Sebal

52 39 53
                                    

Siang ini, panas matahari bersinar sangat terik. Namun hal itu, tidak membuat ke-lima orang yang sedang bermain basket di lapangan, menghentikan aktivitasnya. Mereka nampak senang,seru,semua nampak tidak mempedulikan sinar matahari yang menyengat kulitnya.

Karena malas pergi ke kantin, saat bel istirahat tadi berbunyi, William,Kenzy,Arga,Leon dan Lingga memilih untuk bermain basket di tengah lapangan yang sangat panas ini.

Siswi-siswi yang saat ini tengah duduk di pinggir lapangan yang berniat hanya untuk menonton mereka bermain basket, sontak bersorak heboh ketika mereka bergantian berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket.

Para gadis nampak bersemangat melihat mereka berlima bermain basket seperti itu. Bahkan sebagian dari mereka, tanpa tahu malu berteriak nyaring meneriaki nama mereka sekaligus memuji ketampanan wajah mereka secara terbuka.

"William semangat"

"Arga ganteng ayooo semangat"

"Ya ampun Leon ganteng banget"

"Kenzy tinggi amat"

"Lingga yuhuy semangat"

Kenzy  menghentikan sejenak aktivitasnya sembari mengatur napasnya yang sedikiit tidak teratur. Lantas, laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke arah pinggir lapangan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menebar pesona, Kenzy langsung menyugar rambutnya yang basah karena keringat ke belakang sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah gadis-gadis yang kebetulan tengah menatap dirinya
Bughh!

"Aww, anjir sakit!" Kenzy  sontak mengaduh ketika bola basket tiba-tiba menghantam kepalanya cukup keras, membuat kepalanya menjadi sedikit pusing.

Kenzy mengalihkan tatapannya, menatap Arga yang kini tengah berjalan ke arahnya sembari tertawa keras. Sudah dipastikan, pasti laki-laki itu yang barusan melempar bola ke arahnya.

"Sakit Arga gak sopan Lo!" ucap Kenzy sewot.

"Kesel gue bukannya lanjut main, lo malah tebar pesona nggak jelas kayak gitu najis katanya cinta nya buat si Riri liat cewe cantik dikit langsung berkedip kedip." Jelas Arga

Kenzy mendengus kesal, menatap Arga yang berdiri dihadapannya sembari memasang senyuman menyebalkan. "Bilang aja lo iri karena gue ganteng jadi banyak yang ngeliatin gue," cetusnya bangga.

"Dih, siapa bilang. Kata iri nggak pernah ada dalam kamus orang ganteng seperti gue." Arga membalas dengan nada yang tak terima.

Setelah Clara dan teman-temannya datang ke kelas ia kaget karena gelang di mejanya  justru rusak dan tidak berbentuk lagi karena sengaja diinjak-injak ia melirik seraya tajam seisi ke seisi kelas seolah mencari siapa orang yang melakukan hal itu kepada Clara.

"Siapa yang berani rusak gelang manik  gue!" sentak Clara.

Seisi kelas terdiam. Mereka tampak heran karena gadis itu  tiba-tiba marah.

"SIAPA YANG RUSAK GELANG GUE !" Sentak Clara sambil menahan tangis.

Clara menggebrak meja Alana keras, ia berjalan cepat ke arah Alana kemudian mendorong bahunya keras. "Pasti lo, kan Alana? Pasti lo yang rusak gelang gue!" tuduh Clara.

"Jangan asal tuduh lo!"ketus Alana sambil membulatkan matanya jengah.

"Terus kalau bukan lo siapa Alana?"kata Clara.

"Lo mau cari ribut sama gue!"

Alana menjambak rambut Clara ,kemudian menghempaskannya kasar. Amarahnya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Alana yang tidak terima dituduh terus menjambak rambut Clara. Akhirnya keduanya bertengkar di belakang kelas. Yang lain berusaha memisahkan, namun keduanya tidak ada yang mau mengalah untuk berhenti.

"Jangan berantem kalian ,jadi apa yang membuat kalian bertengkar?" tanya Bu Kinan yang barusaja datang ke kelas 12 MIPA 1.

Mereka tidak mau menjawab dan mereka malah berdiam seperti patung,Bu Kinan menghela napasnya. Mata Alana menatap Clara sinis.

"Tadi Alana duluan, Bu. Dia jambak rambut saya," ucap Clara.

Alana tidak terima mendengar pengakuan Clara itu. "Kok gue, sih lo yang duluan Clara!"

"Loh, emang benar, kan?."ucap Clara membenarkan.

"Kalian berdua ikut ke ruangan saya."perintah Bu Kinan.

Di sebuah ruangan yang penuh dengan beberapa foto para pahlawan,foto presiden dan wakil presiden, yang di tengahnya terdapat foto garuda Alana dan Clara  harus berhadapan dengan guru BK sekolah dan harus mempertanggung jawabkan.

"Ibu ada dua pilihan karena perbuatan kalian masih ringan jadi kalian mau minta maaf atau mau ibu skors?"ucap Bu Kinan mengeluarkan catatan merah yang biasa ia gunakan untuk menulis nama mereka.

"Sekarang kalian saling meminta maaf. Alana, minta maaf ke Clara dan begitu sebaliknya," titah Bu Kinan.

"Dih males," gerutu Alana yang masih bisa didengar oleh Bu Kinan.

"Gue minta maaf!"ucap Clara menjabat tangan tapi tidak di balas oleh Alana.

"Baik Clara silahkan kamu boleh keluar."ucap Bu Kinan sambil tersenyum.

Clara duduk di kursi perpustakaan dengan buku yang dipegangnya.Gadis itu tidak bisa membendung air matanya untuk menangis dalam diam. Buku yang dipegangnya hanya sebagai perantara untuk dirinya menyembunyikan wajahnya yang sangat basah.

Sepuluh menit menangis tanpa henti, kursi di hadapan Clara berdecit. Ia sadar ada orang yang duduk di hadapannya yaitu William,Clara  berusaha untuk berhenti menangis.

"Jangan nangis jelek!" ucap William.

"Gue rusakin gelang yang lo kasih."ujar Clara.

"Nanti bisa gue belikan lagi."kata William.

"Gak mau gue mau gelang itu."kekeh Clara.

"Udah jangan nangis gue tahu bukan lo yang salah." Setelah mengucapkan hal itu, William pergi dari perpustakaan. Ia harus mengikuti les.

🦋Jangan lupa Vote Komen Share🦋

WILASKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang