bagian 23 : Langit itu cukup bersinar (II)

8 2 0
                                    

Di ujung perjalanan. mereka sampai di tempat yang ingin di kunjungi, rumah Agatha. rumahnya minimalis, interiornya juga mendekati ke arah klasik. memiliki 2 lantai yang di sambut dengan warna hijau forest.

layak melupakan yang sudah terjadi, Zoey menghantarkan senyuman nan indah untuk menyambut kedua anak dari Agatha. mengingat kembali, dia sekarang akan berhadapan dengan anak kecil. anak yang masih belum paham dengan adanya suasana hati orang, Zoey hanya ingin memberi keceriaannya kepada anak - anak.

" Teruskan seperti itu. " Celetuk Finn.

Zoey berpaling, " Teruskan apa?"

" Teruskan seperti itu. senyumanmu indah."

Zoey terdiam dan berencana untuk tidak tersenyum bahagia mendengar pujian dari Finn. sayangnya, Zoey tidak bisa. pujian di berikan adalah pujian pertama yang Zoey dengar dari orang lain.

Agatha menatap dua pasang orang di depan yang tak masuk sejak tadi, sibuk dengan berbicara. melihat mereka tersenyum malu, Agatha terdiam dan menatap dalam. niat hati, dia ingin mengajak mereka masuk malah melihat aktivitas yang romantis.

Agatha batuk kecil untuk menarik perhatian, " Masuklah."

mereka duduk di kasur kecil yang berada di bawah sofa, di mana ruangan itu adalah ruang tamu sekaligus ruang keluarga. tidak perlu menunggu lama, dua anak kecil dari dalam kamar berlarian dengan gembira menuju ke arah Agatha tanpa mengurangi rasa semangat untuk memanggil sebutan ' Ibu'

Zoey menatap dengan rasa iri yang begitu dalam. dia layak melihat keluarganya ' yang bahagia'. menatap dengan penuh artian, kegiatan yang bisa Zoey tebak adalah kegiatan keseharian yang selalu Agatha dapatkan setelah pulang bekerja.

Anak Laki - Laki yang berlari membawa semua kebahagiaannya untuk di bagi kepada sang Ibu, berlari menghantarkan semua kehangatan yang ada di dalam dirinya. memeluk erat sang Ibu, seperti rindu dan ingin selalu melihat Ibunya. Zoey beralih ke arah anak tertua, terlihat murung dan juga tak bersemangat. namun, di ujung dirinya memuat keyakinan dan kelegaan memiliki sosok Ibu yang sudah pulang.

Agatha memeluk Azriel dengan senyuman bangga seorang Ibu, mencium, dan memberi beberapa kata apresiasi untuk Anaknya, " Anak Ibu sayang, Ibu mendengar kamu berbagi bekal kepada teman. Azriel sangat baik, benar - benar Anak pintar."

Agatha memandang ke belakang. ke arah anak sulung yang tengah berdiri dengan menyilang tangan, Agatha tersenyum dan mendekat ke arah Chole. mengelus kepala dengan tulus, " Ibu juga dengar dari guru kalau Chloe berani memberhentikan teman yang bertengkar. Tindakan yang bagus, Sayang. "

Zoey melihat jelas. Anak sulung Agatha mulai tersenyum dan memeluk Agatha. Zoey tidak bisa mengatakan apa - apa terkecuali, Agatha adalah Ibu yang hebat. dia berusaha berbuat adil pada anak - anaknya, dengan dua kepribadian yang berbeda dia dapatkan dari sifat kedua anaknya, Agatha mampu membuat keluarganya bahagia.

Zoey mengelap bibirnya dan memalingkan tatapan. sebenarnya, musuh terbesar Zoey adalah keterbalikan dari kehidupannya. kalau saja, orang tuanya percaya kalau anak perempuan sanggup melakukan sesuatu bahkan mengelola perusahaan, pasti keluarganya akan bahagia seperti Agatha.

apa daya? itu sudah lama dan tidak bisa di ubah, bersifat mutlak. seberapa keras dan perjuangan Zoey untuk mengubahnya, itu tidak akan bisa. hanya dapat makian dan cacian.

Zoey hanya berharap, jika memang dia tidak bisa mendapatkan keluarga yang bahagia maka Zoey ingin dirinya bahagia dengan hal lain tanpa terpaku oleh keluarga. walaupun sekarang, dia sudah merasakan sedikit bagaimana mendapatkan teman lagi, harap - harap dua orang itu tidak seperti teman masa lalunya.

Chloe dan Azriel beralih melihat ke arah Finn dan Zoey yang memandang sejak tadi. rasa malu tidak menutup keduanya, mendekat ke arah Zoey dan Finn dengan senyuman yang riang, " Halo. Aku el."

Be AnxiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang