21. pergi

157 10 1
                                    

☜☆☞Happy reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☜☆☞
Happy reading!!

Tangan kecil nan pucatnya mencoel tangan kekar yang sedang terlipat untuk menjadi penompang kepalanya, gadis ini sedikit bingung dan takut, siapa dia? Apa dia juga ingin mencabuli rei?

"akh sana jangan dekat dekat" ucapnya sambil mendorong tubuh titan milik lelaki itu yang menyebabkan ia terjatuh dari kursinya.

"astaga ya tuhan, pantat gue" keluhnya sambil berusaha untuk membuka mata

"kamu siapa, kenapa kamu di sini" ucapnya dengan tatapan sinis

"pacar lu"

"bohong! Kamu pasti komplotan orang orang jahat itu juga kan?!"

"emangnya tampang gue yang ganteng gini setara sama muka penjahat? Jauh kali"

"terserah kamu mau siapa kek aku ga kenal kamu, sana keluar dari sini, akhhh kepala ku sakit" ucapnya sambil memegang kepalanya.

Tampak khawatir riki pun bangkit dari duduknya dengan jalan yang lemas, duh nyawanya masih belum kumpul nih.

"kenapa? Apa yang sakit" ucapnya sambil menggenggam tangan mungil rei.

"JANGAN PEGANG PEGANG, dasar lelaki mesum" tangan kecil itu menghempas tangan kekar dengam sepenuh tenaga.

"apasih siapa juga yang mesumin lu, gue ini pacar lu RIKI" ucapnya sambil menekan pengucapan terakhirnya.

"GAK AKU GA PUNYA PACAR, ISH SANA, DOKTERRR" teriaknya.

"rik rik jangan di paksa" jake yang entah kapan berada di sana pun ikut masuk setelah mendengar perdebatan itu, tentunya dibarengi dengan datangnya dokter kim.

"tuan mohon keluar sebentar" ucap salah satu suster.

"ayo rik" tarik jake

Riki terpaksa mengikuti jake yang menariknya keluar ruangan, namun ia masih melihat gadisnya dari kaca, gadisnya masih memegangi kepalanya sambil mengaduh kesakitan.

"rik makan dulu sejak dari kapan lu ga makan" ucap jay yang juga datang pagi ini

"gua ga sel-"

"ga ada ga selera, makan ga lu kalo ga gua tebas ya kepala lu" ancam jay

Akhirnya riki pun mengangguk lemah sambil mengikuti arah perginya jay dan jake, untuk ke kantin rumah sakit.















"kenapa rei?" tanya jay

"kayanya dia kaget liat si riki nih, dia kan amnesia" jawab jake sedangakn riki sendiri menidurkan kepalanya pada meja disana sambil tangannya di jadikan bantalan.

"jungwon mana bang" suaranya

"jungwon gua suruh sekolah sama sunoo nanti abis balik baru kesini" jawab jake

"hm gitu ya, ada info dokter ga si buat mengbalikan ingatan dalam waktu cepat berapa pun gua bayar sumpah bang"

"setau gua ga ada coba nanti gua tanya temen temen gua" jawab jay

"lu beneran sebucin ini ternyata ki, gue baru sadar banget padahal dulunya gonta ganti cewe, kali ini gamau nyoba?" goda jake

"ga dulu bang, gua udah cinta mati" jawabnya dengan lemas

"fyi dalangnya di hukum mati sama bokap lu udh di lempar noh kelaut"

"nice, itu kabar yang gua tunggu tunggu"

"HAHAHAH"

"udah nih makan dulu abis itu balik ke rei"

















Riki makan makanan dengan ogah ogahan walaupun belum makan selama 3 hari ia tidak merasakan lapar sedikitpun, karna semua tubuhnya ataupun pikiranya hanya tertuju pada rei.

Mereka berjalan santai sambil mengobrol ringan kembali pada ruang rawat inap vvip rei, sekitar 30 menit riki meninggalkan rei dengan dokternya tadi.

"hamada" panggilnya

"oh tuan" ucapnya sambil membungkuk.

"kenapa disini"

"em..."

Belum sempat menjawab para suster keluar ruangan dengan mendorong brangkar tempat rei berbaring biasanya, tanpa rei di atasnya tentunya.

"loh kok di beresin?" tanya jake

"kenapa ini hamada"

"maaf tuan anda bisa menanyakanya langsung pada tuan nishimura haeri"

"ah sial apa lagi ini" umpatnya sambil membuka ponselnya untuk menghubungi orang yang terkait.

"ya nak? "

"anda bawa kemana kekasih saya?"

"berobat, untuk mengembalikan ingatanya, memangnya kamu tidak mau dia ingat kembali"

"tentunya saya mau, tapi kenapa anda tidak meminta izin pada saya?"

"karna kamu banyak berfikir tuan muda, sudahlah ayah bukan membawanya untuk mencelakai nya tapi untuk mengobatinya"

"dimana?  Saya ingin menyusul"

"tidak perlu, cukup diam saja dan tunggu hasilnya"

"KENAPA?!"

"sudahlah menurut saja pada ayah nak"

"tut.. "

Panggilan telfon itu terputus secara sepihak, meninggalkan kebencian yang membara dari mata dan hati riki dasar sialan, umpatnya.

"hamada, saya tanya pada anda dimana dia membawa kekasih saya?!" ucapnya dengan penuh penekanan.

"maaf tuan, saya tidak tahu bukan dilarang untuk memberi tahu namun memang tuan besar tidak memberitahu saya"

"bajingan"

Ia menendang perut oknum yang berada di hadapanya, yap hamada amarahnya kian memuncak disaat sang tuan besar tidak kunjung mengangkat telfonya kembali.

Tentunya kedua temanya yang sedari tadi diam pun ikut menenangkan riki yang terus terusan menghantam habis hamada, yang tidak tahu apa apa kasihan sekali.

"hamada dengarkan saya, cari tau dimana si tua itu membawa kekasih saya atau keluarga kau yang akan saya habisi"

Hamada menggeleng di kondisi yang terkapar di lantai sambil memegangi perutnya yang terus menerus ditendang oleh riki.

"dengar hamada, kau tau saya, sekali lagi saya ucapkan jikalau kau lupa, aku tidak pernah bermain main dengan ucapan ku"

"d-dimengerti tuan" ucapnya sebelum pingsan di tempat.

my boy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang