"Cit, pinjem PR Fisika, dong!"
Citra baru saja menginjakkan kakinya di kelas. Namun, sebuah suara sudah merasuki gendang telinganya. Seketika merusak paginya yang cerah ceria.
Di depan mejanya sudah ada Ghofar yang berdiri sembari menampilkan cengiran lebarnya. Sebuah ekspresi yang ditunjukkan dengan maksud merayu Citra agar hatinya luluh dan bersedia meminjamkan PR Fisika yang bagi Ghofar adalah kumpulan kata asing yang tak mampu dimengerti oleh otaknya.
"Citra, please. Pinjem, ya. Bentar doang, kok. Ayolah, Cit. Masa lo tega teman lo yang ganteng paripurna ini dihukum pak Bahtiar," oceh Ghofar dengan nada bicara yang lebih-lebihkan. Benar-benar drama king.
"Lo pikir gue peduli?" balas Citra dengan cuek.
Kini gadis itu sibuk mengeluarkan buku paket untuk bahan review materi sebelum jam pelajaran dimulai.
"Ayolah, Cit!" bujuk Ghofar.
Cowok itu kini berlutut di depan bangku Citra. Ia berpose seolah-olah sedang mengais belas kasihan dari seorang Citra Maharani. Ya, walaupun kenyataannya memang begitu. Ghofar tidak bisa hidup tanpa belas kasihan dari sahabatnya itu.
"Citra, please!" mohon Ghofar.
Teman-teman kelas yang melihat tingkah Ghofar tampak sudah tak peduli. Mereka sudah biasa melihat pemandangan itu setiap kali ada jam pelajaran Fisika.
"Gue traktir bakso di kantin, deh," tawar Ghofar.
"Lo pikir kinerja otak dan tenaga gue cuma seharga satu mangkuk bakso di kantin?" sinis Citra.
"Ya, udah. Kalau nggak mau bakso, donat Dunkin deh."
"Donat Dunkin dua kotak, Cit," tambah Ghofar.
"Lo mau bikin gue kena diabetes?" sungut Citra.
"Bukan gitu, Cit. Aduh lo tega banget, sih, sama gue." Ghofar mengeluh hebat karena bujuk rayunya malah disalahpahami oleh Citra.
"Kalau nggak gitu terus gimana?"
Ghofar sudah hendak menanggapi pertanyaan Citra, tetapi tiba-tiba saja kepalanya terhantam bola basket. Sontak ia berdiri sembari memalingkan wajah ke segala arah guna mencari siapa pelakunya.
Raut wajah Ghofar langsung berubah semakin muram kala mendapati sosok Raden berdiri di ambang pintu. Tak lupa bibirnya menampilkan seringai nan menyebalkan. Dengan langkah santai Raden memasuki ruang kelas, kemudian berhenti tepat di depan bangku Citra. Di mana Ghofar masih berdiri sambil berkacak pinggang.
Tiba-tiba Raden membuka tasnya dan mengeluarkan buku yang bertuliskan PR Fisika di bagian kanan atas sampul depan.
"Nih!" Raden menyodorkan buku PR-nya pada Ghofar.
"Buat apa?" tanya Ghofar berlagak bodoh.
"Lo belum ngerjain PR Fisika, kan?" Raden balas bertanya.
"Ya, emang belum. Terus urusannya sama lo apa?" sinis Ghofar.
"Gue udah berbaik hati kasih pinjem, ya," kata Raden.
Cowok berkulit agak tan itu mendengkus kasar, kemudian mendorong tubuh Raden agar menyingkir dari hadapannnya. "Gue nggak butuh kebaikan hati lo," sungutnya, kemudian kembali menatap Citra penuh nelangsa.
Tekad Ghofar untuk menjauhi Raden ternyata tidak main-main. Terbukti dari bagaimana akhir-akhir ini ia bersikap.
"Cit, pinjem, ya. Janji nggak lama, kok. Sebelum pak Bahtiar masuk buku lo udah balik. Beneran, deh," bujuk Ghofar.
Semula Citra sibuk membaca buku paket Fisikanya sambil menandai beberapa poin penting dalam buku itu. Namun, akhirnya gadis berkuncir kuda itu melepaskan atensi dari bukunya dan beralih menyodorkan benda yang sejak tadi dipinta oleh Ghofar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERANA
أدب المراهقينKehidupan manusia selalu lekat dengan datang dan pergi, bertemu dan berpisah, memulai dan mengakhiri. Begitu pula dengan Citra. Disaat rasa cintanya pada Raden begitu menggebu, justru cowok itu mengucap kata selesai secara tiba-tiba. Tanpa memberi t...