2000 kata guys. Semoga nggak bosen, ya.
____
"Si Liana gue lihat-lihat kok makin menjadi-jadi, ya," celetuk Naura di suatu siang saat ia dan Citra berada di kantin.
Usai berkata demikian Naura memicingkan mata ke arah Liana dan Raden yang sedang makan berdua di meja depan sana. Tatapan gadis berponi dora itu benar-benar menghunus bak pedang tajam yang siap melibas siapapun. Hingga Citra yang melihat pun langsung meraup wajah Naura dengan telapak tangannya.
"Nggak usah ngurusin orang lain. Mending abisin bakso lo," tegur Citra.
"Ih, Citra! Tapi gue tuh gedeg sama mereka. Kek, apaan banget, sih, mereka? Sok-sokan pamer kemesraan. Sok-sokan jadi couple goals. Iyuuh," cerocos Naura.
"Jangan suka ngatain orang. Takutnya nanti lo malah ketularan," sahut Citra sembari mengunyah bakso dalam mulutnya.
Untuk ukuran seorang gadis yang melihat mantan pacar dan saingannya mengumbar kemesraan di depan matanya, Citra sungguh terlalu santai. Gadis itu seolah-olah tak memiliki stok amarah atau rasa kesal sedikit pun.
"Gue ketularan? Ya, nggak mungkinlah. Lagian mau sama siapa gue umbar kemesraan. Pacar aja nggak punya," oceh Naura.
"Sama Altan," cetus Citra dengan entengnya.
"Cit, apaan, sih? Nggak usah sebut-sebut nama dia, deh!" sebal Naura.
Citra selesai dengan makan siangnya. Kini, gadis berkuncir kuda itu tengah meneguk jus semangka favoritnya hingga sisa seperempat gelas.
"Altan suka sama lo, Ra," ungkap Citra setelah meletakkan gelasnya di meja.
"Lo pikir gue perca--"
"Tapi dia emang suka sama lo," sergah Citra. "Lo nggak lihat gimana galaunya dia sejak lo terang-terangan jauhin dia?"
Naura menutup rapat bibirnya. Mendadak kebiasaannya yang suka cerewet dan ceplas-ceplos hilang tak bersisa. Apa yang telah Citra katakan ternyata berhasil membungkam seorang Naura Abigail.
"Udahlah. Nggak usah bahas dia," gumam Naura.
"Apanya yang nggak usah dibahas?"
Sosok yang jadi topik pembicaraan tiba-tiba saja datang dan mendudukkan diri tepat di samping Naura. Sontak saja gadis itu menggeser tubuhnya agar tercipta jarak yang wajar antara dirinya dan Altan.
"Kalian lagi bahas apa emangnya?" tanya Altan.
"Lagi bahas lo," jawab Citra dengan nada datar.
Altan menunjuk dirinya sendiri. "Gue? Emangnya gue kenapa?"
"Lo suka sama Naura, kan?" Citra bertanya dengan gamblang hingga membuat Naura menganga tak menyangka.
"Citra!" geram Naura.
Sementara Altan terkekeh pelan, kemudian menoleh ke arah Naura yang wajahnya sudah memerah. "Iya, nih. Gue suka sama lo, jadi kapan lo bakal suka sama gue dan berhenti marah sama gue?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Altan justru Naura bergegas pergi begitu saja. Gadis itu bahkan lupa membayar makan siangnya saking inginnya ia cepat-cepat menjauh dari Altan.
"Gemes banget. Pengin gue kekepin aja temen lo," ucap Altan sambil tersenyum cengengesan.
Citra tidak menanggapi ucapan Altan dan malah sibuk dengan ponselnya.
"Lo lagi chat-an sama siapa, sih? Serius amat. Kek punya pacar aja," omel Altan yang merasa diabaikan.
"Bukan urusan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
SERANA
Teen FictionKehidupan manusia selalu lekat dengan datang dan pergi, bertemu dan berpisah, memulai dan mengakhiri. Begitu pula dengan Citra. Disaat rasa cintanya pada Raden begitu menggebu, justru cowok itu mengucap kata selesai secara tiba-tiba. Tanpa memberi t...