Dua Penganggum

118 27 40
                                    

Di dalam mobil Julian, Nasya masih sedikit terdiam. Ia masih shock karena ternyata mantan Julian adalah Claudia. Cewek yang ia dan teman temannya lihat tadi di Monsieur dan sedang berkencan dengan pria lain. Claudia anak Public Relations dan satu kampus dengannya. Claudia si It Girl.
,"Jul serius deh.. mantan lo yang namanya Claudia itu.. Claudia yang anak humas?. Seangkatan sama lo?. Claudia yang populer itu?. Really??".
Nasya sesaat melihat ke arah Julian yang sedang mengendarai mobil.
Yap. Malam ini mereka pulang bersama. Julian-lah yang mengantar Nasya ke rumah seperti yang ia tawarkan sebelumnya. Dan Nasya mengiyakan.
,"Eee.. i..ya. Claudia anak Humas. Emang kenapa?. Dari tadi lo kayak kaget banget nas. Gak percaya sama gue?".
Ada senyum di bibir Julian. Ia merasa ada yang Nasya sembunyikan darinya tentang mantannya itu.
,"Enggak bukan gitu, bukan gak percaya. Cuma gue masih kaget aja ternyata dia orangnya".
Nasya berniat tidak ingin memberitahu Julian soal apa yang ia lihat tadi di Monsieur. Nasya tidak mau membuat Julian kehilangan konsentrasinya yang sedang menyetir mobil.
Nasya kembali diam. Ia takut salah bicara, menyinggung perasaan Julian.
Menyadari tingkah Nasya sedikit resah, laki laki itu lantas memberanikan dirinya untuk mengenggam satu tangan Nasya dengan erat. Sontak membuat Nasya terkejut. Lagi lagi jantunganya berdebar sangat cepat.

,"Tenang aja. Gue gak ada hubungan apa-apa lagi kok sama Claudia. It's over".

Julian berpandangan dengan Nasya untuk beberapa saat. Ada rasa gundah terpancar di sorot mata gadis yang ia sangat sukai itu.
,"Gue yang putusin dia pas gue udah bangun dari koma. Gue juga nyuruh Claudia untuk gak dateng lagi ke rumah sakit. Gue dengan tegas minta dia untuk keluar dari hidup gue Nas. Jadi gak ada hal yang perlu lo khawatirin lagi, diantara gue dan Claudia udah bener bener berakhir. Yah?".

Julian mengusap puncak kepala Nasya dengan lembut. Setelah itu ia kembali menggenggam satu tangan Nasya dengan erat.
,"Terus apa dia pernah minta balikkan lagi sama lo setelah tau lo udah masuk kuliah lagi Jul?".
Nasya memberanikan diri untuk bertanya. Setidaknya jawaban Julian nanti akan membuat perasaannya jauh lebih tenang lagi.
,"Honestly iya. Dia sempet deketin beberapa kali, tapi karena gue gak pernah nanggapin, mungkin dia jadi capek sendiri".
Jawab Julian santai.
,"Oh gitu ya..".
,"Kenapa sih, cemas banget kayaknya. Cemburu?".
Ledek Julian diiringi tawa kecilnya. Ia mengerti jika Nasya merasakan perasaaan seperti itu. Hal yang sangat wajar.
,"Engga. Siapa juga yang cemburu".
Nasya memalingkan wajahnya dan menatap ke arah luar jendela mobil. Masa iya dia harus mengakui perasaannya yang sebenarnya saat itu.
,"Iya deh.. gak cemburu. Percaya kok. Tapi kalo gak cemburu kenapa mukanya cemberut gitu sih".
Canda Julian dan kembali mencubit kecil pipi Nasya yang masih belum mau menatap ke arahnya.
,"Gak kok gue ga cemberut. See?".
Nasya menunjukkan senyumnya dengan cepat. Mereka saling bertatapan lagi. Sementara mobil yang Julian kendarai akan segera sampai di rumahnya Nasya.
,"Besok ada acara ga Nas?".
Tanya Julian karena ia tidak mau membuang-buang waktunya. Ia masih ingin banyak mengobrol dengan Nasya. Waktu sangat cepat berlalu.
,"Gak ada Jul. Emangnya kenapa?. Mau ngajak gue jalan jalannn??".
Nasya sebenarnya hanya bergurau dan asal ngomong. Sekedar meledek balik Julian.

,"Iya. Gue mau ngajak lo nge-date".

ucapan Julian terlontar tepat ketika mobilnya berhenti di depan rumah Nasya. Ia melepaskan seat belt dan benar benar mengarahkan tubuhnya berhadapan dengan Nasya kali ini. Bola mata Julian menatap gadisnya tanpa berkedip.
,"Nge-date?. Kita?. Berdua?".
Nasya masih tidak percaya. Julian memang tidak bisa berbasa basi.
,"Iya nge-date. Kencan. Kita berdua".
,"Oh.. hemm..".
,"Nasya.. gue mau tau semua tentang lo. Apa yang lo suka, apa yang lo gak suka, gue mau tau tentang itu semua. Apa yang bikin lo seneng, lagu favorit lo apa, makanan favorit, hal apa yang bikin lo sedih, cemburu.. Gue mau kita jadi makin deket.. karena gue.. gue suka sama lo Nas'. Gue rasa lo juga pasti udah tau".

Deg!
Julian, dia meletakkan kedua tangannya di setiap sisi Nasya. Membuat Nasya semakin berdebar. Bola mata mereka masih terus saling memandang.
,"Jadi gimana?. Mau besok kamu ngedate sama aku?".
Suara Julian begitu lembut terdengar di telinga Nasya. Rasanya jantungnya mau meledak. Kedua tangannya mengepal karena Nasya benar-benar gugup.

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang