Perasaan Nasya

133 28 90
                                    

Keesokkan harinya, mayor Rizky bersama papanya om dibyo tampak sedang berolahraga berlari pagi mengelilingi sekitaran area Sukamulya. Sejak pukul enam tadi mereka sudah berangkat dari rumah. Tadinya Rizky ingin mengajak Nasya. Tapi karena Nasya masih tertidur lelap, Rizky tidak tega untuk membangunkannya dan memutuskan untuk membiarkan Nasya melanjutkan tidurnya. Sesekali percakapan diantara ayah dan anak itu terdengar setiap keduanya berjalan bersama sambil mengatur nafas agar tidak terlalu lelah. Om Dibyo meski sudah purnawirawan, tubuhnya masih tetap bugar dan sehat karena rutin berolahraga, sama seperti ayah Nasya.
Terlihat mayor Rizky mengenakan atasan olahraganya yang berwarna coklat dan celana pendek. Mengenakan sepatu lari yang selalu ia simpan di dalam mobilnya.

,"Jadi kamu seriuskan sama Nasya 'Ky?".
Tanya om Dibyo kembali membuka percakapan.
,"Iya pa. Rizky serius sama dia. Malah kalau bisa setelah pendidikkan nanti, aku mau nikah sama dia".
Jelas Rizky begitu yakin.
,"Baguslah kalau begitu 'Ky. Kamu jaga baik-baik Nasya ya, dia anak sahabatnya papa sama mama. Papa senang sekali waktu tahu kamu dekat sama Nasya. Papa pikir dia anak yang baik buat kamu. Enggak pernah macam-macam juga. Jadi kamu jangan kecewakan Nasya ya 'Ky".
Om Dibyo kembali berpesan pada putra pertamanya itu. Meski ia tahu jika Rizky pasti akan melakukannya, tapi sebagai orang tua tidak ada salahnya untuk mengingatkan sang anak.
,"Iya pa. Papa enggak perlu khawatir. Papa kan tahu Rizky selalu memperlakukan pasangan Rizky dengan baik".
,"Jujur papa senang akhirnya kamu punya pasangan yang bisa mengerti keadaanmu 'Ky. Kalem, tidak banyak tingkah, pintar juga. Bukannya papa mau membandingkan Nasya dengan Davira. Tapi sepertinya Nasya bisa memperlakukan kamu lebih baik. Semalam aja perihal menu steak, dia langsung dengerin saran kamu".
Om Dibyo tertawa kecil mengingat kejadian semalam. Ucapan sang ayah membuat mayor Rizky ikut tertawa.

,"Nasya memang begitu pa anaknya. Kalaupun membantah sesekali aja. Walaupun usianya masih muda, Nasya cukup dewasa kok pa untuk perempuan sesusia dia".
Jawab Rizky yang mulai berlari kecil lagi diikuti om Dibyo.

,"Papa sama mama cuma kepikiran aja, misal nanti penganggum-pengaggum kamu tahu kalau Nasya itu pacar kamu, dia pasti akan ikut diomongin sama banyak  orang. Kamu tahu kan netizen kita seperti apa ketikannya?. Jodoh orang saja harus diatur sama masyarakat. Kalau tidak sesuai harapan mereka, bisa-bisa kena omongan tidak enak. Papa sama mama khawatir 'Ky".

Mendengar kecemasan sang ayah, mayor Rizky langsung tersenyum kecil. Ia menepuk pundak beliau seolah ingin meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.

,"Papa sama mama tenang aja. Enggak usah pikirin apa-apa. Biar Rizky yang urus ya?. Lagipula Nasya itu anaknya Laksamana Heru, kakak pertamanya aja mas Reza sudah Kolonel, ajudan presiden. Belum lagi mas Adi dan Fardhan. Selama ini keluarga om Heru juga menjaga nama baik dan bersih. Jadi kalau nanti ada orang yang masih aja menilai Nasya itu enggak baik untuk Rizky, paling cuma karena iri aja karena enggak suka melihat Nasya bahagia sama Rizky".

Rizky mencoba meyakinkan ayahnya agar tidak mencemaskan apapun. Sebisa mungkin Rizky akan menjaga kehidupan pribadinya dengan Nasya sampai ia nanti kembali ke Indonesia setelah pendidikkannya selesai.

,"Iya papa mengerti. Tapi namanya juga orang yang kalau sekali tidak suka, dikasih alasan apapun biasanya tetap saja tidak mau terima. Tapi semoga saja hubunganmu dengan Nasya dapat restu dari netizen".

Ekspresi wajah Om Dibyo terlihat sangat gemas. Berbeda dengan Rizky yang merespon dengan santai dan masih tertawa kecil.

,"Percaya deh sama Rizky. Beberapa tahun ke depan pasti akan ada orang yang gantiin posisi Rizky. Kepopuleran itu kan sifatnya hanya sementara pa. Rizky juga enggak akan tergiur dengan hal-hal seperti itu kok".

Om Dibyo tersenyum bangga pada Rizky. Perasaan itu terlukis jelas di wajah beliau.
,"Sekali prajurit, kita harus tetap menjadi prajurit ya 'Ky".
,"Iya pa".
Mayor Rizky tersenyum lebar memandangi wajah sang ayah yang sudah semakin menua. Kerutan-kerutan di pelipis matanya, membuat Rizky sadar jika waktu berlalu begitu cepat. Meski tidak setiap hari ia bisa bertemu dengan ayahnya, namun sudah sewajarnya Rizky sebagai anak, kedepannya nanti ia akan meluangkan waktu lebih banyak lagi untuk ke dua orang tuanya.

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang