Say hai dulu, dong!
Mana nih yang nunggu cerita ini update?---
"... So, sekarang siapa yang sebenarnya gagal move on?"
Sudah dua hari berlalu sejak pertemuan tak sengaja antara Citra dan Raden di pet shop milik Arin. Namun, hingga hari ini cowok itu belum juga melupakan apa yang dikatakan oleh sang mantan. Rasa-rasanya Raden tak terima. Harga dirinya seakan tergores oleh ucapan Citra yang menyindir bahwa dirinyalah yang gagal move on.
Sudah bertahun-tahun berlalu sejak Raden memutuskan gadis itu. Jadi, sangat tidak mungkin jika dia gagal move on, kan? Apalagi setelah putus, Raden juga beberapa kali pacaran dengan gadis-gadis yang berbeda termasuk dengan Gina yang kala itu memang sahabat dekat Citra.
Jika dinilai dari cara pikir orang normal, apa yang Raden lakukan memang keterlaluan. Setelah memutuskan Citra begitu saja besoknya dia malah menggandeng sahabat dari mantan pacarnya. Namun, hingga detik ini Raden sama sekali tak menyesal melakukannya. Ia punya alasan tersendiri mengapa memilih melakukan hal itu. Dan, ia merasa tindakannya sudah sangat tepat.
"Ngelamun aja lo. Kesambet baru tau rasa!" tegur Ghofar seraya menepuk kuat pundak Raden.
Sekarang jam istirahat kedua sedang berlangsung dan Raden sedang berada di kantin. Niatnya, sih, ingin mengisi perut yang keroncongan. Namun, apa yang sudah ia niatkan malah tak terealisasi karena netranya yang sejak tiba di kantin sudah melihat sosok Citra duduk bersama Altan. Mereka tampak makan siang bersama sambil mengobrol. Sungguh pemandangan yang bikin panas saja. Begitulah pikir Raden.
"Aduh, Den. Itu bakso kalo dari tadi cuma lo anggurin aja bisa-bisa berubah jadi kuah semua," celoteh Ghofar, gemas sekaligus kesal pada sahabatnya itu.
"Kok bisa? Teori dari mana itu?" heran Raden. Matanya bergantian menatap bakso di depannya serta Ghofar yang sibuk mengunyah batagor.
"Teori dari gue. Dan, udah pasti bisa. Soalnya selama lo ngelamun, tuh, bakso masuk ke mulut gue," jawab Ghofar tanpa beban.
"Dasar rakus!" hina Raden sambil memukulkan ujung sendok ke dahi mulus Ghofar.
Sontak saja Ghofar merintih ngilu. Pukulan dari Raden lumayan kuat sehingga kini dahinya nyut-nyutan.
"Gon," panggil Raden.
"Execuse me? Can you stop call me Gon? Kedengarannya annoying tau nggak?" protes Ghofar.
"Dasar korbak TokTok," dumal Raden, lalu melahap satu bakso yang sudah ia tusuk dengan garpu. Sambil mengunyah bakso dalam mulutnya, Raden bertanya, "Gimana caranya supaya mantan percaya kalo kita udah totally move on dari dia?"
Mata Raden yang hitam legam kembali terfokus pada Citra dan Altan yang duduk di bangku kantin paling pojok.
"Gampang. Punya pacar barulah," jawab Ghofar dengan enteng.
Ah, benar juga. Kenapa gue nggak kepikiran, ya? Batin Raden.
Bakso dalam mangkuk itu tak lagi menarik bagi Raden. Kini yang menarik dan penting baginya adalah petuah dari Ghofar. Ya, semoga saja kali ini sahabat dungunya itu bisa diandalkan, sarannya cukup masuk akal untuk ia realisasikan.
"Menurut lo siapa yang bisa gue pacarin? Cewek yang cocok sama gue dan bisa bikin Citra percaya kalo gue udah move on dari dia. Kalo perlu, cewek itu ada hubungan tertentu sama Citra," oceh Raden panjang lebar.
Mendengar ocehan Raden sontak saja Ghofar mengernyitkan kening. "Lo mau macarin sahabat Citra lagi?" terka Ghofar.
"Naura? Boleh juga, tuh, cewek," sahut Raden dengan enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERANA
Novela JuvenilKehidupan manusia selalu lekat dengan datang dan pergi, bertemu dan berpisah, memulai dan mengakhiri. Begitu pula dengan Citra. Disaat rasa cintanya pada Raden begitu menggebu, justru cowok itu mengucap kata selesai secara tiba-tiba. Tanpa memberi t...