1. Udah Berhasil Move On?

1.5K 109 16
                                    

Cahaya mentari pagi perlahan menyusup di antara jendela-jendela kota Bandung yang masih tertidur. Setelah semalaman diguyur hujan, udara segar dengan aroma tanah basah merayap memenuhi sudut-sudut jalan. Di pinggir-pinggir trotoar, tetesan-tetesan air masih menari-nari, mencerminkan sinar mentari pagi yang mulai menampakkan diri di ufuk timur.

Di sepanjang jalan, pepohonan yang sebelumnya tertutup debu kini tampak segar dengan daun-daun yang berkilauan oleh tetesan embun. Sejumlah orang mulai beraktifitas, langkah mereka yang menginjak genangan air membentuk riak-riak kecil yang terhambur beriringan. Suara gemerisik air dari mobil yang melintas perlahan menjadi latar belakang yang menenangkan, sementara ceceran air dari daun-daun pohon menambah kesegaran pagi itu.

Di warung-warung pinggir jalan, asap tipis membubung dari tungku-tungku pemanggang roti dan kopi, menyebarkan aroma harum yang menggoda. Sejumlah pengunjung mulai muncul, duduk santai sambil menyeruput kopi hangat sambil menghirup udara segar pagi itu. Beberapa ibu-ibu yang berdagang di pinggir jalan sibuk mengatur dagangan mereka yang masih basah karena hujan semalam, mempersiapkan segalanya untuk menyambut pelanggan yang akan datang.

Tak jauh dari situ, sekelompok anak-anak kecil bersemangat melompat-lompat di atas genangan air yang masih tersisa di tepi jalan. Mereka tertawa riang, menciptakan suara riuh yang menggema di antara bangunan-bangunan kota yang masih terlelap. Semangat mereka seperti menghidupkan kembali energi pagi yang masih segar dan penuh harapan.

Di antara kesibukan itu Citra mengayuh sepedanya menyusuri jalan yang biasa ia lewati ketika berangkat maupun pulang sekolah. Jarak rumah dengan sekolah yang tak terlalu jauh membuat Citra memilih menggunakan sepeda daripada kendaraan bermotor lainnya. Sekalian olahraga, begitulah pikir Citra.

Sembari mengayuh sepedanya, gadis itu juga menghirup udara pagi yang terasa sejuk. Apalagi bekas hujan semalam masih meninggalkan aroma petrichor yang menenangkan. Bandung dan hujan memang sebuah kombinasi yang patut dirayakan.

Perlahan, rekahan senyum menghias bibir gadis berseragam putih abu-abu itu. Rambutnya yang dikepang dua membuatnya tampak semakin cantik dengan wajah polos tanpa polesan make up seperti para remaja perempuan seusianya. Bukan. Bukan karena Citra tidak minat menggunakan make up, tetapi karena dia belum mahir dengan yang satu itu. Sejujurnya, Citra juga ingin tampil seperti teman-temannya. Apalagi dulu sang mama juga sering memberinya wejangan bahwa make up dan wanita itu merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Ah, mengingat mamanya Citra jadi rindu. Apa kabar wanita tersayangnya itu, ya? Apa sekarang dia bahagia?

Citra menghentikan sepedanya kala melihat seekor kucing di tengah jalan. Sepertinya kucing itu mengalami cidera di kakinya sehingga membuatnya tak dapat bergerak leluasa.

Dengan sedikit berlari Citra pun menghampiri si kucing.

"Hei! Kamu kenapa?" tanya Citra begitu tiba di depan si kucing yang bulu-bulu putihnya setengah basah karena cipratan air di sekitar.

Penuh kehati-hatian gadis bernetra cokelat itu lekas membawa si kucing ke dalam gendongannya. Tentu dengan tetap menjaga agar seragamnya tak dikotori.

"Tenang, ya. Aku bakal bawa kamu ke tempat yang aman," ujar Citra sambil meletakkan si kucing ke dalam keranjang sepedanya.

Kebetulan di dekat sekolah Citra ada pet shop. Jadi, nanti rencananya Citra akan mampir pet shop dulu sebelum ke sekolah.

Tepat saat gadis itu hendak kembali menaiki sepedanya tiba-tiba saja satu unit mobil melintas dengan kecepatan tinggi. Air yang menggenang tak jauh dari tempat Citra berada pun bergolak akibat laju mobil yang begitu cepat. Naasnya rok abu-abu Citra harus menjadi korbannya.

SERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang