. Dalam waktu sehari, hasilnya pun keluar.

"Dokter, pasti ini ada yang salah!" Novia ngotot. "Tolong, diperiksa lagi."

"Maaf, Bu," ucap dokter Iqbal. "kami sudah memeriksanya berulang kali. Hasilnya tetap seperti ini. Anda tidak bisa melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang untuk Nona Ara. Dalam darah Anda saat ini masih mengandung 5 persen alkohol."

Novia sedih. Begitu juga Gunawan dan Damon.

"Keluarga kita udah gak ada lagi," kata Damon, semakin putus asa. "Trus, Ara gimana? Aku gak mau kehilangan dia."

Novia memeluk Damon. "Maafkan Mama, Damon."

*

Gunawan menemui Dokter Iqbal secara pribadi. "Dokter, apakah pencangkokan sumsum tulang belakang ini bisa dilakukan oleh saudara sedarah lainnya, misal kakak beda ibu, tapi satu ayah?"

"Tentu bisa," jawab dokter Iqbal. "Tetapi, harus cepat. Karena kanker sudah menyebar ke organ di luar sistem limfatik. Jika pencangkokan sumsum tulang belakang ini berhasil, hanya mampu memberikan tambahan waktu keberlangsungan hidup bagi pasien."

Gunawan memang tidak mau menyerah. "Baik, Dokter."

*

Novia menemui Irani, dan curhat pada sahabatnya, tentang siapa Ara, sambil menangis sejadi-jadinya.

"Sebenernya, aku pernah menduga demikian, karena melihat tanda lahir itu," ungkap Irani. "Tapi, aku gak berani langsung bilang, karena waktu itu aku belum yakin betul."

"Sekarang gimana, Ran?" ratap Novia. "Siapa lagi yang bisa melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang untuk Kelly? Keluarga kami semuanya gak bisa."

Irani jadi bimbang. Haruskah ia menunjuk Ray, orang terakhir, yang mungkin bisa menolong Ara. Tapi apa yang akan terjadi nanti? Maka, Irani memutuskan untuk bicara dengan Gunawan dulu.

*

Di dalam sebuah kafetaria. Selama beberapa menit, Irani dan Gunawan terdiam. Ingin langsung mengungkapkan isi hati. Mereka sudah tahu harus membahas apa. Tetapi masih bingung harus mulai dari mana.

Pada akhirnya, Gunawan yang memulai. "Rani, aku rasa, udah waktunya Ray tahu hal ini."

"Aku pikir juga begitu, Mas," kata Irani. "Dan aku merasa, Ray cocok melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang untuk Kelly. Dia orang terakhir yang bisa menjadi harapan untuk Ara. Eh, maksud aku Kelly."

Gunawan maklum, jika Irani belum terbiasa soal status Ara yang alias Kelly. "Tapi, bagaimana menyampaikannya?"

"Biar aku yang bicara sama Ray, Mas." Karena hanya Irani yang mampu meredam, jika Ray marah.

*

Ray duduk termenung di teras belakang rumahnya. Hatinya begitu sedih. Pikirannya pun sangat kalut. Ia terlalu mencintai Ara. Tetapi tidak tahu harus berbuat apa.

Lalu, Irani datang. Ia berdiri di samping putranya. "Sayang, Mama ingin bicara."

"Tentang apa, Ma?"

"Ikut Mama." Irani lebih dulu melangkah, meninggalkan teras itu.

Dia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang