Prang!
Prang!
Prang!
"Aaaaa!" Para siswi di kelas itu spontan berteriak bersamaan. Sebuah batu berukuran cukup besar, tiba-tiba terlempar ke arah jendela kelas,pecahan tersebut berasal dari gerbang sekolah.
Keempat gadis itu langsung bangkit dan menjauhi jendela tersebut,temasuk Cassandra yang semula akan mencatat uang kas segera ia menarik tangan sahabat nya.
"Ada yang nyerang sekolah kita." Ungkapan Riri berhasil menghebohkan keadaan kelas tersebut. Semua murid langsung berlarian ke luar kelas untuk mencari perlindungan.
Keadaan koridor pun sudah semakin ramai.Riri menarik tangan Amora lalu Amora menarik kedua sahabatnya untuk pergi juga, dari dalam kelas.
"Clara dimana ya?!" Cassandra panik.
"Gue telpon gak di angkat anjir,"kata Riri.
"JANGAN ADA YANG BERANI KELUAR SEBELUM DAPAT INSTRUKSI DARI ANGGOTA WILASKAR LAINNYA!! SEKOLAH KITA DISERANG!!"teriak Arga lantang yang langsung membuat semua manusia yang ada di dalam, histeris ketakutan.
Amora menggigit ibu jarinya. Ia tiba-tiba teringat dengan Leon."Leon dimana Arga?"
Arga menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu."Gue belum tahu Mor!"
"Arga," panggil Jesslyn.
Arga tersenyum manis menatap sahabat nya itu. "Kenapa, Jess?" tanyanya lembut.
"Clara belum datang,boleh minta tolong cariin Clara?" jelas Jesslyn dengan raut khawatirnya.
Arga mengangguk menyahuti itu. Kemudian dia mengusap pundak Jesslyn. "Okey tenang ya, Clara pasti baik-baik aja. Gue cari sekarang Jess," ucap Arga, yang lanjut pergi.
Tepatnya di depan gerbang SMA Angkasa, di halaman depan area parkir sekolah, pertempuran hebat tengah terjadi dua geng itu saling memandang sengit, saling menatap tajam dengan tangan terkepal. Tawuran, bolos? Sudah menjadi makanan sehari- hari bagi GENG ALVEGROS geng yang sangat dikenal karena kenakalan dan kehebatannya menguasai jalanan.
"Ngapain kesini?"tanya William ketus.
"Kemana kemarin? cupu banget jadi ketua geng kan gue udah kirim whatsApp ke lo buat ngajakin balapan dan kalau gak datang ya resiko nya gue dateng ke sekolahkLo."ucap Rega.
"Emang lo gak buka WhatsApp Wil?"tanya Leon yang ada di sampingnya dan William hanya menggelengkan kepalanya.
"Gak usah lama-lama lah serang!"perintah Rega.
Bugh!
BUGH
Rega menonjok pipi William,namun ditangkis oleh cowok itu. Kini gantian William yang melawan. William memukul rahang Rega dengan kuat, membuat cowok itu kembali mundur.
Kini, pipi Rega sudah memerah. Banyaknya pukulan dari William tak membuat ia menyerah. Ketua Geng Alvegros itu seperti orang kesetanan pun terus melawan William .la menendang perut William kembali, lalu memukul wajah nya membuat bibir William berdarah.
BUGH
BUGH
BUGH
Nafas Rega mulai tersenggal. Sungguh, tenaga William sangat kuat.Kini, anggota Alvegros mulai membantu bos nya untuk melawan William, membuatnya cowok itu kewalahan.
Clara menyaksikan aksi tawuran itu dari balik tembok besar sambil sesekali berdecak sebal karena ia takut terkena batu yang salah sasaran lalu ia berpindah tempat ia ke belakang pohon yang sangat besar ia melihat William yang mulai banyak memar.
William terbatuk keras dadanya benar-benar sesak ia mencoba mengatur nafasnya diam-diam William meraba-raba ke saku celananya mencari inhaler penyelamatnya tapi tidak ada. Clara berlari ke arah William karena gadis itu melihat William yang sedang sesak dan menemukan inlaher yang jatuh itu adalah milik William.
"Lo cari ini kan ini Wil,"ucap Clara memberikan benda kecil tersebut.
"Makasih ya Ra,"ucap William menggenggamnya erat inlaher.
William menatap inhaler itu sejenak, mencoba menenangkan dirinya sendiri. la menarik napas dalam-dalam sebisa mungkin dengan paru-paru yang terasa begitu berat, lalu memasukkan inhaler ke mulutnya dan menekan tombolnya. Hembusan obat mengisi paru-parunya, memberikan sedikit kelegaan.
"Ra, lo pergi dari sini Ra,"ucap William memberikan intruksi.
"AWAS!!!" Teriak Clara, pada saat melihat cowok itu akan terpukul dari belakang spontan Clara pun langsung berlari dan menarik William itu kedalam pelukkannya.
Bugh!
Kayu balok itupun, mengenai punggung Clara dengan kerasnya, Clara sendiri pun berusaha untuk menahan rasa sakitnya itu, ia sedikit meringis saat merasakan sakit yang begitu luar biasa mengenai belakang kepalanya. Setelah ia rasakan sakit itu akibat balokan kayu tersebut, Clara pun langsung kehilangan kesadarannya.
"Clara!"teriak William.
"Ra,bangun Ra!"ucap William khawatir.
"Anjing sialan lo!"ucap William marah kepada anggota yang telah memukul dengan kayu balok lalu ia membawa gadis itu ke rumah sakit.
Di sebuah ruangan bernuasa putih dan disertai dengan bau obat-obatan yang menyengat, terdapat Clara yang tengah terlelap di atas brankar Rumah Sakit.
Tiba-tiba Pintu ruangan tersebut terbuka, menampakkan empat orang gadis dan empat cowok dengan tatapan sendu yang tak lain dan tak bukan adalah teman mereka yang tengah terbaring di brankar itu.
Mereka mendekat kearah brankar dengan air mata yang sudah berjatuhan di kedua pipi mereka.
"Ra,bangun Clara!"ucap sedih Amora.
"Arrghhh!! Gue bodoh banget nggak bisa jaga Clara!!" William membentur-benturkan kepalanya ke dinding membuat Leon spontan berdiri dari duduknya.
"Bukan salah lo Wil!!" Leon menarik William agar cowok itu berhenti membenturkan kepalanya ke dinding.
"Bukan salah gue gimana?Dia rela nyelamatin gue."ucap William sendu.
Clara akhirnya membuka matanya, gadis itu berkedip beberapa kali mencoba menyesuaikan cahaya matahari yang berusaha masuk ke pengelihatannya.Gadis itu merasa seluruh tubuhnya sakit seperti remuk, tidak bertenaga,pusing dan tenggorokannya kering.
"Gue dimana?"tanya Clara yang sudah bangun.
"Di rumah sakit Ra,"ucap Cassandara.
"Wil,Lo gak apa apa kan?"Tanya Clara menatap wajah William yang banyak memar.
"Gue gak apa-apa Ra,maafin gue ya gue ngerasa salah banget harusnya gue yang ada di rumah sakit bukan lo,"Ujar William.
"Gak apa -apa Wil,"ucapnya sambil tersenyum sumringah.
🦋Jangan Lupa Vote,Komen,Share Ya🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
WILASKAR
Novela JuvenilWilliam Askara Putra Raymond seorang ketua WILASKAR sangat tampan,cerdas, mandiri,yang khas dari dirinya adalah ia suka memakai dasi di lehernya,dia juga sangat dingin,cowok itu jangan sangat mandiri tidak pernah tergantung kepada orang lain tapi d...