Senior yang Hadir Kembali

185 29 0
                                    

Satu Tahun Kemudian

Menjadi mahasiswa rupanya tak seburuk yang Nasya pikirkan. Setahun sudah terlewati dengan baik olehnya. Lingkungan baru, teman baru, tugas tugas kuliah yang selalu ada, dapat Nasya lalui dan kerjakan dengan baik. Nilai ipknya di setiap semesterpun bisa dibilang nyaris sempurna karena Nasya memang pintar dan terampil. Apalagi dia mengambil mata kuliah jurusan desaign grafis visual di sebuah kampus bergengsi. Menggambar dan menyalurkan ide ide kreatif dari dalam kepalanya adalah hal yang sangat Nasya minati. Jadi tidak heran jika di bangku kuliah, ia menjadi gadis yang lebih populer di banding di masa SMA dulu.
Di lingkungan kampusnya Nasya dikenal gadis yang pintar, ramah, mudah bergaul dan yang pasti Nasya sudah bisa merawat dirinya dengan baik. Rambutnya panjang dan berwarna coklat brunette, bola mata yang bulat nan indah, hidungnya mancung dan kulitnya bersih. Membuat penampilannya semakin menarik dan bahkan ada beberapa teman pria di kampus yang menaruh hati pada Nasya. Namun sejauh in belum ada yang berhasil membuat Nasya luluh. Gadis itu fokus dengan belajar dan tidak ada waktu untuk sekedar berkencan. Termasuk waktu untuk sekedar hang out dengan teman teman semasa SMA dulu, kecuali Wika. Terkadang keduanya masih kerap bercerita tentang keseharian mereka melalui chat pribadi atau di media sosial, walaupun tidak intens.
Di kampus pun, teman dekat Nasya juga tidak terlalu banyak. Kebetulan ia memang anak yang tidak mempunyai circle dan cenderung introvert. Ditambah lagi lebih banyak pria dibanding mahasiswi di jurusan yang Nasya ambil.
,"Nas, tugas dkv yang gambar siluet dari pak Rasyid udah lo kerjain belum?. Gue boleh liat contohnya?".
Tanya Max, teman seangkatan Nasya berdarah Jerman. Wajahnya tampan, berkulit putih, tinggi dan rambutnya hitam. Visualnya jelas menandakan dia seorang anak keturunan. Max mengenakan kemeja lengan panjang bermotif kotak kotak dan dilapisi kaos putih polos didalamnya.
,"Emang lo belum ngerjain?".
Nasya bertanya balik namun tidak membalas tatapan Max. Ia duduk di bangkunya sambil mengerjakan tugas essay di laptopnya.
,"Hehe.. udah sih cuma.. gue pengen tau aja kerjaan gue udah bener apa belum".
Max ikut terduduk di bangkunya. Sementara sudah ada beberapa mahasiswa yang ikut masuk ke dalam kelas karena sebentar lagi kelas akan dimulai.
,"Isshhhh.. paling juga bagusan gambar lo daripada gue Max. Nih lo cek sendiri aja".
Nasya meledek Max yang kini hanya cengengesan sambil meraih buku desaignnya. Gadis itu sesaat melirik ke arah Max. Dilihatnya Max langsung membolak balikkan kertas halaman berwarna hitam dan banyak gambar siluet didalamnya.
,"Lo ngerjain berapa lama Nas?. Gue baru selesai ngerjain tadi malem. Belum lagi tugas multimedia gue masih setengah jalan ck!".
Max berdecak.
,"Udah gue cicil sih dari minggu kemarin jadi ga sistem kebut semalem kayak lo...".
Nasya menyengir kali ini. Baginya Max adalah teman yang asyik diajak ngobrol dan bertukar pikiran. Memang sih terkadang Max suka jahil tapi masih dalam batas normal mengingat keduanya teman satu jurusan dan sering satu kelas di beberap mata kuliah.
,"Kerajinan lu jadi mahasiswa tau gak".
Max pun mengacak-acak puncak kepala Nasya sehingga membuat rambutnya berantakkan. Nasya sedikit kesal dibuatnya.
,"Ya tapi ga usah acak-acak rambut gue juga dong!. Ga rapih lagi kan. Ck! Iseng banget sih jadi orang".
,"Wkwkwk emang!".
Saat keduanya sedang asyik bergurau menunggu kedatangan dosen mereka, tidak lama dari arah pintu masuk ruangan datang ketiga teman Nasya dan Max yang lain. Samuel, Brandon dan Cynthia. Bisa dibilang mereka adalah teman teman yang paling dekat dengan Nasya semenjak duduk di bangku kuliah. Sering menghabiskan waktu bersama ketika sedang menunggu jam mata kuliah selanjutnya ataupun sekedar ngobrol dan makan siang bersama di sekitaran kampus.
Samuel yang memiliki tubuh tinggi dan berisi itu memilih duduk tepat di samping Max. Rambutnya berponi, memakai kacamata dan bermata oriental. Bagi Nasya jika tidak ada Samuel di angkatan mereka, suasananya akan menjadi sangat membosankan karena Samuel selalu bisa menghidupi keadaan dengan jokes recehnya dan tingkah lakunya yang lucu.
Sementara Brandon dan Cynthia duduk di barisan bangku paling depan, tepat dihadapan Nasya dan Max.
,"Duh pusing deh gue di kantin. Ga tenang banget tau gak, cewek cewek pada ngegosip!. Tugas gue kan belum kelar, ga bisa fokus gue!".
Samuel berceloteh dengan mimik bibirnya seakan akan menggambarkan rasa kesalnya pagi itu.
,"Lo kenapa sih pagi pagi udah ngedumel aja.. relax, chill.. take a deep breathe".
Max bahkan memperagakan caranya.
,"Ya gue kesel aja tau gak, cuma gara gara ada mahasiswa populer dateng ke kantin nih pagi-pagi, tuh cewek cewek pada ngereog semua!. Berasa ngeliat cowok kpop!. Asli!".
Samuel pun kembali mendumal sambil ia membuka laptop dan berniat menyelesaikan tugas essay sama seperti Nasya.
,"Siapa?. Jungkook?, Siwon atau Kim Seon Ho?".
Nasya menimpali dan memang berniat menggoda Samuel. Sehari tidak menggoda temannya itu rasanya ada yang kurang.
,"Hahaha!"
Brandon tertawa lepas.
,"Jungkook.. jungkook... Jongkok kali ah!".
Samuel menjawab asal sembari membenarkan kacamatanya yang sempat sedikit turun.
,"Tapi emang bener sih mukanya kayak cowok cowok kpop gitu, ganteng Nas. Tinggi, putih, matanya oriental kayak cowok korea".
Cynthia ikut menyahut dan berpandangan dengan Nasya yang sejak tadi menopang dagunya. Obrolan terasa seru karena semua karena ulah Samuel.
,"Oh ya?. Jadi penasaran gue..".
Nasya tersenyum namun terkesan sedikit meledek.
,"Kayaknya dia senior di jurusan kita. Soalnya dia nongkrong bareng senior-senior gitu di kantin".
Brandon yang sejak tadi lebih banyak tertawa, rupanya ikut memperhatikan.
,"Kok jadi pada ngegosip gini. Lo sih Sam! Pake ngajak ngajak!".
Max memukul ringan lengan Samuel yang padat. Namun Max seperti menahan tawa karena Samuel masih saja memperlihatkan raut wajahnya yang ditekuk.
,"Gak gosip gak asikkk tau gak!. Itu udah jadi sarapan gue sehari sehari!".
Ujar Samuel membela diri.
Namun ditengah keseruan obrolan Nasya dan teman temannya, sosok yang sejak mereka bicarakan tadi muncul dari balik pintu ruang kelas. Mahasiswa senior berparas tampan dan bertubuh tinggi. Rambutnya rapih, mengenakan jaket baseball berwarna biru dongker dan ada aksen warna putih di beberapa spot jaketnya. Memakai celana jeans juga sepatu sneakers nike. Sementara ada tas ransel yang laki laki itu lingkarkan di lengan kanannya. Parasnya dingin, tidak ada senyum ramah yang ia perlihatkan seperti yang Samuel, Brandon dan Cynthia lihat di kantin tadi. Melihat senior itu masuk ke dalam kelas dan membuat keheningan, Samuel buru buru memberikan isyarat pada Nasya dan Max. Matanya melirik ke kanan tepat ketika sang senior duduk berjarak dua bangku dari sisi kanan Brandon.
,"Nas.. itu orangnya. Ganteng kan?".
Bisik Cynthia pada Nasya.
Ke dua bola mata Nasya sudah pasti memperhatikan sosok seniornya. Tidak hanya Nasya tapi teman teman seangkatannya juga.
,"Hemm.. oke sih".
Singkat Nasya.
,"Kira kira kenapa cuma dia ya senior yang ikut mata kuliah ini?".
Lanjut Nasya lagi berbisik pada Cynthia. Tapi gadis itu langsung menaikkan kedua bahunya.
,"Gak tau juga deh gue".
,"Bisa aja kan dia cuti atau ada alasan lain".
Timpal Max menatap Nasya dan Cynhtia.
,"Lagian lo berdua kenapa sih kayak ga pernah liat cowok cakep aja. Begitu doang di omongin..".
Max menggelengkan kepala tapi masih menyisakan tawa kecil.
,"Biasalahhh cewek. Kayak ga tau aja lo".
Nasya menyiku lengan Max dengan cepat.
Dan tidak lama ketika dosen mereka Pak Rasyid masuk ke dalam ruangan dan menutup pintunya, beliau langsung menyapa para mahasiswa.
,"Pagi semua".
Pak Rasyid menyahut. Ia tersenyum dengan ramah dan meletakkan tasnya diatas meja. Sembari menyusun alat tulis dan perlengkapannya untuk mengajar mata kuliah pagi ini.
,"Pagi pak..".
Jawab mahasiswa dalam satu ruangan dengan kompak.
Begitu pak Rasyid mengangkat dagunya kembali, ke dua matanya terpaku pada sosok mahasiswa senior yang duduk di barisan depan. Wajah beliau tampak menjadi lebih sumringah dari sebelumnya.

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang