Barang siapa baca doang tanpa ngevote atau komen, niscaya bakal dikejar mantan brengseknya🥹🥹🥹
_____
"Naura!"
Gadis bersurai hitam pendek itu lekas tersadar dari lamunannya tatkala namanya dipanggil. Ia lantas menoleh ke kanan-kiri hingga akhirnya menemukan keberadaan sosok cowok yang sudah berdiri di tengah-tengah anak tangga. Benar sekali. Setelah insiden tak menyenangkan antara dirinya ,Citra dan Liana, Naura memang belum meninggalkan koridor tempat mereka berseteru.
"Altan? Lo ngapain di sini?" Naura bertanya dengan nada penuh keheranan.
"Lo nggak apa-apa? Rambut lo? Aduh! Yuk, ke UKS!" serbu Altan terkesan khawatir.
Cowok itu bahkan mengabaikan pertanyaan Naura. Tangannya langsung menarik Naura agar mengikutinya menuju UKS.
"Al, kok lo malah ke gue, sih? Citra gimana? Citra tadi kelihatan nggak baik-baik aja, Al," celoteh Naura disela-sela langkahnya.
Tanpa menoleh ke arah Naura, Altan berkata, "Gue udah ketemu Citra dan dia baik-baik aja. Citra justru nyuruh gue supaya bawa lo ke UKS."
"Dan lo iya-iya aja gitu? Al, lo sebenarnya beneran suka nggak sih sama Citra? Tunjukkin effort lo, dong!" sungut Naura.
Gadis itu sungguh gemas pada Altan. Saking gemasnya ia teramat ingin menyentil ginjal Altan karena sikapnya yang demikian. Entah cowok itu polos atau bodoh. Naksir anak orang, tapi tidak bisa menunjukkan lewat sikap dan tindakan. Kalau Citra sampai diembat cowok lain bagaimana? Yang ada Altan cuma bisa gigit jari.
"Ih, Altan! Lo dengerin gue nggak, sih?Udah sana! Mending lo samperin Citra," protes Naura seraya menghentikan langkahnya tak jauh dari pintu UKS.
Karena Naura yang mendadak berhenti alhasil Altan pun ikut berhenti melangkah. Kini cowok berwajah kalem itu menghadap Naura sembari menghela napasnya dengan berat.
"Citra baik-baik aja, Ra. Lo nggak perlu khawatir," kata Altan penuh kesabaran.
"Dari mana lo tau kalo dia baik-baik aja? Lo nggak lihat, sih, gimana tadi Raden tiba-tiba datang terus marah-marah sama Citra padahal yang salah jelas-jelas si Lintah!" celoteh Naura dengan amarah yang nyaris meledak. Wajahnya bahkan sudah memerah saking kesal dan marah dirinya pada Liana.
"Iya. Gue pasti bakalan kasih pelajaran ke Liana. Yang penting sekarang lo ikut gue," pinta Altan kemudian kembali menarik tangan Naura.
Akhirnya, mereka memasuki UKS yang entah kini ada di mana penjaganya. Sehingga kini Altan bergerak sendiri mengambil kotak P3K untuk mengobati luka cakaran di wajah Naura. Luka yang bahkan tak disadari dan tak dirasakan oleh Naura karena gadis itu terlalu mengkhawatirkan sahabatnya.
"Serius deh. Gue nggak apa-apa, Al," ungkap Naura tatkala Altan sudah duduk di hadapannya.
"Iya. Gue tau lo cewek strong, tapi muka lo mesti diobati biar nggak berbekas."
"Hah? Emang muka gue ada lukanya? Sejak kapan?"
Segera Naura meraih cermin yang tergeletak di meja belakangnya. Entah cermin kecil itu milik siapa. Ekspresinya langsung cemberut kesal ketika melihat luka gores yang dimaksud oleh Altan.
"Liana! Awas ya lo!" desis Naura.
"Kenapa bisa berantem gini, sih?" tanya Altan. Tangannya sudah mulai mengoleskan obat merah pada luka di wajah Naura.
"Dia duluan yang mulai, Al. Tiba-tiba aja dia ngatain Citra yang nggak-nggak. Citra udah berusaha buat nggak ngeladenin, tapi malah gue yang nggak bisa kontrol emosi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SERANA
Roman pour AdolescentsKehidupan manusia selalu lekat dengan datang dan pergi, bertemu dan berpisah, memulai dan mengakhiri. Begitu pula dengan Citra. Disaat rasa cintanya pada Raden begitu menggebu, justru cowok itu mengucap kata selesai secara tiba-tiba. Tanpa memberi t...