Prolog

571 32 0
                                    

Malam ini akan menjadi malam terakhir bagi Nasya berkumpul bersama teman teman smpnya, karena malam ini adalah malam promnight murid sma cikini. Pesta perpisahan yang diadakan di sebuah hotel cukup mewah di kawasan jakarta selatan untuk para murid kelas tiga yang telah lulus ujian akhir dan akan segera melanjutkan pendidikkan ke bangku universitas.
Tepat pukul setengah tujuh malam, tampak mobil hitam bermerek BMW terhenti di area lobby. Keadaan cukup ramai karena banyak mobil yang terparkir di beberapa sisi area dan murid sma cikini tampak turun dari dalam kendaraan masing-masing. Kebanyakkan dari mereka turut diantar oleh ayah, ibu atau supir pribadi ke acara promnight malam ini.
Tak terkecuali Nasya. Gadis remaja yang baru berusia 18 tahun ini terlihat manis dengan gaun promnya yang sederhana. Begitu juga dengan sapuan make up Nasya yang tipis, tapi meski begitu ia tetap terlihat manis. Rambutnya yang sebatas bahu itu hanya di blow dan sedikit di beri hairspray. Bola matanya membulat begitu ia melihat sahabatnya Wika yang tengah berjalan membelakangi Nasya menuju pintu masuk gedung hotel.
,"Pa wika udah dateng. Aku turun disini aja yah"
Ucap Nasya pada papanya seraya ia menolehkan kepala.
,"Oke. Tapi nanti papa jemput lagi sekitar jam setengah sembilan yah. Kamu jangan pulang malam malam. Kalau misal nanti papa telat, kamu minta Wika temenin kamu dulu disini".
Jawab pria paruh baya itu.
,"Iya pa. Nasya gak pulang malam malam kok. Ya udah pa, Nasya susul Wika dulu. Dah papa".
Nasya melambaikan tangannya pada sang ayah sambil ia keluar dari mobil. Menutup pintu dan meninggalkan senyum untuk papa.
,"Oke nak. Have fun!"
Papanya pun membalas lambaian tangan sang anak.
Dan begitu mobil BMW itu tidak terlihat lagi dari pandangan mata Nasya, gadis itu bergegas menyusul Wika yang sudah masuk ke dalam gedung hotel lebih dulu. Nasya tampak sedikit kesulitan berjalan karena ia menggunakan sepatu high heels meskipun haknya tidak terlalu tinggi. Ia hanya tidak terbiasa memakainya.
Suasana di dalam gedung hotel tampak megah. Ada tangga berkarpet merah yang berukuran luas menuju lantai dua, yang dimana pesta prom digelar disana di sebuah ruangan serba guna.
,"Wikaa!!"
Seru Nasya memanggil sahabatnya itu. Gadis berambut curly, bertubuh kurus dan mengenakan gaun putih.
,"Wuidihh.. baru sampe juga nih. Kirain udah gabung sama yg lain di acara".
Seru Wika, si gadis tomboy yang pintar bermain gitar namun ia sangat menggemari boyband kpop, seperti Nasya. Ia menyambut kedatangan Nasya di anak tangga paling atas. Wika sedikit tidak nyaman dengan gaun prominghtnya. Ia juga tidak terbiasa memakai heels dan dress.
,"Iya nih. Lo kan tau rumah gue jauh belum lagi macetnya".
Keluh Nasya sambil sesekali melirik ke berbagai arah, seolah mencari teman teman yang lain.
,"Makanya punya rumah jangan di bantar gebang!. Tua lo dijalan!"
Wika tertawa sambil menepuk sedikit bahu Nasya. Ia memang gadis remaja yang suka menjahili sahabat sahabatnya, Nasya terutama. Karena hanya Nasya yang bisa memahami sifat dan karakter Wika yang unik.
,"Wkwk rese lo ya!. Ya udah yuk kita susul yang lain. Lagian udah mau jam tujuh, acaranya udah mau mulai".
Nasya pun menarik tangan Wika dengan cepat. Keduanya kemudian mencari ruangan serba guna itu. Perlahan terdengar suara suara murid sma cikini. Rupanya ballroom tempat promnight malam ini tidak sulit untuk Nasya dan Wika cari. Sambil berjalan menuju ruangan menyusul teman teman yang lain, tiba tiba Wika menyenggol lengan Nasya. Dan membuat Nasya menoleh seketika.
,"Emmp.. Sya.."
Wika tampak berhati hati.
,"Apaan?"
,"Eng... Lo udah tau kan Abel jadian sama Rendy?"
Wika terus memperhatikan Nasya yang perlahan membuat senyum gadis belia itu sedikit memudar.
,"Iya gue udah tau kok dari berapa hari yang lalu"
,"Gw heran banget deh Sya kenapa mereka berdua bisa tiba tiba jadian sebelum ujian akhir kemarin. Gak nyangka banget gue sama Abel. Padahal kan Abel tau lo suka sama si Rendy!. Dan kita temenan juga kan. Mana dia enteng banget lagi minta maaf sama lo, kayak gak ada dosa!"
Wika jelas terlihat kesal. Ia tidak menyangka jika Abel dan Rendy menjadi sepasang kekasih remaja ketika itu.
Dengan menghela nafas, Nasya menunjukkan senyumnya yang lebih lebar sedikit kali ini. Ia paham kenapa Wika terlihat kesal.
,"Ya udahlah Ka.. lagian Abel itu cuma teman sekelas kita aja. Bukan sahabat. Kalo dia sahabat gue, baru gue marah. Untung sahabat gue itu Wika. Bukan Abel".
Nasya tersenyum manis sekarang. Bagi Wika, Nasya itu terlalu baik dan lugu.
,"Ya tapikan tetep aja Sya..".
,"Udah.. udah.. mending sekarang kita samperin yang lain. Tuh liat Vira, Prisil, Rere sama Dinda udah nungguin kita dari tadi. Keselnya ditunda dulu. Oke?!".
Nasya terlihat bersemangat meskipun jauh di lubuk hatinya ada sedikit perasaan sedih ketika ia membahas tentang Rendy. Cowok pertama yang Nasya sukai itu. Kisah cinta remajanya.
,"Iya iya.. tapi lo juga jangan sedih kalo nanti si Rendy dansa sama Abel. Janji?".
,"iya Ka.. gue janji".

Begitu Nasya dan Wika benar benar memasukki area ballroom, alunan musik dari band diatas panggung terdengar jelas, dekorasi ruangan yang bernuansa hitam, gold dan putih membuat pesta promnight kian terlihat mewah. Beberapa anak murid kelas tiga tampak berjoget di lantai dansa, ada juga yang tampak menikmati kue  seperti macaron, croissant, puding dan makanan kecil lainnya. Nuansa pesta prom malam ini benar benar terasa seperti promnight party di serial tv amerika. Murid laki laki memakai jas, blazer dan kemeja. Sementara murid perempuan memakai gaun yang cantik dan sepatu heels. Nasya yang memakai dress terusan hitam sebatas lututnya itu kini bergabung di sebuah meja bersama Wika, Rere, Dinda, Prisil dan Vira. Di langit langit ballroom terdapat banyak lampu kristal yang menggantung indah dan hiasan buket bunga di setiap meja makan, tak ketinggalan dengan hiasan lilin lilin yang cantik.
,"Sya.. tadi gue liat Rendy gantenggg banget sumpah!. Kayaknya sih lagi nungguin Abel".
Prisil membuka percakapannya dengan Nasya malam ini.
Gadis berpipi tembam dan rambut layernya tampak di sanggul modern. Ada bando tipis berwarna ungu menghiasi kepalanya.
,"Oh ya?. Gue belum liat Rendy sih daritadi".
Nasya hanya tersenyum kecil seperti di paksakan.
,"Tapi lo beneran gak apa-apa kan Sya kalo Abel jadian sama Rendy?".
Giliran Vira yang bertanya, kebetulan ia duduk di samping kiri Nasya. Bisa dibilang Vira adalah gadis populer di sekolah. Banyak murid laki laki yang menyukainya. Tubuhnya langsing dan hidungnya terbentuk sempurna. Vira terlihat seperti seorang artis remaja. Dan dia memiliki sifat yang ramah, tidak sombong seperti gadis populer kebanyakkan.
Vira bahkan mengusap kecil bahu Nasya. Sorot matanya seperti mencemaskan gadis berlesung pipi itu.
,"Hemm.. gimana yah.. sebenernya bohong banget kalo gue bilang gue gak apa-apa. Meskipun gue gak mau terlalu mikirin. Siapa sih yang gak kaget denger kabar terus ngeliat seorang Abel jadian sama Rendy?.
Cuma.. perasaan itu kan gak bisa dipaksain. Kalo Rendy sukanya sama Abel gue bisa apa?".
Nasya tampak menundukkan kepalanya sesaat, jari jemarinya saling bersentuhan di bawah meja. Ia berusaha menyembunyikan kegelisahannya di hadapan para sahabatnya, terutama Wika. Walaupun Nasya tahu Wika tidak bisa di bohongi.
,"Sya.. jangan sedih yah. Kita ngerti banget sama perasaan lo, anggap aja Abel tuh gak ada malam ini. Kita seneng seneng aja!. Oke?!".
Rere, gadis bermata oriental juga ikut menghibur Nasya. Bibirnya tersenyum penuh seakan ikut memberi semangat.
,"Gue lebih sedih karena kita bakalan beda kampus dan jarang ketemu. Gak bisa ngobrol dan curhat curhatan lagi tiap hari".
Nasya memandangi teman temannya satu demi satu. Ternyata tiga tahun itu bukan waktu yang lama, pikirnya. Beberapa bulan lagi mereka akan duduk di bangku kuliah, memiliki lingkungan dan teman baru.
,"Iya sih.. tapi kan kita masih bisa janjian. Ketemuan dan jalan jalan bareng kalau weekend, atau kalau kita lagi ga sibuk. Bener gak?".
Wika menjawab antusias. Meskipun terbersit di benaknya, pasti akan sulit bagi mereka untuk sekedar kumpul bareng.
,"Duhh.. udah deh!. Masuk perkuliahan itu masih lama, ga usah di omongin sekarang. Mendingan sekarang kita semua ngedance dan have fun!!".
Dinda memberi semangat sambil berdiri dari bangkunya. Ia segera menarik tangan teman-temannya secara bergantian dan mengajak menari di lantai dansa bersama kerumunan anak-anak lainnya.
Sementara terdengar lagu Lady Gaga ketika mereka semua bersenang-senang. Nasya tertawa melihat Wika yang berjoget tidak jelas karena memang dasarnya anak itu sangat tomboy. Sesaat ia tidak memikirkan Rendy lagi karena tingkah absurd Wika. Namun perlahan.. sorot mata Nasya menangkap sosok laki laki itu lagi.
Nasya melihat Rendy tengah mencium pipi Abel dengan sangat manis. Sementara ke dua tangan Rendy ada di sisi pinggul pacarnya.
Nasya semakin patah hati. Seharusnya malam ini menjadi malam yang mengesankan untuknya, tapi.. ia tidak bisa memungkiri, senyumnya hilang seketika setiap kali ia melihat Rendy dengan Abel.

Menyadari ada yang tengah memperhatikannya, bola mata Rendy pun menatap sesaat ke arah Nasya. Sebetulnya ia tahu jika Nasya menyukai dirinya, Rendy pun mengakui di dalam lubuk hatinya jika Nasya adalah gadis yang manis dan tidak banyak tingkah selama mereka bersekolah. Tapi.. entah kenapa dia malah lebih memilih Abel yang memang salah satu murid populer, jika dibandingkan dengan Nasya.
Tidak mau bertatapan dengan Rendy, Nasya sigap memalingkan wajahnya. Membalikkan tubuh sebelum melihat Rendy tersenyum ke arahnya.
Ada sedikit bulir bening di kedua mata Nasya, tapi gadis itu menahannya. Menarik nafas, memasang senyumnya lagi pada Wika. Menarik tangan sahabatnya sambil berkata
,"Udahan nge-dancenya. Gue laper nih.. mending kita cari snack!".
Nasya sedikit mengeraskan suaranya agar lebih terdengar.
,"Oke.. oke.. gue juga haus nih, cusss!!".
mendengar gurauan Wika, Nasya kembali tertawa kecil meski ke dua bola mata Rendy masih memperhatikannya.

,'Nasya, maafin gue.. Lo pasti bisa dapetin cowok yang lebih baik dari gue'.
Rendy hanya bisa membatin.

* * * * *

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang