Sang Mayor

219 30 97
                                    

Hujan turun sangat deras minggu sore ini. Beruntung Nasya sudah tiba lebih dulu di sebuah restoran jepang bernama Kintaro di daerah senopati. Ia diantar langsung oleh Julian dan sempat menemani Nasya sebentar karena ia tidak mau meninggalkan pacarnya itu sendirian. Tapi Julian tidak bisa berlama-lama karena ibunya menghubunginya untuk segera pulang. Beliau minta di temani putranya itu berbelanja ke supermarket. Nasya sangat mengerti dan ia tidak mau bersikap egois.
Lagipula kedatangan Nasya yang lebih awal agar bisa memesan ruang vip untuk ia makan malam bersama ayah dan mas Fardhan, agar lebih leluasa.

Suasana di restoran ini benar benar memiliki vibes kota Jepang. Dari bangunan hingga dekorasinya dibuat semirip mungkin seperti kota aslinya. Ada ornamen ornamen bunga sakura palsu di beberapa spotnya. Terlihat sangat cantik. Dan untuk menikmati makanannya saja bisa dibilang harus mengeluarkan biaya lebih. Menyajikan menu yang tidak biasa, daging dagingnya yang premium juga ingredients yang berkualitas. Jadi wajar jika restoran tersebut terbilang mewah dan untuk kalangan atas.
Masih dengan pakaian terusan sebatas lututnya yang berwarna hijau emerald itu, Nasya duduk sendiri di sebuah sofa menunggu ruang vip nya siap di gunakan. Karena pelayan mengatakan jika ruangannya kini tengah dibersihkan oleh petugas.

Sambil menunggu ruangannya siap juga menunggu kedatangan ayah bersama Mas Fardhan,  Nasya pun mengusir kebosanannya dengan bermain game yang ada di ponselnya. Lantas ketika manajer restoran memanggil namanya karena ruang vip sudah siap, Nasya yang masih fokus melihat layar ponselnya berdiri tanpa melihat sekitarnya. Ia ingin memasukkan ponsel ke dalam tasnya sambil melangkah kecil lalu..

,"Oh maaf!".
Nasya reflek meminta maaf karena tubuhnya menabrak seseorang yang berjalan dari arah belakang dan akan mendahului langkahnya. Tapi begitu ia sedikit mendongakkan kepala karena sepertinya tubuh yang ia tabrak tadi adalah seorang laki laki.

,"Maaf tadi saya gak sengaja.."
Nasya meminta maaf sekali lagi karena ia merasa tidak enak dan ceroboh.

,"Nasya??".

Pria dewasa itu seperti menunjukkan sedikit senyumnya tapi wajahnya juga tidak kalah kaget.  Mata Nasya pun ikut membulat. Pria ini.. pria yang tadi pagi datang ke rumahnya untuk mengambil dokumen penting yang di simpan mas Fardhan.

,"Oh.. mas Rizky?. Maaf ya mas tadi aku gak liat soalnya aku buru buru".
Nasya merasa tidak enak. Tapi justru rasa terkejutnya jauh lebih besar.

Bagaimana bisa Mayor Rizky ada di tempat yang sama dengannya.
Pikir Nasya. Apa ini kebetulan?.

,"Iya gak apa apa. Kamu sendirian aja?".

Tanya mas Rizky yang terlihat casual malam itu. Ia hanya mengenakan t-shirt hitam, celana chino coklat dan sepatu sneakers onitsuka. Ada senyum tipis di bibirnya ketika bertatap muka lagi dengan Nasya. Ada lesung pipi Rizky yang membuatnya semakin terlihat sempurna sebagai seorang laki laki dewasa.

,"Iya. Aku lagi nunggu papa sama mas Fardhan, mungkin bentar lagi sampai".

Balas Nasya. Hidungnya mencium aroma parfum dari arah mas Rizky. Dia terlihat sangat fresh.
Mendengar itu mayor Rizky hanya mengangguk. Ia masih memandangi Nasya yang tampil berbeda malam ini. Riasan di kulit wajahnya membuat Nasya bertambah cantik.

,"Kamu udah pesen tempat?".
,"Udah mas. Barusan sih dipanggil katanya ruangan vip nya udah siap".
Nasya masih menunjukkan sikap ramah sewajarnya saja. Bagaimanapun juga pangkat mas Rizky lebih tinggi dibanding mas Fardhan. Ia harus bisa menjaga sikapnya.
,"Oh ya udah kalo gitu mau saya..".
Belum menyelesaikan kalimatnya pada Nasya, tiba tiba saja terdengar suara Fardhan dari arah pintu masuk restoran.

,"Mas Rizky disini juga..?".
Fardhan kembali berjabat tangan dengan mayor tampan itu.

,"Iya kebetulan saya mau take away makanan. Pak Heru, apa kabar?".
Mayor Rizky bahkan memberikan hormatnya pada ayah Nasya dan Fardhan.

When Fate Chooses YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang